Apakah yang dimaksud penyakit kanker serviks?Kanker serviks adalah kanker yang menyerang bagian terendah leher rahim (serviks) yang menonjol ke puncak vagina. Hasil penelitian menunjukkan hampir 100 persen kanker serviks disebabkan oleh infeksi Human Papilloma Virus (HPV), *utamanya tipe 16 dan 18, dan biasanya terjadi pada perempuan usia subur. Dari 10.000 wanita di Indonesia, 2 orang diantaranya berpotensi menderita Ranker serviks (Data Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013)
Bagaimana Penuluran HPV?
Infeksi HPV yang menyebabkan Kanker serviks menular dari orang ke orang melalui vagina, dubur (anus), mulut, hubungan seksual dan sentuhan melalui kulit lainnya.
Apakah Faktor Yang Dapat Meningkatkan Risiko Terinfeksi Virus HPV?
- Menikah/memulai aktivitas seksual pada usia terlalu dini (kurang dari 20 tahun).
- Berganti-ganti pasangan seksual atau berhubungan seks dengan laki-laki yang sering berganti pasangan.
- Riwayat infeksi di daerah kelamin atau radang panggul
- Perempuan yang melahirkan banyak anak.
- Perempuan perokok mempunyai risiko 2,5 (dua setengah) kali lebih besar untuk menderita kanker serviks dibanding dengan yang tidak merokok.
- Perempuan yang menjadi perokok pasif (yang terpapar asap rokok karena tinggal bersama anggota keluarga yang mempunyai kebiasaan merokok) akan meningkat risikonya 1,4 (satu koma empat) kali dibandingkan perempuan yang hidup secara umum tanpa asap rokok ditempat tinggalnya.
“Cegah Kanker Serviks dengan dua dosis Imunisasi HPV sebelum anak lulus SD/MI”
Apakah Penyakit Kanker Serviks Dapat Dicegah?
Kanker serviks dapat dicegah. Badan kesehatan dunia (WHO) merekomendasikan untuk mecegah kanker serviks karena infeksi HPV.
Apa yang dimaksud imunisasi HPV?
Imunisasi HPV adalah imunisasi yang diberikan untuk mencegah penyakit kanker serviks yang disebabkan oleh infeksi HPV. Pencegahan kanker serviks karena HPV tipe 16 dan 18 melalui imunisasi, keberhasilannya dapat mencapai 100% jika diberikan sebanyak dua dosis pada saat anak perempuan berusia 9-13 tahun.
Siapa Yang Perlu Mendapatkan Imunisasi HPV?
Anak perempuan (siswi) kelas 5 dan 6 SD / MI atau sederajat baik negeri maupun swasta.
Kapan Imunisasi HPV Dapat Diberikan?
Imunisasi HPV diberikan dalam kegiatan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) setiap bulan Agustus.
DIMANA IMUNISASI HPV AKAN DIBERIKAN?
Layanan imunisasi HPV dilakukan di SD/MI atau sederajat baik negeri maupun swasta. Apabila siswi tidak dapat menerima imunisasi HPV karena sakit atau tidak masuk sekolah pada hari pelaksanaan BIAS, maka siswi diminta mendapatkan imunisasi HPV di Puskesmas terdekat pada waktu yang telah ditentukan dengan membawa surat pengantar dari guru sekolah.
APAKAH IMUNISASI HPV AN? "KA ADA REAKSI SETELAH DIIMUNISASI APA YANG HARUS DILAKUKAN?
Imunisasi HPV aman dan pada umumnya tidak menimbulkan reaksi sesudah pemberian imunisasi yang serius. Reaksi di lokasi suntikan dapat berupa:
- kemerahan
- pembengkakan
- nyeri ringan
Gejala ini timbul satu hari setelah pemberian imunisasi dan dapat berlangsung satu sampai tiga hari.
APA SAJA YANG BISA DILAKUKAN OLEH GURU DAN ORANG TUA DALAM IMUNISASI HPV?Membantu memberi pemahaman tentang pentingnya imunisasi khususnya imunisasi HPV kepada anak perempuan. Membantu menyebarluaskan informasi tentang manfaat imunisasi HPV untuk mencegah kanker serviks. Memastikan bahwa anak perempuan mendapatkan imunisasi HPV sebanyak dua dosis sebelum lulus SD / MI atau sederajat. Dua Dosis Imunisasi Polio Suntik (IPV) dan Empat Dosis Imunisasi Tetes (OPV) Memberikan Perlindungan Optimal Terhadap Polio.
Mitos: Vaksin HPV terlalu dini jika diberikan untuk anak SDFakta: Badan kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan vaksin HPV justru paling baik diberikan pada seseorang yang belum terpapar oleh infeksi HPV yang diasumsikan pada saat sebelum berhubungan seksual, yaitu anak-anak usia 9-13 tahun. Selain itu respon tubuh untuk membentuk kekebalan sesudah pemberian imunisasi HPV pada anak usia 9-13 tahun juga lebih baik bila dibandingkan pada anak yang lebih tua. Berdasarkan hal tersebut,sejalan dengan komitmen pemerintah untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian yang disebabkan oleh kanker serviks, maka Pemerintah memberikan imunisasi HPV bagi siswi kelas 5 SD (dosis pertama) dan kelas 6 SD (dosis kedua) dalam kegiatan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS).
Mitos: Memberi imunisasi HPV berarti memper- bolehkan anak melakukan hubungan seksual usia dini.Fakta: Imunisasi HPV semakin dini diberikan semakin baik, karena an melindungi anak terhadap virus HPV yang di kemudian hari dapat menyebabkan kanker serviks (WHO Position Paper on HPV Vaccine. 2014). Memberikan vaksin HPV secara dini tidak berarti mendukung anak untuk melakukan hubungan seksual lebih awal, karena sebelum imunisasi HPV diberikan, guru dan petugas puskesmas serta guru Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) memberikan penyuluhan mengenai pentingnya menjaga kesehatan reproduksi dan kegunaan imunisasi HPV.
Mitos: Vaksin HPV yang diberikan 2 dosis tidak cukup melindungiFakta: Vaksin bekerja dengan cara merangsang sistem kekebalan tubuh kita untuk membentuk antibodi yang bisa melawan penyakit. Anak dengan usia lebih muda (kelompok umur 9-13 tahun) menghasilkan respon kekebalan yang lebih baik sehingga pemberian 2 dosis vaksin HPV sudah menghasilkan antibodi yang cukup tinggi untuk melindungi anak dari infeksi HPV (Dobson, et al. 2013. JAMA 2013,309(17):1793- 1802).
Mitos: Negara maju seperti Amerika justru sudah tidak menggunakan lagi vaksin HPV seperti yang digunakan di IndonesiaFakta:Vaksin HPV yang saat ini digunakan pemerintah Indonesia merupakan vaksin HPV Quadrivalent (melindungi terhadap 4 tipe HPV yaitu tipe 6, 11, 16 dan 18 yang merupakan penyebab sebagian besar kanker serviks). Sedangkan di Amerika, pemerintahnya telah memutuskan untuk memakai vaksin HPV terbaru, yaitu vaksin HPV nanovalent yang melindungi terhadap 9 tipe HPV.
Mitos: Vaksin HPV dibuat dari virus hidup sehingga orang dapat terjangkit dan menderita kanker serviks sesudah diberikan imunisasi HPVFakta: Vaksin HPV dibuat dengan menggunakan teknologi modern. Vaksin dibuat dari komponen yang menyerupai virus HPV (penyebab kanker serviks), sehingga vaksin HPV tidak mengandung material genetik (DNA) dari virus HPV hidup sama sekali. Dengan demikian, jika seorang anak mendapat imunisasi HPV, akan menimbulkan kekebalan terhadap virus HPV, dan tidak mungkin menyebabkan infeksi HPV.