Pada masalah kebekaran hutan dan lahan (Karhutla) membuat banyaknya penderita infeksi Saluran Penanapasan Akut (ISPA). Upaya pencegahan dan pengobatan terus dilakukan oleh sektor kesehatan. Menteri Kesehatan juga menyarankan upaya pencegahan dapat dilakukan dengan memanfaatkan Teknologi Tepat Guna.
Teknologi Tepat Guna telah sempat dimanfaatkan pada tahun 2017 dengan kasus kebakaran hutan dan lahan yang sama. Dr. Ahmad Yurianto selaku Sekretaris Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit yang sebelumnya menjabat sebagai Kepala Pusat Krisis Kesehatan, pernah bekerjasama dengan Institut Teknologi Bandung membangun Save Community pada masyarakat salah satunya dengan menciptakan Teknologi Tepat Guna sederahana berupa pemasangan kain dakron yang dibasahi.
Dr. Ahmad Yurianto menambahkan pengalaman masalah Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) pada tahun 2015, telah menyababkan kematian pada anak, Hal ini sebenarnya disebabkan Gastroenteritis dan dehidrasi berat karena kurang tersedianya air bersih.
Nila Moeloek selaku Menteri Kesehatan RI juga menambahkan jika sudah memasuki musim kemarau, yang paling utama adalah Air Bersih. Menkes menyampaikan bahwa Poltekkes sempat menciptakan Teknologi Tepat Guna berupa Penjernih Air dan hasilnya berhasil menjernihkan air gambut di Kalimantan.
Balai Teknik Kesehatan Lingkungan (BTKL) di Batam, 4 tahun lalu juga membuat Teknologi penjernih air agar bisa langsung diminum, Teknologi tersebut dijadikan replika untuk daerah agar bisa mengembangkan sendiri.
Dr. Ahmad Yurianto menambahkan jika oksigen konsentrator ini sesuatu yang bagus, maka Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer dapat meminta Puskesmas untuk menggunakan oksigen konsentrator.
Untuk Teknologi Tepat Guna ini, Nila Moeloek mengatakan bisa menjadi contoh untuk mencegah terjadinya masalah kesehatan akibat Kebakaran Hutan dan Lahan.