Gangguan Kesehatan Mental, Semakin Ngetren dan Perlu Diwaspadai

 

Gangguan Kesehatan Mental, Semakin Ngetren dan Perlu Diwaspadai


Gangguan Kesehatan Mental, Semakin Ngetren dan Perlu Diwaspadai

Kesehatan mental adalah isu yang banyak dibahas akhir-akhir ini, terutama setelah ditemukan banyaknya kasus gangguan kesehatan mental yang terjadi di kalangan orang-orang berusia muda. Di zaman sekarang, gangguan kesehatan mental bisa terjadi pada siapa saja, terutama orang yang sulit beradaptasi dengan perubahan.  

 

Walau tidak mengakibatkan kematian secara langsung, gangguan kesehatan mental bisa menyebabkan penderitaan berkepanjangan, baik bagi penderita, keluarga dan orang-orang di sekitarnya.

 

Kesehatan mental sendiri dibutuhkan agar seseorang dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial, sehingga dapat menyadari kemampuannya sendiri, mengatasi tekanan, bekerja secara produktif, serta mampu memberikan kontribusi untuk orang-orang lain. Menurut WHO, seseorang dikatakan sehat mentalnya jika ia sehat utuh secara fisik, rohani dan sosial. 

 

BACA: Pengertian Kesehatan Mental

 

Jenis dan Gejala Gangguan Kesehatan Mental

Gangguan kesehatan mental kebanyakan sulit dikenali, dan seringkali tidak disadari oleh penderitanya sendiri. Berbagai jenis gangguan kesehatan mental bahkan lebih dapat dideteksi oleh orang terdekat. Apa saja gangguan kesehatan mental yang sering terjadi?

 

  1. Gangguan Kecemasan

    Merupakan kondisi mental yang ditandai dengan kecemasan yang berlebihan, berlarut-larut, dan sulit dikendalikan. Orang dengan gangguan kecemasan atau GAD (Generalized Anxiety Disorder) sering merasa khawatir atau cemas terhadap berbagai hal, bahkan tanpa alasan yang jelas. Kecemasan yang dirasakan bisa berlangsung hampir setiap hari selama berminggu-minggu.

    Gejala gangguan kecemasan ini ditandai dengan:
    • Rasa gelisah atau tegang yang berlebihan dan terus menerus

    • Ketegangan otot atau tremor

    • Kesulitan berkonsentrasi atau mudah terganggu

    • Sulit tidur atau gangguan tidur lainnya

    • Kelelahan berlebihan

    • Ketegangan fisik yang menyebabkan sakit kepala, nyeri otot, atau gangguan pencernaan

    • Ketakutan terhadap hal-hal yang tidak rasional atau tidak proporsional

    • Napas tersengal-sengal atau sesak napas

    • Gelisah dan sulit tenang

 

  1. Depresi

    Gangguan kesehatan mental yang ditandai dengan rasa sedih berkepanjangan dan kehilangan minat melakukan kegiatan sehari-hari, yang bisa berlangsung berminggu-minggu hingga berbulan-bulan.

    Untuk menegakkan diagnosa depresi, dibutuhkan dua diantara tiga gejala utama yang berlangsung minimal selama 2 minggu, yaitu suasana hati yang depresif/murung, hilangnya minat dan kegembiraan, serta berkurangnya energi.

    Gejala-gejala lainnya yang dialami penderita adalah:
    • Perubahan nafsu makan

    • Gangguan tidur (bisa berlebihan atau kurang dari lama tidur biasanya)

    • Menurunnya kemampuan berkonsentrasi

    • Ketidakmampuan membuat keputusan

    • Rasa tidak tenang

    • Perasaan tidak berguna

    • Merasa bersalah atau putus asa

    • Memiliki kecenderungan menyakiti diri sendiri atau bunuh diri 

 

  1. Gangguan Psikosis

    Merupakan gangguan mental, yang ditandai dengan adanya gangguan kemampuan menilai realita, disertai dengan gangguan reaksi emosional, komunikasi dan hendaya (disabilitas/ketidakmampuan) dalam berhubungan dengan orang lain di sekelilingnya, dimana kapasitas mental seseorang, respon atau reaksi emosional, kemampuan menilai realita, komunikasi, dan hubungannya dengan manusia lain mengalami gangguan.

    Gangguan psikosis bisa muncul dalam bentuk
    • Mendengar suara-suara yang hanya didengar oleh dirinya sendiri

    • Bicara dan tertawa sendiri tanpa sebab

    • Curiga berlebihan

    • Merasa dirinya seseorang yang hebat, seperti presiden atau malaikat

    • Bicara kacau yang sulit dimengerti

    • Marah-marah tanpa sebab dan mengamuk

    • Terlalu menyendiri, tidak mau bergaul

    • Tidak mau mandi, tidak menjaga kebersihan diri, dan buang air besar/kecil sembarangan.

 

Salah satu contoh gangguan psikosis adalah Skizofrenia, yang merupakan gangguan jiwa kronis, ditandai dengan terganggunya kemampuan menilai realita, yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berpikir, merasa, dan bertindak. Penderita skizofrenia dapat mengalami penurunan fungsi dan kemampuan dalam pekerjaan, sekolah, maupun kehidupan sosialnya.

Ciri-ciri orang yang mengalami skizofrenia meliputi

  • Halusinasi, seperti mendengar suara, melihat bayangan atau bentuk, mencium bau seperti darah, urin, atau feses, serta merasakan rasa yang tidak enak.

  • Enggan bersosialisasi dan menarik diri dari lingkungan sosial.

  • Mati rasa dan kehilangan motivasi, sehingga kurang merawat diri.

 

  1. Gangguan Bipolar

    Dialami oleh lebih dari 60 juta orang di dunia, gangguan bipolar ditandai dengan perubahan suasana hati yang drastis. Penderita bisa merasa sangat sedih dan putus asa pada suatu waktu, kemudian menjadi sangat senang di waktu lainnya.

    Gejala orang yang mengalami gangguan bipolar tergantung fasenya, yaitu fase mania (naik) dan depresi (turun). Pada fase mania, penderita bipolar merasa sangat bersemangat, senang dan pikirannya berpacu. Namun, pada saat bersamaan juga bisa merasa gelisah, sensitif dan mudah tersinggung.

    Pada fase ini penderita kerap mengambil keputusan secara emosional, yang mungkin akan disesali di kemudian hari. Sedangkan pada fase depresi, penderita akan merasa sangat sedih, hampa dan putus asa, kehilangan minat terhadap aktivitas sehari-hari dan sulit mengambil keputusan. 

 

Penyebab Gangguan Kesehatan Mental

Menurut WHO, beberapa hal yang berpotensi menjadi faktor risiko penyebab gangguan kesehatan mental dan kejiwaan antara lain

 

  1. Faktor Genetika

    Adanya riwayat anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan mental atau memiliki kelainan senyawa kimia pada otak.

  2. Faktor Ekonomi

    Mengalami kerugian secara ekonomi, seperti kehilangan pekerjaan atau mata penghasilan dan kemiskinan, dapat berujung pada stress dan gangguan kecemasan berlebihan.

  3. Faktor Fisik

    Mengalami kekerasan fisik dan seksual, jika tidak mendapatkan penanganan yang baik, dapat menyebabkan trauma berkepanjangan yang berujung pada gangguan kesehatan mental.

  4. Faktor Sosial

    Mengalami diskriminasi atau stigma dan tinggal di lingkungan perumahan yang buruk dapat membuat seseorang merasa terisolasi dan depresi.

 

Beberapa faktor di atas saling mempengaruhi, dan sulit untuk menunjuk salah satu faktor sebagai penyebab utama. Dengan demikian, untuk kepentingan pengobatan tidak diperlukan fokus berlebihan pada satu faktor, sehingga mengabaikan faktor lainnya.

Pencegahan Gangguan Kesehatan Mental

Mensana in corpore sano, dalam badan yang sehat terdapat jiwa yang sehat. Kita dapat menghindari faktor risiko gangguan kesehatan mental dengan melakukan hal-hal berikut:

  1. Menjaga kesehatan fisik dengan berolahraga dan pola makan yang sehat.

  2. Beristirahat cukup.

  3. Membangun kebiasaan berpikir positif. 

  4. Membangun kemampuan menghadapi masalah.

  5. Menghindari kebiasaan buruk yang dapat memicu stress.

  6. Membangun dukungan sosial yang positif.

  7. Mencari bantuan profesional jika dibutuhkan.

Penanganan Gangguan Kesehatan Mental

Gangguan kesehatan mental bukan vonis atau stigma yang harus dihindari. Dengan penanganan yang baik, gangguan kesehatan mental bisa diatasi, antara lain dengan

 

  1. Pemberian obat-obatan

    Konsultasikan kepada dokter atau psikiater untuk mendapatkan resep obat-obatan, yang dapat mengobati gejala-gejalanya dengan mengubah senyawa kimia pada otak. Obat-obatan yang diresepkan biasanya berupa antidepresan, golongan selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI) dan serotonin-norepinephrine reuptake inhibitor (SNRIs). Obat-obatan yang diberikan oleh tenaga profesional tidak akan menyebabkan ketergantungan, sepanjang penderita mentaati aturan minum obat sesuai saran.

 

  1. Psikoterapi

    Melalui psikoterapi, psikiater dan psikolog klinis akan mengarahkan penderita untuk menyampaikan perasaan dan pikirannya. Kemudian, membimbingnya untuk mengubah pola pikir dan perilaku dari negatif ke positif, serta mengelola emosi dan perasaannya dengan baik.

 

  1. Stimulasi pada Otak

    Stimulasi ini berupa terapi elektrokonvulsif, stimulasi elektro magnetik transkranial, stimulasi saraf vagus dan pengobatan eksperimental yang disebut stimulasi otak dalam (deep brain stimulation).

 

  1. Kelompok Dukungan

    Dengan bergabung dalam kelompok dukungan, penderita akan bertemu orang-orang yang mengalami gangguan mental sejenis dan sudah berhasil mengatasi penyakitnya, sehingga bisa berbagi pengalaman dan membimbing satu sama lainnya.

 

  1. Perawatan di Rumah Sakit

    Jika penderita membutuhkan pengawasan ketat terhadap gejala dan gangguan yang dialaminya, dokter atau psikiater akan menyarankan untuk menjalankan perawatan di rumah sakit. Tujuannya untuk mencegah kondisi gawat darurat, seperti percobaan bunuh diri, dan kondisi gaduh gelisah pada penderita skizofrenia.

 

  1. Perawatan Mandiri

    Penderita gangguan kesehatan mental yang masih berada dalam tahap ringan sampai sedang bisa menjalani rawat jalan dengan obat dan terapi dari psikiater dan psikolog. Namun, dibutuhkan dukungan dari keluarga dan lingkungan untuk membantu perawatan penderita.

Sehatkan Mental di Bulan Puasa

Raih kesempatan untuk menyehatkan jiwa dan raga dengan menjalankan ibadah puasa.  Aktivitas berpuasa dan berdoa, selain meningkatkan nilai keagamaan, juga mendekatkan kita dengan Rasulullah SAW serta memperkuat keyakinan.

 

Selama berpuasa, kita tidak hanya diwajibkan menahan diri untuk tidak makan dan minum sejak matahari terbit hingga terbenam, tetapi juga mengontrol emosi. Ketika seseorang dapat mengontrol emosinya, tubuh mengeluarkan hormon endorfin yang dapat memicu perasaan bahagia. Peningkatan produksi hormon ini dapat membuat mood lebih baik, mencegah depresi dan mengurangi gangguan kecemasan.

 

Di bulan Ramadan, kita juga banyak melakukan amal sosial, seperti bersedekah, memberi infaq, menyerahkan zakat fitrah, dan memberikan bantuan kemanusiaan lainnya. Hal ini juga memperkuat nilai sosial dan tali silaturahmi dengan masyarakat dan orang-orang di sekitar.

 

Kalender

Artikel Terkait