
Agar buku KIA dibaca dengan senang hati

Buku KIA dicetak jutaan kopi. Cantik desain dengan gambar warna-warni. Dibagi gratis setiap bumil di negeri ini. Dengan demikian, masalah teratasi?
Mendapat buku bagus itu satu hal. Memanfaatkan isi buku sampai mempraktikkan isinya adalah hal lain.
Seperti anak-anak memperoleh buku pelajaran tanpa pendukung lainnya, apakah mereka akan membacanya?
Dengan dukungan full saja, seperti ruang kelas, guru-guru, komunitas sekolah, kegiatan belajar mengajar, ujian, POMG dll., masih ada anak-anak yang belum membaca buku yang diberikan. Apalagi bila hanya dibagi putus.
Kunci agar buku KIA dimanfaatkan bukan hanya persoalan fisik kertas-kertas itu. Tetapi justru pada kegiatan-kegiatan pendukung.
Nah, apa kegiatan yang bisa mendorong bumil dan suaminya membaca Buku KIA dengan semangat?
Dalam model KAP, yang berbasis budaya oral, metode-metodenya mengandalkan interaksi kelompok yang bisa difasilitasi seorang kader/nakes. Variasi kegiatannya beragam, antara lain:
• Baca keras bergantian ala tadarusan, diikuti klarifikasi dan pembahasan
• Baca pelan per kelompok lalu lomba antarkelompok (seperti cerdas cermat)
• Baca bagian tertentu pelan per kelompok lalu peragakan/ ajarkan kelompok lain
• Menyanyi bersama, bahas isi lagu lalu sambungkan dengan pembahasan buku
• Menyimak cerita lalu diskusi dan dilanjutkan dengan pembahasan buku
• Bermain permainan pembelajaran (lesson games) lalu pembahasan dengan rujukan (baca)
• Menonton drama, membahas pesan-pesannya lalu mencari rujukan (baca)
Semua variasi kegiatan di atas ada di atas kertas. Bagaimana yang terjadi di lapangan?
Condet, 3 Oktober 2024 - RR