Program Inovasi Edukasi Kesehatan

Bertanya untuk edukasi dan persuasi


 
Bertanya untuk edukasi dan persuasi

Bertanya itu bisa membuat orang takut tapi juga bisa membuat orang berani. Bisa membuat orang sedih, bisa membuat orang senang. Bisa membuat orang merasa pintar, tetapi juga bisa membuat orang merasa bodoh. Bisa membuat percakapan berkembang, bisa membuat percakapan berhenti. Bisa membuat masalah tapi bisa juga keluar dari masalah. Semuanya tergantung pertanyaan yang dilontarkan dan nonverbal yang ditunjukkan.

Contoh. 

Kalau kita bertanya pada seorang nakes: “Selama bekerja menjadi bidan, apa pengalaman yang paling berkesan? Yang membuat bu bidan, kalau mengingat-ingat, jadi semangat bekerja?” Maka, Si Ibu Bidan akan memikirkan hal yang menyenangkan lalu merasa senang.

Kalau kita bertanya, “Apa pengalaman yang paling menyedihkan yang pernah Ibu Bidan alami selama bekerja?” Maka, si Ibu Bidan akan memikirkan hal yang menyedihkan, yang kemudian membuatnya sedih.

Kalau nakes bertanya pada Ibu hamil yang awam, “Bu, bagaimana interaksi kalsium dan zat besi dalam pencernaan makanan?” Maka, Si Ibu akan kesulitan menjawab dan akan merasa bodoh.

Tapi kalau ditanya, “Ibu kok bisa minum TTD setiap hari rutin, padahal ibu-ibu hamil lain merasa mual, kalau boleh tahu apa tipsnya?” Maka, Si Bumil yang minum TTD akan merasa pintar.

Dalam metode KAP, keterampilan bertanya (dan mendengarkan) menjadi kunci dalam mengembangkan hubungan, saling memahami, dan kunci komitmen. Dengan kata lain, edukasi dan persuasi yang dilakukan dengan metode KAP sebetulnya banyak mengandalkan teknik-teknik bertanya.  Karena itu, penting bagi praktisi KAP untuk menguasai beragam teknik bertanya.

RR