
Bukan Ngomong Tapi Ngobrol

Orang yang mau mengedukasi dan mengajak orang lain mesti pintar ngobrol. Ingat ya, ngobrol. Bukan pintar ngomong.
Kalau hanya pintar ngomong, komunikasi jadi satu arah. Si Edukator ngomong, orang lain mendengar. Edukator kemudian mendominasi percakapan. Bisa-bisa, pintar ngeles juga. Sementara, orang lain diam, entah mendengarkan atau pura-pura mendengarkan.
Sebaliknya, kalau edukator hanya bertanya-tanya dan orang lain ngomong, namanya interogasi. Seperti orang yang kehilangan motor di kantor polisi, pelapor tugasnya menjawab pertanyaan-pertanyaan bapak polisi. Kalau pelapor bertanya balik, “Ngomong-ngomong, pak polisi pernah kehilangan motor? Di mana? Kapan? Kejadiannya bagaimana?” Bisa kena toyor pak polisi dia.
Ngobrol sifatnya dua arah. Bukan hanya edukator yang ngomong, orang yang mau diajak pun mesti ngomong. Idealnya, malah orang ngomong tidak kalah banyak dibanding edukator.
Pertanyaannya sekarang, bagaimana kita bisa tahu kalau kita sudah ngobrol dan bukan hanya ngomong?
Kuncinya, tek-tekoan.
Pertama, tek-tokan secara verbal. Semisal, kita nanya-nanya tentang hobi lalu orang itu cerita panjang lebar dengan semangat, maka kalau tek-tokan, dia akan bertanya balik tentang hobi kita.
Kalau kita bertanya-tanya tentang keadaan anak dan orang cerita dengan gembira, maka kalau tek-tokan orang itu akan tanya-tanya balik tentang anak kita.
Seperti di kantor polisi, kalau orang itu tidak bertanya balik, namanya bukan ngobrol tapi interogasi.
Kedua, tek-tokan secara nonverbal atau tanpa kata-kata. Kalau wajah kita serius, wajah orang pun ikut serius. Kalau kita ketawa-ketiwi, orang pun ikut tertawa.
Kalau belum terjadi tek-tokan secara nonverbal, ngobrolnya masih di level antar-robot atau mungkin dengan mesin AI. Hanya pikiran yang ikut. Emosi belum terlibat.
Ketiga, semakin terbuka. Semakin asyik ngobrol, orang mestinya semakin terbuka sampai kemudian mengangkat hal-hal yang tadinya ditutup-tutupi. Misalnya, semula Si Ibu hanya bilang tidak mau imunisasi karena khawatir efek samping tapi setelah ngobrol beberapa saat, dia menceritakan yang takut efek samping sebetulnya suaminya, bukan dia.
Puskesmas Cipayung, 22 September 2025 – RR (Forum KAP/ VA)