Bukan percakapan yang mekanistik

 
Program Inovasi Edukasi Kesehatan

Bukan percakapan yang mekanistik


 
Bukan percakapan yang mekanistik

Dalam sesi diskusi seorang bidan bertanya apakah 3 prinsip KAP mesti diterapkan berurutan. Kebetulan sebelumnya prinsip-prinsip itu dipaparkan berurutan, mulai dari 1) membangun keakraban, 2) saling mendengarkan dan berbicara, lalu 3) mengunci komitmen. Kekhawatiran bu bidan adalah waktu. Ada kalanya pasien menumpuk sehingga pelayanan mesti lebih cepat.

KAP sebetulnya mengambil struktur yang organik ketimbang mekanistik. Aplikasinya tidak kaku langkah 1-2-3 tapi cair, menyesuaikan platform, waktu tersedia serta percakapan yang berlangsung.

Contoh di sebuah pertemuan. Saat merasa jenuh, ramai-ramai warga meminta kader Posyandu maju ke depan memainkan permainan energizer. Majulah sang penggiat KAP membuat warga gembira sambil menyebar pesan kesehatan tertentu.

Bu kader tidak akan menerapkan langkah-langkah lengkap, mulai dari pemanasan (salam, perkenalan, penyampaian tujuan, bangun keakraban, dan permainan pemanasan), dst. Untuk apa? Selain tidak dibutuhkan, mesti tahu diri juga karena waktunya palingan 5 menit.

Dalam konteks one-on-one di layanan juga sama. Mesti fleksibel, mengikuti waktu yang tersedia dan percakapan yang berlangsung.

Semisal, selesai memeriksa, si pasien justru yang pertama bertanya, “Dok, ini bahaya ga ya penyakitnya? Bisa sembuhkah?”

Maka, nakes tidak perlu memulai percakapan dari prinsip pertama, membangun keakraban. “Hm, bu Siti ya? Bu Siti ini tinggal di mana?”

Ibarat petinju, pukulan yang dilontarkan mesti mengikuti momen bukaan atau celah. Mesti cepat memanfaatkan. Kalau tidak, hilang. Di contoh bu Siti di atas, nakes bisa langsung ke kunci komitmen.

“Mau sembuh?”

“Ya, mau dong, dok.”

“Serius? Beneran?”

“Iya, ya dong, dok.”

“Hmm… banyak orang itu cuma mau dimulut saja. Tapi obat tidak dihabiskan. Makanya, tidak sembuh-sembuh jadinya.”

“Kalau saya, saya minum habis deh obatnya, dok.”

Setelah itu, sang nakes bisa masuk ke prinsip saling mendengarkan dan berbicara untuk menjelaskan penyakit yang ditemukan. Atau, menyelipkan elemen keakraban, misalnya bertanya tentang hobi.

Singkat kata, tidak perlu berurutan. Buat seperti mengobrol dengan teman saja. Mengalir. Nyambung. Lincah. Segera masuk saat melihat celah.

Banjarnegara, 14 September 2023 – RR