Cerita bukan perintah

 
Program Inovasi Edukasi Kesehatan

Cerita bukan perintah


 
Cerita bukan perintah

Pesan boleh sama tapi pilihan cara menyampaikan akan berbeda akibatnya.

Sampaikan dengan cerita, bukan perintah. Apalagi bila yang ingin kita ajak 1) bukan bawahan yang bisa didikte semau kita, 2) memiliki sikap besebrangan, atau 3) awam, dalam pengertian tidak memiliki latar belakang pengalaman atau pengetahuan dalam bidang ingin diobrolkan.

Kalau perintah disampaikan kepada bukan bawahan, yang bersangkutan bisa bertanya dalam hati, siapa kamu suruh-suruh begitu?

Kalau memerintah yang bersebrangan sikap, yang bersangkutan tentu meradang. Kok, pendapatnya disalahkan? 

Kalau yang awam diperintah, apalagi dengan bahasa asing yang susah, yang muncul bukan hanya ketidakpahaman tapi juga kecurigaan. Maksudnya apa ini? Jangan-jangan (ada udah dibalik batu)?

Cerita lebih aman. Bercerita tidak mengindikasikan posisi atasan bawahan. Ada kesetaraan dan orang lebih suka dipadang setara. 

Bercerita juga netral. Tidak hendak menilai orang lain. Tidak ingin memojokkan apalagi menyalahkan. Bercerita tidak memicu rasa tidak suka atau kebencian. Yang muncul malah rasa asyik menyimak.

Pada orang yang awam, cerita lebih mudah dicerna. Pemahaman bersama mudah dibentuk. Memang sih ada akurasi yang dikorbankan karena cerita pasti ada keterbatasannya ketimbang bahasa ilmiah tapi pemahaman mestinya diposisikan lebih utama.

Karena itu pula Yang Maha Pencipta ini lebih banyak menggunakan cerita dalam berkomunikasi dengan mahluknya.

Coba saja cek isi kebanyakan Kitab Suci. Apakah isinya konsep-konsep abstrak dan definisinya? Atau petunjuk-petunjuk teknis? Atau lebih banyak cerita?

Kalau isinya daftar perintah, tentu Kitab Suci tidak perlu setebal itu. 1 halaman pun cukup.

Memang bercerita itu butuh kesabaran. Tidak langsung ngajak atau nyuruh ini itu. Butuh kesebaran ekstra dari pihak komunikator. Tapi untuk mengajak manusia memang butuh kesabaran. Tidak bisa kesusu. 

Yang Maha Pencipta banyak menggunakan cerita sebagai model komunikasi agar yang membaca lebih mudah 1) memikirkannya, 2) mengambil pelajaran dan 3) mengingatnya. 

Untuk mengajak orang-orang yang bersikap negatif, misalnya orang tua yang curiga dengan imunisasi, orang positif TBC yang menolak pengobatan karena tidak sudi distempel pasien TBC, orang yang memandang sepele sayur dan buah-buahan atau orang bersikap negatif lainnya, cerita dapat dijadikan andalan untuk mengantar pesan.

Tapi cerita mesti yang betul-betul bercerita. Bukan pura-puranya cerita tapi isinya perintah.

 

The Amboja, 20 Mei 2024, RR.