
Edukasi dan Persuasi ke Orang yang Lebih “Tinggi”

Karena pekerjaan, edukator kadang mesti mengedukasi dan mempersuasi orang yang berstatus lebih tinggi. Ada risiko di sini, yaitu orang yang diedukasi tidak memperhatikan pesan yang disampaikan dan malah menyoroti sosok edukator, yang dipandang berada “di bawahnya.”
Misalnya, saat kader mengedukasi dan mempersuasi tenaga kesehatan, bidan ke dokter, dokter ke profesor, dll, muncul pertanyaan:
“Siapa lu?”
“Paham apa kau?”
Dengan risiko itu, apakah dengan demikian edukasi persuasi ke orang yang berstatus lebih tinggi sebaiknya dihindari?
Sebetulnya tidak juga.
Solusinya terletak pada teknik yang pas.
Ada beragam teknik yang dapat dipelajari edukator, di antaranya Jurus Katanya, Jurus Padi Berbuah, Jurus Konsultasi, Hidden Suggestion (nasihat tersembunyi), advokasi harmonis, behind closed door & saving face, dll.
Sebagai contoh, Jurus Katanya dapat mengalihkan perhatian dari edukator yang membawa pesan ke pesan yang dibawanya.
Misalnya, seorang kader menyampaikan:
“Dok Amru, kemarin itu saya ikut pelatihan di Puskesmas. Ada Prof Hartono yang bilang, merokok itu ternyata bisa membuat gula darah naik. Katanya, merokok bisa meningkatkan resistensi insulin. Itu sih kata Prof Hartono, ya.”
Saat mendengar pesan itu, Si Dokter tidak akan mempertanyakan kredibilitas kader, pengalaman, dan pendidikannya karena pesan itu bukan dari dia tapi dari seorang profesor. Akibatnya, Si Dokter akan fokus ke pesan yang disampaikan.
Jurus Katanya adalah salah satu jurus yang dapat digunakan edukator yang berstatus lebih rendah. Masih banyak jurus-jurus lain yang dapat digunakan.
Depok, 25 Juni 2025 – RR/ Forum KAP