Program Inovasi Edukasi Kesehatan

Edukasi Kelompok Tidak Terorganisir


 
Edukasi Kelompok Tidak Terorganisir

Situasi kelompok yang dihadapi edukator beragam. Dari sisi pengorganisasian, ada kelompok terorganisir. Ada pula yang tak terorganisir.

Kelompok yang terorganisir pada dasarnya telah “disiapkan” untuk mendengarkan edukator. Duduk manis di kursi atau lesehan. Perhatian lebih fokus. Tak sibuk melakukan hal lain. 

Contohnya, kelas bumil, kelas ibu balita, khotbah keagamaan, pertemuan warga, dll.

Sementara, di kelompok tak terorganisir, warga tak ada urusannya dengan edukator. Mereka punya kepentingan/ tujuan lain. Makanya, saat edukasi, mereka tampak sibuk, perhatian kemana-mana.

Contohnya, kerumunan di pasar, habis bubaran jumatan, di ruang tunggu sarana kesehatan, dll. 

Bagaimana dengan kumpulan di Posyandu?

Kalau suasananya riuh, ibu-ibu berkerumun, dan mereka tidak ditata untuk menerima edukasi, maka dalam konteks ini, Posyandu masuk kelompok tak terorganisir (untuk edukasi).

Teknik-teknik KAP untuk 2 kelompok itu perlu dibedakan. Dalam kelompok terorganisir, edukator lebih mudah menjalankan KAP standar. Durasinya spesifik, panjang pendek, sesuai waktu tersedia.

Di kelompok tak terorganisir, edukator harus mengurangi ekspektasi dan fokus pada target-target sederhana. Jangan berharap pemahaman mendalam, perubahan sikap, atau komitmen kuat.

Pada kelompok tidak terorganisir edukator dapat fokus pada 3 elemen berikut:

  1. Menarik perhatian di awal dan pada momen pesan kunci
  2. Penyampaian pesan dalam bentuk perumpamaan singkat
  3. Repetisi pesan kunci versi slogan

Menarik perhatian di awal dapat dilakukan dengan beragam cara termasuk:

  • Permainan lagu gerak (Topi saya bundar - hilang, Pada hari minggu, dll.)
  • Pantun bersambut, tanya jawab becanda dll.

Saat hendak menyampaikan pesan kunci, perhatian warga dapat dicari dengan jeda hening, perubahan suara, permainan pengantar, atau aba-aba pemancing (Halo-hai!; Semangaat!, dll.).

Dalam kelompok tak terorganisir, edukator tetap perlu menjelaskan pesan dengan perumpamaan/ cerita. Namun, tentu saja, versi singkat. Harapannya, muncul visualisasi pesan di benak warga sehingga mereka bisa memikirkan, mendapat pelajaran, dan mengingatnya.

Membuat warga hafal pesan kunci merupakan capaian lumayan di kelompok tak terorganisir. Caranya bisa dengan menyanyi bersama berulang, pertanyaan pancingan, teriak slogan. dll.

Nah, dengan 3 elemen di atas, edukator tak perlu bicara panjang lebar, bengak bengok sampai menghabiskan suara dalam menyampaikan edukasi. 

 

 

SCBD, 19 Juli 2025 – RR (Forum KAP/ VA)