Edukasi pada kelompok yang menolak

 
Program Inovasi Edukasi Kesehatan

Edukasi pada kelompok yang menolak


 
Edukasi pada kelompok yang menolak

Di atas kertas bagaimana caranya mengedukasi dan mempersuasi kelompok warga yang sudah terlanjur enggan atau bahkan menolak imunisasi?

Sebisa mungkin intervensi yang dilakukan bersifat non-invasif. Maksudnya, komunikasi tidak memaksa, yang malah akan melukai, memicu emosi, dan malah memunculkan penolakan lebih kuat.

Untuk itu, komunikator dapat mengedepankan pendekatan indirect (tidak langsung), implicit (tersirat), atau zooming out (mencari topik lebih besar).

Indirect atau tidak langsung. Misalnya, di awal percakapan bicarakan terlebih dahulu topik yang disukai lawan bicara atau yang disebut sebagai obrolan informal. Misalnya, komunikator memulai dengan percakapan tentang pekerjaan, hobi atau prestasi anak. Tujuannya adalah membangun kepercayaan dan kenyamanan berkomunikasi. 

Misalnya, saat ke rumah orang dalam rangka sweeping, jangan langsung mengajak imunisasi tapi coba cari topik yang orang akan dengan senang hati bercerita. 

Lihat barisan tanaman yang rapih terawat, coba ajak orang ngobrol tentang itu.

Lihat piala berjejer di lemari, coba tanya-tanya pengalaman menjadi atlet.

Lihat foto anak muda berseragam tentara, coba tanya-tanya tentangnya.

Setelah utu, bangun jembatan ke imunisasi, misalnya imunisasi polio.

”Wah, kalau jadi tentara gagah begitu kaki mesti kuat ya?”

Cara lain, khususnya dalam edukasi kelompok, adalah dengan menjalankan permainan yang dapat membuat orang-orang bergembira. Setelah nyaman dan memungkinkan, barulah masuk ke topik imunisasi polio.

Implicit (tersirat). Bila warga sensitif dengan layanan imunisasi, komunikator tidak perlu  menyebut kata imunisasi. Misalnya, bila tokoh agama khawatir terbentuk pandangan yang kurang baik terhadapnya bila mempromosikan imunisasi, maka beliau dapat menggantikan dengan cara membuat anak kebal atau membuat anak tidak mempan diserang penyakit.

Zoom out atau membahas tema yang lebih umum yang mudah diterima dan di mana imunisasi termasuk di dalamnya, secara tersirat ataupun tersurat. Misalnya, dari pada membicarakan agenda khusus tentang imunisasi, komunikator dapat membahas cara-cara mencegah anak sakit, yang di dalamnya tersurat atau tersirat topik tentang imunisasi.

Bila kelompok masyarakat yang dihadapi adalah yang selama ini dikenal mendukung imunisasi, edukasi dapat bersifat direct (langsung), explicit (tersurat), atau membahas imunisasi secara lebih dalam (zoom in). Langsung to the point tidak apa-apa. Asalkan, edukasi-nya berlangsung menyenangkan dan menghasilkan RO (Repeat Order). 

Bulan depan kita main seperti ini lagi ya, Bu Bidan!

 

Kayu Manis, 15 Juli 2024 – RR (diambil dari buku KAP untuk PIN Polio)