Edukasi pada kelompok yang menolak

 
Program Inovasi Edukasi Kesehatan

Edukasi pada kelompok yang menolak


 
Edukasi pada kelompok yang menolak

Bila warga tak suka imunisasi, apakah komunikator bisa datang ke kampung mengedukasi mereka, langsung bicara pentingnya imunisasi? Tanya alasan lalu meluruskan? Lalu, ajak imunisasi anak?

We wish realita sosial semudah tapi kenyataannya tidak begitu.

Tidak mudah mengubah pendirian orang. Apalagi dengan cara yang langsung (direct) dan tersurat (explicit) yang rawan memicu penolakan.

KAP menawarkan model berbeda dalam mengajak kelompok warga yang memiliki sikap negatif:

Pertama, pemanasan. Tahap ini hanya ingin membuat warga kenal dengan komunikatornya lebih saling mengenal dan bergembira mengikuti permainan. Tidak ada jualan imunisasi di sini. Kata imunisasi pun dilarang disebut-sebut.

Kedua, bermain dan belajar. Tujuannya, dengan permainan komunikator mengantar warga agar tahu masalah. Yang dimaksud di sini adalah masalah bagi warga bukan masalah bagi komunikator. Cakupan rendah adalah masalah komunikator.  Anak sakit, lumpuh atau meninggal adalah masalah warga. Lagi-lagi, imunisasi tidak disebut-sebut di sini.

Ketiga, belajar dan bermain. Komunikator memfasilitasi permainan yang mengantar pembahasan Solusi (imunisasi). Yang didambakan adalah warga menyebut sendiri solusinya. Alternatif lain, yang juga didambakan, adalah warga bertanya, jadi apa yang kita harus lakukan agar anak tidak kena Polio, Bu Bidan?. Yang termasuk dibolehkan: tambahan permainan yang membuat warga menyebut-nyebut sendiri solusinya, misalnya dengan menyanyikan lagu. Yang kurang didambakan tapi masih dibolehkan adalah komunikator meminta ijin menceritakan solusinya. Boleh saya cerita cara mencegah Polio? Yang dilarang: langsung menceramahi warga tentang imunisasi Polio.

Di tahap ketiga itu juga pembahasan imunisasi lebih detail terjadi. Berapa kali? Suntik atau tetes mulut? Untuk usia berapa? Kapan waktu menunda? Di mana mendapatkannya? Dll.

Di bagian ini pula komunikator menyampaikan cerita-cerita tentang bagaimana kerja imunisasi, demam, kehalalan, suntik vs. tetes mulut, dll.

Yang keempat, jurus mengajak dan kalau bisa, kunci komitmen. Namun, pertama, cek dulu pemahaman dan kemauan warga. Jadi, bagaimana ibu bapak, mau anak kita lumpuh? (Tentu, kami pun tidak mau). Lalu apa yang mesti dilakukan? Berapa kali? Selang berapa bulan? Di mana? 

Setelah itu, diragukan untuk meneguhkan. Betulan, mau? Jangan-jangan habis dari sini, lalu ngobrol dengan tetangga, bilang ini itu berubah pikiran? 

Bila tanggapan teguh didapat, barulah ditanya lebih spesifik. Kapan? Jam berapa? Dll.

KAP khusus pada kelompok sikap negatif modelnya tidak langsung (indirect), dan bisa juga tersirat (implicit). Sementara, prinsip keseluruhan masih sama: musti mengangkrabkan, menyenangkan, nonkonfrontatif, harmonis, apresiatif. Jangan sampai cakupan mengalahkan hubungan.

 

Ambon, 28 Mei 2024 - RR