
Edukasi penyakit-penyakit menular dengan teori EPPM

Polio sangat berbahaya. Mudah menular pula. Sekali anak kena, kakinya lumpuh seumur hidup. Tidak bisa disembuhkan, meski dibawa ke mana-mana.
Di atas adalah pesan menakutkan. Apakah dengan demikian orang tua akan melakukan sesuatu untuk mencegah anaknya terkena polio? Atau dengan kata lain, apakah pesan yang menakut-nakuti bisa mengubah perilaku orang?
Teori Extended Parallel Processing Model (EPPM). Teori ini menggunakan dua elemen dalam mengubah perilaku orang, salah satunya adalah fear atau rasa takut.
Rasa takut dijabarkan dalam dua dimensi, yaitu perceived severity dan perceived susceptibility. Pesan polio membuat lumpuh seumur hidup, tidak bisa diobati meski dibawa berobat ke mana-mana adalah untuk mengejar perceived severity, atau persepsi polio yang ganas dan serius akibatnya.
Agar semakin takut, pesan juga mesti membangun perceived susceptibility, persepsi bahwa anak saya pun bisa kena. Kalau polio menakutkan tapi dipandang penyakit jauh di sana dan tidak mungkin mengenai anak saya, maka tentu menakut-nakutinya tidak jadi efektif.
Ada beragam cara membangun pesan untuk perceived susceptibility. Namun, kalau komunikator bisa masuk ke konteks lokal, maka lebih baik karena pesan jadi lebih relevan sehingga rasa takut yang terbangun pun lebih tinggi.
Apakah EPPM berhenti di rasa takut?
Nah, di sini istimewanya EPPM. Dia memang mengandalkan rasa takut tapi dia paham bahwa rasa takut saja tidak akan mendorong perubahan perilaku.
Saat ditakut-takuti tingkat tinggi, orang bisa melawan, tidak peduli, atau pasrah. Bagaimana caranya supaya itu tidak terjadi?
EPPM menawarkan elemen kedua, yaitu perceived efficacy, yang mengandung dua dimensi, response efficacy dan self efficacy.
WTC-2, 14 Oktober 2024 - RR