
Edukasi vs Jualan

Di mata warga, ada perbedaan antara edukasi dan jualan (selling). Yang pertama cenderung dilihat sebagai upaya ikhlas membuat warga paham akan masalah dan jalan keluarnya. Yang kedua adalah upaya membujuk warga agar menerima layanan, yang belum tentu dirasakan sebagai kebutuhan.
Mungkin terlihat samar tapi warga sebetulnya mudah menangkap, mana edukasi dan mana jualan.
Contoh kegiatan jualan:
* Datang ke sekolah dengan perlengkapan imunisasi lengkap, siap mengimunisasi siswa. Edukasi berbentuk ceramah dilakukan beberapa saat sebelum penyuntikan atau penetesan.
* Warga dikumpulkan untuk disosialisai tentang pentingnya imunisasi polio. Warga hanya mendengarkan dan boleh bertanya atau berpendapat saat penyajian usai.
Jualan itu penuh risiko terutama bagi warga yang enggan atau bahkan menolak diimunisasi. Salah satu risiko-nya adalah back fire effect, yaitu kondisi di mana setelah diceramahi, warga semakin percaya akan pilihannya. Dengan kata lain, warga jadi semakin menolak imunisasi.
Pada mereka yang enggan atau menolak, edukasi lebih mudah diterima. Karena mereka tidak melihat ada agenda tersembunyi dari komunikator. Yang lebih terlihat niat ikhlas untuk membantu orang tua menghindari anaknya dari penyakit.
Kesimpulannya, apakah jualan mesti dihindari dan lebih baik mengedepankan edukasi?
Tentu bukan begitu.
Edukasi tanpa jualan tidak akan menghasilkan omzet (cakupan) tapi jualan tanpa edukasi berisiko menghasilkan penolakan. Yang ideal adalah edukasi dulu supaya muncul kebutuhan. Setelah itu, silahkan jualan demi mencapai target cakupan.
(dicopas dari Buku Komunikasi Lapangan untuk Imunisasi Polio - draft).
Setiabudi Building, 2 Juli 2024 - RR