Program Inovasi Edukasi Kesehatan

Komunikasi PMT Lokal seperti tester di mall


 
Komunikasi PMT Lokal seperti tester di mall

PMT (Pemberian Makanan Tambahan) Lokal itu kan seperti tester. Yang dibagikan para penjual di toko makanan atau supermarket. 

Buat awam, tester jelas tidak mengenyangkan. Tapi tujuannya memang bukan itu.

PMT Lokal juga bukan untuk memenuhi semua kebutuhan gizi anak balita atau ibu hamil. Sebagian saja tapi yang lebih penting adalah sebagai alat edukasi/ persuasi.

Saat ditawari tester, tujuan akhirnya adalah agar kita membeli paket makanan sesungguhnya. Kalau pun tak sampai membeli, setidaknya konsumen jadi punya kesan positif terhadap makanan itu dan mempertimbangkan membelinya. Tidak saat itu tapi kapan-kapan akan membelinya.

PMT Lokal mestinya begitu juga. Tujuannya, orang tua balita atau ibu hamil jadi tertarik membuat makan serupa. Tak mesti langsung hari ini juga tapi nanti deh kalau ke pasar beli bahan-bahannya.

Seperti juga penjual yang menawari makanan tester, kader yang menawarkan PMT Lokal juga mesti memiliki taktik komunikasi, setidaknya di tiga tahap 1) Edukasi sebelum menerima makanan, 2) pendampingan saat makan, dan 3) persuasi setelah makan.

Edukasi sebelum makan sebagian sudah dibahas artikel sebelumnya (Menyiapkan komunikator lapangan buat PMT Lokal). Untuk proses lengkap, kader sebaiknya 1) bangun hubungan dahulu, 2) mendengarkan bagaimana orang memberi makan anaknya sehari-hari atau ibu hamil makan dan alasannya, 3) apresiasi atau menunjukkan hal positif dari orang lalu 4) minta ijin menjelaskan PMT Lokal (manfaat, resep terutama komposisi bahan, dan cara masak, cara konsumsinya dll.). 

Jangan lupa bahas resep dan komposisi bahan karena yang “dijual” kan ide makanan bergizi seimbangnya bukan plek-plek seperti PMT Lokal yang dibagikan.

Saat konsumen mencoba tester merupakan momen tidak kalah penting. Konsumen ditemani dan tidak ditinggalkan begitu saja. Jaga-jaga kalau konsumen minta diajari cara makan, ada reaksi tiba-tiba, atau dalam kasus saya, minta lagi.

Komunikasi PMT Lokal perlu mempertimbangkan tahap kedua ini. Lagi pula, pendampingan saat makan penting sebagai jembatan ke tahap persuasi setelah makan. 

Jadi, bagaimana rasanya?_Beda dengan [MISALNYA, SEBUT PRODUK LAIN]?

Apa [SEBUT KEKHAWATIRAN KONSUMEN SEBELUMNYA, MISAL KE-ASINAN]

Sukakah? Enakan mana dengan [SEBUT PRODUK]?

Tertarik mau beli? Ini sekarang lagi diskon, harganya jadi…..bla bla bla

Lempar sejumlah pertanyaan setelah orang tua menyuapi anak atau bumil santap PMT Lokal. Arahnya adalah ke mengunci komitmen. 

Ringkasnya, ada proses komunikasi agar orang mau mengonsumsi PMT Lokal dan lebih dari itu, mengadopsi gagasannya, yaitu makanan bergizi seimbang.

Madinah, besoknya Lebaran 2024 - RR