Program Inovasi Edukasi Kesehatan

Kontak Sosial vs. Kontak Penjualan


 
Kontak Sosial vs. Kontak Penjualan

Seorang senior sering mengulang-ulang omongan: mereka yang banyak kontak sosial, hidup lebih panjang dan sehat pula. 

Dia berpijak pada riset Berkemen & Syme. Pada jamannya, Berkemen adalah Kepala Departemen Kesehatan dan Perilaku Masyarakat di Harvard School of Publlic Health. Dia dan kawannya membuat studi pada 7000 warga Alameda County California selama 9 tahun. Temuannya, mereka yang lebih menyendiri tiga kali lebih besar kemungkinan mati dibandingkan mereka yang well-connected atau banyak kontak sosial.

Dia juga mengutip Cohen dkk. (Journal of American Medical Association 277, June 25, 1997): Social Ties and Suceptitibility to the Common Cold, eksperimen 276 sukarelawan yang dipapar kuman flu. Hasilnya, mereka yang memiliki ikatan sosial yang lebih beragam lebih kecil kemungkinan sakit flu.

Kontak sosial sama dengan silaturahmi, yang dalam agama memang disebut memperpanjang umur dll. Mereka yang banyak kontak sosial, hidup lebih panjang dan sehat.

Kalau begitu, nakes dan kader, yang sering melakukan kunjungan rumah akan hidup lebih panjang dan sehat dong? Kan, banyak banget itu rumah-rumah warga yang dikunjungi?

Iya, dengan catatan: kalau yang dilakukan adalah kontak sosial, bukan kontak penjualan.

Keduanya berbeda. Kontak sosial adalah urusan membangun hubungan. Tanpa pamrih atau ada udang di balik batu. Memang benar-benar mau membangun keakraban saja. Seperti datang ke rumah teman. Saling bertanya kabar. Saling mendengarkan cerita-cerita. Berbagi pengalaman. Bisa juga saling menasehati tapi tidak memaksa diikuti.

Kontak penjualan, di lain pihak, mengharapkan orang lain membeli atau mengikuti. Tujuan utamanya itu. Di urusan kesehatan, misalnya membuat orang mau memeriksakan diri, minum obat atau obat pencegahan seperti TPT, Pemila OAM,  anak diimunisasi, makan MP-ASI pangan lokal, dan lain sebagainya.

Kalau yang dilakukan lebih dominan kontak penjualan, bisa jadi hasil riset tentang umur dan kesehatan di atas tidak berlaku. Jangan-jangan, yang muncul malah stress gara-gara tidak mencapai target cakupan atau sering menerima wajah cemberut warga.

Makanya, supaya kunjungan rumah berdampak bagi umur dan kesehatan, nakes dan kader mesti lebih dominan kontak sosial dan kontak penjualan jadi sampingan. Kesannya menomor-duakan pekerjaan, ya?

Tapi ini rahasaianya: orang kita itu akan lebih mudah terpengaruh kalau akrab dengan orang. Jadi, mengutamakan kontak sosial justru bagus mempermulus “penjualan.”

WTC-2, 28 Maret 2024 – RR