
Latihan Komunikasi Apresiatif

Teorinya jelas. Menyampaikan kelebihan (apresiatif), ketimbang kesalahan/kekurangan, lebih memotivasi orang untuk mengubah sikap/perilaku karena orang merasa dihargai. Dengan begitu, “pagar” terbuka dan komunikasi bisa lebih terbuka dan saling mendengarkan.
Contoh komunikasi apresiatif:
(Seorang pasien mau berhenti minum obat dan beralih ke herbal. Katanya, 10 herbalis didatangi.)
”Wah, Bapak ini tekad untuk sembuhnya tinggi sekali, sampai datang ke 10 herbalis. Jarang banget orang dengan punya tekad setinggi Bapak.”
(Ibu tak mau mengimunisasi anak karena suami melarang dan dia mematuhi)
“Ibu dan suami ternyata berkomunikasi, mendiskusikan kesehatan anak ya. Bagus banget itu. Jadi, kesehatan anak bukan hanya urusan si ibu saja tapi juga bapak.”
(Pemuda yang sakit tapi tidak mau memberi tahu orang tuanya)
“Abang ini tampaknya berusaha menjaga perasaan orang tua, ya. Tak mau membuat mereka sedih.”
Bagaimana caranya agar edukator kesehatan bisa berkomunikasi apresiatif?
Berikut tips-nya.
Pertama, mendengarkan baik-baik. Nyambung-nyambung. Tanya-tanya singkat agar orang bercerita lebih banyak. Nikmati dulu ceritanya. Biarkan orang cerita lebih banyak. Dari sana edukator kesehatan akan menemui hal-hal yang dapat diapresiasi.
Kedua, tahan penilaian. Jangan menilai perilaku atau sikap orang. Abaikan saja perilaku atau sikap keliru itu. Orang kasih pisang ke bayi belum 6 bulan, orang merokok, orang mager dll., tolerir saja.
Ketiga, tahan emosi. Terkadang komentar, kritik, penilaian muncul karena emosi mendapati perilaku-perilaku yang keliru atau alasan yang ngawur. Jangan biarkan emosi menguasai diri.
Keempat, lihat orang sebagai saudara/ kawan baik. Jangan memandang dia sebagai orang yang harus diubah, sasaran atau target. Jangan karena satu kekurangan mengubah cara pandang kita.
Agar dapat mengembangkan percakapan seperti bersama saudara atau kawan, mengobrol-lah hal-hal yang disukai oleh lawan bicara (obrolan informal). Kalau lawan bicara balas bertanya tentang satu hal yang kita sukai, ceritakan saja dengan lepas dan mengasyikkan.
Kelima, Latihan komunikasi apresiatif pada orang sekitar. Coba dulu pada anak, suami, saudara, teman, tetangga.
Latihan itu penting. Karena seperti naik sepeda, terampil hanya bisa didapat dengan sering latihan.
Kuningan, 7 Maret 2025 - RR