Program Inovasi Edukasi Kesehatan

Membuat Menjadi Kebutuhan Orang Tua


 
Membuat Menjadi Kebutuhan Orang Tua

“PMT Pemulihan harus menjadi kebutuhan orang tua. Jangan mereka berpikir ini kerjaannya kader atau tenaga kesehatan. Kader sibuk antar ke rumah-rumah. Tapi PMT-nya tak dihabiskan. Dibagi ke anggota keluarga yang lain. Pertanyaannya, bagaimana cara menyampaikan PMT adalah kebutuhan orang tua? Mereka yang butuh. Bukan kita,” tanya seorang partisipan dalam sebuah pertemuan.

Yang jelas bukan dengan berkata: “Ibu-ibu, PMT Pemulihan ini adalah kebutuhan Ibu-Ibu sekalian, ya. Bukan kami yang membutuhkan. Karena anak Ibu-ibu yang memiliki masalah gizi. Bukan kami!”

Kalau begitu caranya, bubar jalan itu pertemuan.

Butuh itu munculnya mesti dari diri sendiri. Bisa karena hasil kalkulasi atau pemikiran; kekhawatiran, ketakutan, harapan, kenyamanan, dll.; atau lihat-lihat perilaku orang-orang di lingkungannya, dinasehati orang sangat dipercaya dll.

Pikiran butuh mesti dihitung sendiri. Orang diberitahu 1 dan 2 lalu dia berhitung sendiri 1 + 2 = 3 di mana 3 adalah kebutuhan. Kalau edukator yang memberitahu 1 + 2 = 3, maka yang muncul bukan pikiran butuh tapi wawasan.

Perasaan butuh juga perlu muncul dengan sendirinya. Seperti nonton film horor, rasa takut itu muncul sendiri setelah lihat suster ngesot, kuntilanak, pocong apalah, dll. Tidak ada bagian di film yang mengatakan “Wahai penonton, kamu sekarang takut, ya.” 

Apalagi memunculkan kebutuhan dari sisi lingkungan sosial atau nasihat orang. Caranya mesti dalam setting senatural mungkin. Sebagai edukator, kita mungkin hanya bisa menyampaikan cerita si ibu ini atau si ibu itu menghabiskan PMT Pemulihanan-nya dan hasilnya, berhasil mengejar pertumbuhan anak lain. Kalau edukator bukan significant others atau orang yang diikuti nasihatnya, jangan pula berharap ceramah panjang lebar bisa memunculkan kebutuhan.

Kebutuhan itu berbeda dengan wawasan.

Jadi, edukator tidak bisa strategi beritahu ini itu lalu berharap kebutuhan muncul. Mesti ada taktik memandu orang berpikir tanpa menyuruh mereka berpikir. Mesti ada taktik membangun perasaan takut, khawatir, atau harapan secara halus tanpa ketahuan. Mesti ada taktik yang mengarahkan orang memperhatikan lingkungannya agar memanfaatkan PMT Pemulihan sesuai anjuran.

Taktiknya bagaimana?

Nah, itu dia.

Butuh waktu mikir. Nyusun draft skenario. Buat hipotesis-hipotesis. Coba-coba di lapangan. Perbaiki skenario. Tidak bisa hanya duduk di meja.

Jadi, butuh investasi. Kalau pun dana tiada, paling tidak, waktu mesti tersedia.

 

 

Condet, 27 Mei 2025 – RR/ Forum KAP | Suatu jawaban imajiner.