
Menghadapi kata-kata pedas #2

Dalam artikel sebelumnya tentang menghadapi kata-kata pedas dari warga, edukator disarankan agar 1) bersiap akan kemungkinan itu (agar tak kaget) walau itu mesti dilihat dari kacamata positif, 2) jangan terpancing membalas, dan 3) jangan pula diam atau menghindar. Sebaliknya, edukator bisa mengubah kata-kata pedas menjadi percakapan sehat. Cara yang bisa dicoba antara lain.
- Lempar pertanyaan terbuka (nyambung)
“Yah, PMT cuma gitu doang!”
“Lah, ibu maunya PMT seperti apa? Ayo, sampaikan.”
“Buburnya ga enak!”
“Oh, emang rasanya bagaimana?”
Pertanyaan terbuka dilontarkan agar ybs bicara lebih banyak dan bisa menyampaikan pendapat atau pengalaman tanpa emosi. Lama-kelamaan percakapan bisa berlangsung lebih santai.
- Ngira-ngira sebabnya
“PMT-nya ga bagus!”
“Oh, apakah karena bubur kacang ijonya terlalu matang?”
“Iya...”
Kata-kata pedas yang disampaikan orang sebetulnya terkait dengan kekecewaan akan suatu hal. Kalau edukator bisa menyebut hal yang membuat kecewa, orang akan memandang edukator kesehatan sebagai orang yang peduli, bertanggung jawab, dan tidak cuek bebek.
- Menyetujui kenyataan
“Isinya kok telur lagi telur lagi, sih Bu Ani?!”
“Iya bu Dian ya..bulan lalu telur, sekarang telur lagi ya?”
“Iya. Kenapa, sih…”
“Begini bu Dian…”
Saat edukator menyetujui penilaian orang, edukator membuat orang merasa didengarkan dan itu membuatnya lebih tenang sehingga bisa diberi penjelasan.
- Setuju untuk tidak setuju
“Kapan nih kita dapat PMT yang bener?”
“Yang bener menurut bu Roro seperti apa sih?” (pertanyaan terbuka dulu)
“Ayam, dong!”
“Oh itu. Bu Roro bener, ayam memang bagus itu gizinya. Banyak proteinnya. Tapi begini bu Roro. Buat balita, kata orang Puskesmas, yang paling cocok sebetulnya telur. Gizinya mirip ASI.”
Saat orang mengungkapkan pendapat yang berbeda, maka edukator kesehatan bisa mengungkapkan sisi yang benarnya dulu lalu kemudian memberikan pendapatnya yang berbeda
- Membuat jadi humor. Nah, ini kita bahas di artikel selanjutnya, ya.
CKG, 11 April 2025 – RR/ Forum KAP