Program Inovasi Edukasi Kesehatan

Menyiapkan komunikator lapangan buat PMT Lokal


 
Menyiapkan komunikator lapangan buat PMT Lokal

“Kapan nih kita orientasi kader supaya PMT lokal sukses?” Demen mendengar promkes daerah yang satu ini. Mengetahui akan ada Pemberian Makanan Tambahan, dengan bahan pangan lokal, barisan kader mereka mau siapkan.

Yang keseringan nongky di menara gading mungkin bepikir simpel. Tawaran bermanfaat, seperti PMT lokal, pasti diterima warga dengan riang gembira. Tapi mereka yang lebih down to earth punya cerita lain. Kan, katanya you can lead a horse to water, but you can’t make it drink. Meski orang ditawari sesuatu yang bagus, tidak otomatis mereka menerimanya. PMT lokal termasuk yang belum tentu diterima sesuai harapan.

Masih ingat PMT model biskuit dulu?

Alih-alih dimakan anak, malah dimakan ayahnya buat teman minum kopi.

Karena itu, upaya edukasi dan persuasi mesti dirancang serius. Pendekatannya tak boleh ikut  jaman orde baru di mana komunikator dengan penuh rasa otoritatif berkomunikasi satu arah. Tidak bisa asal suruh apalagi paksa-memaksa orang melakukan sesuatu yang tidak disukai. Paksaan hanya menuai perlawanan. Kalau pun tak kasat mata, yang berkembang justru yang lebih berbahaya: perlawanan dalam hati, di belakang layar, atau layar HP. 

Jaman sudah berbeda. 

Sekarang jamannya dialog, ngobrol-ngobrol asyik. Komunikator tidak boleh egois menyampaikan apa yang dipikir benar tapi mesti berangkat dari apa yang orang pikirkan dan rasakan. Coba pahami dan empati pada apa mereka lakukan. 

Apakah orang belum terbiasa memasak MP-ASI (Makanan Pendamping ASI)?

Apakah kesulitan menyuapi makan anak? Belum tahu cara menyuapi yang atraktif?

Apakah anaknya ketagihan ciki-ciki atau makanan manis yang memang adiktif?

Apakah orang tua berpikir makanan instan kotakan atau sasetan bergizi hebat?

Apakah mereka berpandangan pangan protein bahaya, seperti membuat anak bisulan?

Apakah mereka menghentikan ASI karena merasa tidak bermanfaat? Atau malu?

Apa ada kepercayaan pantangan makanan bumil? Berpikir yang utama itu susu?”

Pada hal-hal yang baik, coba berikan apresiasi. Jangan cuma tunjukkan kekurangan karena itu hanya akan men-demotivasi.

Cara menjelaskan pesan pun mesti mudah dicerna. Jangan bilang gizi seimbang adalah susunan asupan sehari-hari yang jenis dan jumlah zat gizinya sesuai dengan kebutuhan tubuh. Namun,  gunakan perumpamaan dan cerita agar kebanyakan orang mudah memahami dan tak mencurigai.

Untuk edukasi kelompok, lakukan dengan ngobrol-ngobrol, permainan, nyanyian, lomba-lombaan, dongeng, atau cara lain yang menarik hati. Supaya saking asyiknya, tak terasa pesan masuk sementara waktu berlalu cepat. Ujung-ujungnya orang bertanya, kapan kita kumpul begini lagi?

WTC-2, 27 Maret 2024 - RR