Program Inovasi Edukasi Kesehatan

Mereka-reka pesan-pesan CKG


 
Mereka-reka pesan-pesan CKG

Kira-kira, bagaimana ya pesan edukator untuk ajak warga CKG (Cek Kesehatan Gratis)

Apakah dengan mengatakan CKG adalah apresiasi negara bagi warga yang berulang tahun? Bukti kehadiran negara?

He he he, itu berbau-bau politik. Rasanya, kurang kena buat kebanyakan warga. 

Dalam perspektif komunikasi perubahan perilaku, rumusan pesan mesti klop dengan “masalah komunikasi” yang dihadapi. Sekedar contoh:

Orang-orang yang peduli kesehatan dan pernah memeriksakan kesehatan di klinik swasta. “CKG saja ke Puskesmas. Alat-alatnya bagus juga, kok, bu Yanti.  Sudah dikalibrasi. Nanti, yang tidak tersedia di Puskesmas, diprosesnya di rumah sakit besar milik pemerintah. Jadi, hasilnya akurat. 

Orang-orang yang peduli kesehatan dan perhatian dengan keuangan. “Sayang lagi, bu Icha! Mumpung gratis! Kalau di swasta, bisa kena 1 juta lebih. Bayar pajak mahal-mahal, beli ini itu kena PPN, sayang kalau ga diambil.”

Orang-orang yang suka ikut-ikutan. “Pak Rachmat kemarin juga sudah CKG, lho. Sudah 4 orang di RT kita yang ambil.”

Orang-orang yang takut kena sakit serius tapi takut periksa juga. ”Ini sih supaya tahu kondisi kita, bu Andros. Belum tentu juga ada penyakit. Tapi kalau ga periksa, jadi ga tahu. Lalu, jadi pikiran. Pikiran itu justru buat penyakit, lho. Kalau hasilnya bagus, alhamdulillah. Kalau ada tanda-tanda penyakit, nanti dipandu tenaga kesehatan bagaimana supaya sehat lagi. Kalau tidak diperiksa, nanti jadi pikiran, stress lalu jadi penyakit beneran.”

Orang-orang merasa sehat dan kuat. “Alhamdulillah, sekarang Bapak Romy sehat kuat. Tapi kita kan tidak tahu bagaimana 1-2 tahun kedepannya. Ingat Pak Husni? Sehat banget kan kelihatannya? Kemarinnya masih ikut kerja bakti, paginya lewat. Bukan serangan penyakit tiba-tiba sebetulnya itu. Bisa ketahun jauh-jauh hari, kok.”

Orang-orang yang bingung kenapa mesti periksa padahal (merasa) sehat. “Justru CKG itu buat orang sehat, bu Fivi. Kalau lagi sakit, namanya berobat. Seperti kalau kita servis motor berkala, bukan karena motornya mogokan, kan? Tapi supaya motornya tetap ngacir. Kalau ada sedikit-sedikit yang kurang bagus, didandanin atau diganti. Kalau ga servis-servis, dijamin nanti mogok. Kalau motor, enak, tinggal ganti onderdil. Kalau tubuh manusia, di mana belinya?”

Orang-orang yang merasa sehat dan waktunya terbatas karena sibuk cari uang. “CKG saja dulu, Pak Manji. Supaya tahu bagaimana caranya supaya lebih sehat lagi. Kita hilang sehari, sih. Tapi, ibarat ketapel, tarik dulu, berhenti sebentar, setelah meluncur melesat cepat. Dari pada lagi asyik-asyik kerja tapi tiba-tiba kena penyakit berbahaya, entah jantung, stroke atau amit-amitlah itu.”

Ada lagi? Ada yang kurang pas?

 

 

Pejaten, 11 Februari 2025 - RR