Program Inovasi Edukasi Kesehatan

Model Edukasi Sosial Emosional


 
Model Edukasi Sosial Emosional

Model edukasi untuk mengubah sikap perilaku dapat dikelompokkan menjadi 1) high cognition and 2) low cognition. Yang pertama menekankan olah pikir. Warga diberi informasi untuk berpikir. Di sekolah, pendekatan ini dominan. Guru atau dosen menyampaikan informasi dengan argumen atau data kuat, dipikirkan siswa/ mahasiswa, dan menjadi dasar perubahan perilaku.

Model kedua lebih menekankan emosi atau perasaan. Jalan masuknya adalah rasa senang, nyaman, suka, percaya/ yakin, takut, khawatir, jijik, atau jenis perasaan lainnya. Penceramah kondang yang membuat orang tertawa terpingkal-pingkal atau nyaman, kemudian disukai dan diikuti biasanya bermain di area emosi. Mereka tidak main banyak dalil yang kompleks.

KAP sendiri bermain di mana?

Awalnya, KAP bermain di dua kaki. Ada skenario high cognition dan low cognition

Dalam perkembangannya, setelah 2020, low cognition lebih dominan.

Alasannya, satu, partisipan lebih senang. Ibu-ibu hamil butuh ririungan atau kumpulan nyaman dan menyenangkan untuk hiburan atau kartasis (melepas penat). Siswa-siswi sudah suntuk belajar serius, mereka butuh bersenang-senang. Demikian pula dengan bapak-bapak yang lelah kerja, proses bergembira lebih disukai. Proses serius-serius justru membuat bosan.

Kedua, edukatornya juga lebih senang. Melihat partisipan tertawa bergembira, edukator pun ikut senang (walau dalam KAP, edukator mesti tertawa duluan). Model serius hanya menambah beban pikiran mereka saja.

Ketiga, tidak semua edukator ahli dalam materi yang disampaikan. Kader, misalnya, akan berdarah-darah kalau mesti menyampaikan materi penuh teori. Tahun 2020, kami pernah melatih 400an mahasiswa di Bandung untuk KKN. Modelnya ada yang high cognition and low cognition. Ternyata, yang terpakai di lapangan adalah low cognition. Salah alasannya adalah takut (karena bukan mahasiswa di Fakultas Kedokteran). Kata mereka, kalau warga tanya ini itu (yang terlalu teknis) , bagaimana?

Yang low cognition memang tak banyak menjelaskan teori tapi lebih dengan cerita dan perumpamaan. Tujuannya agar orang mudah membayangkan, memikirkan, dan mengingat.
Karena KAP bersandar pada budaya oral (lisan), maka model emosionalnya bukan individual tapi sosial emosional. Artinya, senangnya rame-rame dan belajarnya pun rame-rame. Makanya, muncul moto: connect before content, jangan mengorbankan hubungan demi cakupan, lebih mudah mengajak kalau sudah akrab, jangan mulai materi sebelum warga tertawa, dan lain-lain.

 

 

Jogjakarta, 29 Juli 2025 – RR (Forum KAP/ VA)