
Model Edukasi Yang Sebaiknya Dihindari

Sebetulnya tidak ada model-model khusus yang perlu dihindari. Semua sah saja asal 1) tak memberi beban tambahan pada guru dan siswa, dan sebaliknya 2) membawa kegembiraan pada mereka.
Model-model edukasi yang sarat teori atau informasi, yang sulit dikunyah dan dihafal, hanya memberi tekanan pada guru sebagai komunikator dan siswa sebagai pembelajar. Apalagi bila dibawakannya dengan cara yang konvensional.
Contoh-contohnya:
Model edukasi satu arah di kelas. Komunikator menyampaikan materi kesehatan di depan kelas dengan gaya berceramah. Siswa-siswi duduk diam mendengarkan. Setelah selesai ceramah, tersedia waktu bertanya. Biasanya jarang yang bertanya. Lalu, ditutup dengan post-test atau kuis.
Model kumpul diam di lapangan panas-panasan. Di lapangan siswa-siswi berbaris, berkumpul, dan kadang disuruh duduk. Sambil kepanasan, siswa-siswi diminta mendengarkan komunikator berbicara panjang lebar. Setelah itu, kadang diikuti sesi ramai-ramai, misalnya makan atau cuci tangan pakai sabun. Ada juga yang akhiri dengan yel-yel, yang telah dipersiapkan dan foto-foto ria.
Mengapa model-model di atas mesti dihindari?
Jawabannya mudah: tidak disukai.
Coba bayangkan sejenak. Guru sudah memiliki beban mengajar yang lumayan berat. Belum lagi beban administrasi, yang bagi sebagian guru, melebihi beban mengajar. Sekarang mau ditambah beban mengajar topik lain, yang tak masuk kisi-kisi ujian pula? Apalagi bila model komunikasinya satu arah alias berceramah, berarti mesti menghafal materi. Beban lagi.
Siswa pun tidak akan suka. Mana mungkin mereka suka kembali mengikuti sesi pembelajaran satu arah yang membosankan. Apalagi bila sehari-hari mengalami model yang sama. Apalagi mesti sambil berpanas-panasan.
Karena itu, pengelola program edukasi kesehatan di sekolah mesti mencari taktik edukasi yang menyenangkan bagi guru. Misalnya, yang sifatnya sbb.
* Mudah dilakukan oleh guru
* Menyenangkan hati guru karena:
* Membuat hati siswa senang
Di lain pihak, siswa pun berharap sesi edukasi kesehatan berlangsung menyenangkan. Membuat mereka tertawa dan bergembira dan di waktu yang sama, memperkaya pengetahuan mereka dalam dunia kesehatan. Misalnya, yang berisi kegiatan kompetitif tapi penuh kelucuan dan tentu saja, informasi atau hal-hal baru.
Taktik edukasi sangat menentukan. Karena itu, pengelola program edukasi kesehatan di sekolah mesti menyediakan beragam taktik yang atraktif. Jangan sampai sampai hanya menyediakan konten atau materi teknis kesehatan yang bejibun tanpa dilengkapi taktik. Tidak kasihan guru-kah?.
Makassar, 17 Juli 2024 – RR (dari Buku Edukasi Kesehatan di Sekolah – on progress)