Program Inovasi Edukasi Kesehatan

Permainan low cognition KAP


 
Permainan low cognition KAP

“Kalau KAP, permainan-permainannya model low cognition, ya, Ibu Bapak Guru.”

Itu pengantar sesi KAP untuk DBD (Demam Berdarah Dengue) bersama 40 guru sekolah se-Cilandak yang diselenggarakan Puskesmas Cilandak di sekolah HighScope Indonesia (6/8/25).

Niatnya ingin membedakan KAP dengan proses belajar di kelas, yang menggunakan high cognition, yang fokus pada kemampuan berpikir. Tahun lalu, dunia pendidikan berbicara tentang critical thinking dan sekarang, deep learning

Low cognition tidak mikir-mikir berat. Tapi, lebih di aspek emosional. Karena pakai budaya oral, maka KAP jadinya lebih sosio emosional.

Maksudnya, permainannya mesti membuat siswa senang, gembira, dan sekaligus menambah akrab. 
Jadi kalau senang, ya senang bersama-sama.

Permainannya pun tak perlu mengandung konten pembelajaran secara lengkap dan eksplisit. Bisa sekedar pengantar, ide yang nanti bisa dihubung-hubungkan atau dikarang-karang, pemicu diskusi, kata-kata kunci untuk diingat-ingat, dll. 

Tapi kalau begitu, belajarnya sedikit, dong?

Emang.

Karena KAP lebih berorientasi pada perubahan sikap dan perilaku. Tidak fokus pada peningkatan dan pengayaan pengetahuan alis kognitif.

Tidak apa-apa info yang didapat siswa sedikit, yang penting, disukai, diterima, dan diikuti.

Toh, kalau sesi KAP, seperti urusan DBD, info yang diterima siswa tidak akan masuk ujian nasional. Yang penting adalah apakah sikap dan perilakunya berubah.

Sementara, untuk materi-materi yang diuji di ujian nasional, biarlah diantar dengan pendekatan high cognition, yang sudah berlangsung selama ini.

Contoh lebih nyata kita bahas di Forum Kemisan siang ini ya.

https://s.id/forumkemisan

 

 

Puskesmas Cipayung, 7 Agustus 2025 – RR (Forum KAP/ VA)