Program Inovasi Edukasi Kesehatan

Persuasi urusan TBC: Istilah-istilah sulit menyulitkan


 
Persuasi urusan TBC: Istilah-istilah sulit menyulitkan

“Sebagai kontak erat ibu perlu minum TPT ya.”

“Nanti bapak akan diperiksa dahak sewaktu.”

“Adik ini terduga TBC, jadi perlu tes.”

“Karena di sini ada yang positif, kami akan melakukan IK.” (investigasi kontak)

Sewaktu mengamati latihan komunikasi kader-kader untuk TBC, tertangkap banyak istilah teknis yang bermunculan dalam percakapan. Istilah yang kemungkinan besar sulit dipahami warga biasa tapi kok ya terdengar lancar dan biasa disampaikan kader. 

Istilah-istilah itu adalah jargon-jargon program, yang termaktub dalam dokumen-dokumen program, petunjuk teknis, dan dibicarakan dalam pertemuan-pertemuan pengelola program. Dengan kata lain, bukan karangan kader-kader.

Apa masalahnya melontarkan istilah-istilah yang sulit dipahami warga?

Saat bertujuan meluaskan wawasan atau pengetahuan warga, lontaran istilah-istilah sulit, yang disertai penjelasan, mungkin tidak begitu menjadi masalah. Yang menimbulkan masalah adalah saat komunikator menggunakan istilah-istilah sulit itu untuk mempersuasi, mengubah sikap atau mengajak warga melakukan perilaku tertentu. Dalam konteks TBC: mengajak tes, minum TPT (Terapi Pencegahan TBC), minum obat dan lain sebagainya. 

Pengalaman selama pandemi COVID-19, yang baru saja usai, menunjukkan kalau warga diajak dengan terpaan istilah-istilah baru, yang muncul bukan kebingungan atau ketidakpahaman, tapi justru kecurigaan. Berprasangka buruk. Mengira ada udang dibalik batu. Lalu, kehilangan kepercayaan dan pada akhirnya, menolak.

Lumrah saja. Kita sendiri kalau disodori salesperson barang yang kita tidak tahu apa itu dan hanya dibilang penting untuk dibeli tentu otomatis akan muncul kecurigaan. 

Apa maksudnya? Kenapa saya perlu membeli? 

Apalagi kalau salesperson-nya memiliki keterbatasan menjelaskan istilah sulit itu. 

Kalau ditanya, TPT itu kandungannya apa? Kalau anak saya kurus, apa ada efek sampingnya? Apa bisa dijawab kader?

Karena itu, dalam komunikasi sehari-hari di kampung, penggunaaan istilah-istilah sulit mesti dikurangi. Diganti bahasa yang mudah dicerna. Bisa berbentuk cerita, perumpamaan atau kata padanan yang biasa dalam keseharian.

Dan jangan melemparkan tanggung jawab penerjemahan pada para kader. Jangankan menerjemahkan istilah sulit ke bahasa mudah, mencerna istilah-istilah teknis itu saja sudah buat puyeng.

Tidak sulit, kok. (Tidak sesulit menurunkan rangking TBC yang saat ini juara dua dunia, setelah India.) 

WTC, 29 September 2023 – RR