Program Inovasi Edukasi Kesehatan

Pilih kader yang pintar ngomong?


 
Pilih kader yang pintar ngomong?

“Pilih kader yang pintar ngomong. Jangan yang pendiam. Nanti tak sampai pesan kita ke warga.”

Sering saya mendengar rekomendasi semacam itu dalam memilih kader. Kadang dengan tambahan: yang aktif bicara, berani, ramai, heboh, ceplas ceplos atau gaul kesana kemari orangnya.

Apakah itu profil yang tepat?

Dalam dunia komunikasi, dibedakan antara talkative dan communicative. Yang pertama adalah orang yang aktif bicara, senang bicara, banyak bicara, dan kadang sulit diberhentikan. Yang kedua orang yang pintar terlibat dalam percakapan. Dan yang namanya percakapan, mesti tek tokan. Bukan dia terus-terusan bicara. Ada waktunya mendengarkan. Ada waktunya memperhatikan. Lalu, ada waktunya bicara. Bicara pun tak mendominasi karena dia paham percakapan kan milik bersama.

Balik ke urusan kader. Untuk sekedar berperan sebagai penyebar pesan via mulut ke mulut, mungkin profil talkative cocok. Sekedar sebar pesan. Seperti orang woro woro di kampung. 

Urusan diterima atau tidaknya pesan di pikiran dan hati warga, urusan lain.

Karena orang talkative kadangkala memiliki keterbatasan, yaitu mereka lebih memperhatikan cerita mereka sendiri ketimbang cerita orang. Dengan kata lain, kecakapan mendengarkannya, termasuk berempati pada warga, kurang kuat.

Akibatnya, warga tidak sepenuh hati mendengarkan mereka. Asal lewat telinga kanan ke telinga kiri. Atau sekedarnya, asal tak membuat kader tersinggung.

Untuk urusan yang lebih edukatif atau bahkan persuasif yang mesti dicari adalah communicative. Yang mau mendengarkan. Mau memperhatikan. Bertanya tanpa merasa malu dipandang tidak tahu. Bisa memberi saran tanpa memaksa. Tidak mendominasi. 

Hubungan mereka dengan warga biasanya terjalin baik. Bukan sekedar dikenal orangnya tapi juga dipercaya dan didengarkan. 

Dari luar kadang mereka tampak seperti orang pendiam. Tidak banyak omong. Tidak pamer ini itu. Apalagi menyombongkan diri. 

Tapi pendiam mereka beda dengan orang minderan. Kepercayaan diri mereka terlihat kuat. Kan terlihat dari tatapan matanya.

Untuk mengedukasi atau mempersuasi, profil pendengar (yang kadang terlihat pendiam) dan percaya diri lebih tepat. Banyak kok nakes promkes yang berprofil seperti itu menjadi edukator jempolan. Karena itu tadi, dia communicative bukan talkative.

Jember, 3 Oktober 2023 - RR