
Selalu ada ruang untuk saling mengenal

“Karena satu desa, para bumil pastilah sudah saling kenal. Jadi, tidak perlulah (sesi perkenalan itu),” ujar satu penanggap terhadap bab KAP dalam sebuah modul.
Perkenalan atau sesi yang mengakrabkan adalah salah satu fondasi KAP. “Investasi” dalam elemen ini mesti memadai (tidak selalu dalam pengertian waktu atau uang). Karena itu, sesi perkenalan mesti “diamankan”.
Meski sudah saling kenal?
Begini. Perkenalan atau keakraban bukanlah bilangan diskrit tapi kontinu. Jadi, bukan perkara kenal atau tidak kenal tapi seberapa kenal atau akrab.
Hampir bisa dikatakan tidak ada ujung dalam mengenali seseorang. Mereka yang telah berumah tangga puluhan tahun saja masih mendapati momen-momen di mana mereka menemukan sisi baru dari pasangannya. “Oh, ternyata!”
Apalagi kalau bicara sesama warga satu desa, beda dusun, RW atau RT.
Dalam KAP, sesi perkenalan atau keakraban itu penting. Setiap pertemuan mesti meningkatkan kualitas hubungan yang lebih baik, baik antara komunikator dan warga, maupun sesama warga.
Peningkatan hubungan berlangsung bertahap. Tidak diharapkan sekali pertemuan lalu hubungan yang terbentuk seperti saudara sekandung (yang akur).
Karena itu, komunikator perlu menyiapkan rencana bertahap. Setiap pertemuan memiliki target berbeda. Bila mulai dari nol, maka komunikator memulai dari pengenalan tingkat permukaan, yaitu nama. Di pertemuan-pertemuan berikutnya, komunikator secara bertahap menargetkan yang lebih substansial. Berikut contohnya.
Pertemuan pertama: nama. Partisipan saling kenal. Bukan hanya kenal muka tapi juga kenal nama dan boleh ditambah: asal atau tempat tinggal.
Pertemuan kedua: keluarga. Partisipan mulai saling mengenal keluarga masing-masing. Misal, anak-anaknya atau pasangannya. Partisipan juga mulai mengenal persamaan di antara sesama atau sebagian partisipan.
Pertemuan ketiga: simpul. Partisipan saling mengetahui hobi, kegiatan-kegiatan utama, atau menemukan simpul atau kaitan-kaitan bermakna satu sama lain.
Pertemuan keempat: peluang saling bantu atau tolong menolong. Partisipan mulai tahu bagamana bisa saling membantu atau tolong menolong di antara sesama.
Tahap pengenalan atau mengakrabkan dilarang berlangsung secara menjemukan. Mesti fun. Sambil tertawa dan bergembira.
Karena itu, komunikator mesti menyiapkan permainan-permainan yang mengasyikkan. Yang membuat partisipan tidak sadar telah dibuat akrab.
WTC-2, 26 November 2024 - RR