Program Inovasi Edukasi Kesehatan

Tanda-Tanda Kesehatan Pada Produk makanan: Ngaruh Ga Sih?


 
Tanda-Tanda Kesehatan Pada Produk makanan: Ngaruh Ga Sih?

Dalam sebuah pertemuan ada usulan makanan minuman kemasan (pabrikan) diberi tanda khusus untuk menunjukkan sehat atau tidaknya. Warna tertentu bagi makanan tinggi gula garam lemak. Atau tulisan, gambar, logo atau lainnya.

Menurut saya, usulan bagus.

Tapi terdengar kurang bagus ditelinga ketika sebagian orang memandang tanda-tanda seperti itu bakal mengubah perilaku orang dengan begitu cesplengnya. Seolah dengan melihatnya orang otomatis mengikuti. 

Jika ditandai tidak sehat, orang tak akan beli. Ditandai sehat, orang akan pilih. Bahkan, katanya, jangan-jangan, kalau ditandai sehat nanti orang akan berlebihan makan makanan itu sehingga justru berbahaya bagi kesehatannya.

Wow, demikian robotiknya-kah orang terhadap tanda-tanda itu?

Kalau demikian robotik-nya, seharusnya tak ada orang membeli rokok. Bungkus rokok berisi tulisan dan gambar menyeramkan tapi tetap dibeli sama perokok. Dihisap dengan nikmatnya pula.

Memang ada juga orang-orang yang ter_-nudge_ (terdorong halus) saat melihat roti dengan gandum utuh, tanda makanan sehat. Tanpa pikir panjang, mereka pilih itu.

Bagaimana menjelaskannya?

Di sinilah, teori jadi ada gunanya juga. Memberi tanda-tanda dalam Teori Transtheoretical model masuk dalam kategori stimulus control. Tangga dikasih pesan-pesan angka kalori yang dibakar, tempat cuci tangan di WC dikasih gambar anak melotot adalah contoh-contohnya.

Berbeda dengan teori lain, Transtheoretical model melihat perubahan perilaku sebagai tahapan dan bukan sebuah peristiwa. Jadi, perubahan perilaku itu bukan orang dari hobi minum minuman manis menjadi tidak minum minuman manis tapi ada tahapannya. Sehingga, intervensi perubahan perilaku mesti matching dengan posisi orang.

Ada 6 tahap, pre kontemplasi, kontemplasi, persiapan, aksi, pemeliharaan, dan terminasi. Singkatnya, tahapannya mulai dari tidak ada pikiran apapun untuk mengubah perilaku atau bahkan menghindari informasi yang ajakan (pre-kontemplasi) sampai full sudah berubah, tidak ada keinginan sedikit pun dalam kondisi apapun (terminasi).

Stimulus control adalah intervensi (atau sebagai proses perubahan) yang cocok pada orang di tingkat aksi. Dengan kata lain, pre-kontemplasi, kontemplasi, persiapan sudah lewat. Saya sudah memikirkan meninggalkan minuman manis, takut DM tidak terkontrol sehingga membuat penyakit-penyakit serius lainnya, sudah baca-baca artikel bahaya gula, sudah mulai membuat daftar makanan minuman yang harus dihindari, dan sudah mulai menolak minuman manis saat diberi teman. Maka, saat di supermarket, tanda gula tinggi pada suatu produk akan cespleng mempengaruhi perilaku belanja saya.

Tapi kalau tidak ada rasa khawatir, mikir pun tidak dan malah menikmati, tanda seperti apapun dibuatnya, tidak ada gunanya. Seperti para perokok setia melihat gambar, yang menurut orang kesehatan sungguh menyeramkan, ga ngaruh lagi.

Condet, 21 Agustus 2023 - RR