
Teknik mengenalkan nama secara menancap

Setiap teknik KAP ada ceritanya sendiri, yang kebanyakan berasal dari kejadian-kejadian di lapangan. Termasuk di sini, mengenalkan nama secara menancap.
Terkait teknik seputar penggunaan nama, yang umumnya diutamakan adalah menyebut nama lawan bicara. KAP, misalnya, ada jurus menyebut nama lawan bicara (yang baru dikenal) minimal 5x. Dengan begitu, komunikator akan hafal nama lawan bicara dan juga ada dampak positif pada sisi lawan bicara, yaitu perhatiannya tertuju pada komunikator dan dia merasa dihargai yang kemudian membentuk suasana komunikasi yang nyaman.
Di tahun 2010an, ada kejadian yang membuat teknik mengenalkan nama secara menancap dimasukkan dalam paket teknik wajib. Kejadiannya di salah satu kabupaten di Jawa Timur.
Bertempat di Poltekkes Kemenkes Malang, diselenggarakan pelatihan tentang gizi, di mana teknik-teknik KAP menjadi salah satu materi. Besoknya teman-teman partisipan pergi ke desa untuk mempraktikkan sesi edukasi bersama ibu-ibu balita.
Salah satu peserta, kebetulan tenaga promkes, memulai percakapan dengan bertanya apakah hadirin mengenalnya.
“Ibu-ibu kenal saya? Saya dari Puskesmas X? Sudah sering kan kita ketemu?”
Ibu-ibu balita celingukan. Seperti saling bertanya, siapa gerangan nama ibu bidan di depan ini?
Akhirnya, bu bidan promkes itu mengenalkan namanya. Tapi sekilas saja. Yang rasanya sulit dihafal.
Sedih juga melihatnya. Apalagi bu bidan promkesnya akan pensiun dalam beberapa bulan ini.
Ada sejumlah teknik yang dapat membantu lawan bicara hafal nama komunikator. Para tenaga penjual biasanya menggunakan namanya sendiri sebagai kata ganti orang pertama.
“Arif juga pakai mesin cuci ini di rumah. Sudah 5 tahun. Tidak pernah rusak,”
Tapi kedengarannya agak lebay. Apalagi kalau diterapkan dalam setting edukasi kelompok.
Maka itu, pilihannya jatuh saat pengenalan: 1) Komunikator mesti mengenalkan namanya dengan cara yang mudah dihafal. 2) Lalu, segera dilanjutkan dengan cari feedback.
Bu Senya: “Ibu-ibu, nama saya senyap…..(hening)….tapi tanpa p. Senya, ya ibu-ibu.”
Bu Senya: “Siapa nama saya?”
Ibu-ibu : “Senyaaa!”
Satu teori lagi. Bila hafal nama tenaga kesehatannya, ibu-ibu merasa lebih nyaman membuka percakapan, seperti bertanya atau berpendapat (dalam sesi edukasi). Atau, menyapa saat bertemu di jalan.
WTC-2, 23 September 2024 - RR