Saat ini musim sudah tidak bisa diprediksi dengan akurat, seiring dengan tantangan perubahan lingkungan global, kadang panas terik kemudian tiba-tiba hujan deras. Kondisi demikian memungkinkan kita lebih rentan terhadap penyakit menular, seperti flu yang umum dijumpai. Ditambah lagi, rutinitas yang kadang bikin stres. Hal tersebut tentunya dapat memperburuk kondisi kesehatan kita. Everything psychological is biological. Betul sekali, fisik dan mental menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan. Tahukah kalian bahwa stres juga berpengaruh terhadap kesehatan fisik? Sebuah studi eksperimen berusaha menjawab pertanyaan ini.
Cohen dan koleganya pada tahun 1993 melakukan riset untuk mengetahui apakah individu yang melaporkan tingkat stress yang lebih tinggi berpotensi sakit setelah terpapar virus infuenza daripada individu dengan tingkat stress yang lebih rendah? Peneliti melakukan sebuah studi eksperimen, melibatkan 420 partisipan sehat (154 pria dan 266 wanita) di Salisbury, Inggris dengan rentang usia 18 hingga 54 tahun.
Partisipan dibagi menjadi 2 grup; 394 partisipan diberikan nasal drops (tetes hidung) yang mengandung salah satu dari lima virus pernapasan (rhinovirus tipe 2, 9, atau 14, virus sinsitial pernapasan, atau coronavirus tipe 229E) sebagai grup eksperimen dan 26 partisipan tambahan diberikan saline nasal drops (tetes hidung saline) tanpa virus sebagai grup kontrol. Setelah itu, seluruh partisipan diminta untuk menyelesaikan kuesioner yang menilai stres psikologis.
Mereka kemudian dikarantina (sendirian atau bersama orang lain) dan dipantau untuk melihat perkembangan tanda-tanda infeksi, serta gejala. Setiap hari, partisipan diperiksa profesional medis dengan mencatat suhu tubuh, mengumpulkan sampel nasal wash (pencuci hidung) dan jumlah kertas tissue yang digunakan. Sampel darah juga diambil 28 hari setelah intervensi paparan virus. Kriteria peserta yang menderita dan didiagnosis flu klinis ditentukan oleh profesional medis. Tidak terdapat peserta pada grup kontrol yang memenuhi kriteria menderita flu klinis sehingga tidak diikutsertakan dalam analisis. Apakah kalian sudah bisa menebak hasilnya?
Temuan penelitian ini menggambarkan:
- Peristiwa hidup negatif, stres yang dirasakan, dan afek negatif (seperti suasana hati buruk) dikaitkan dengan peningkatan risiko terkena flu.
- Kelompok yang terpapar virus dan dikarantina sendirian, para peneliti menemukan bahwa partisipan yang memiliki tingkat stres yang lebih tinggi dan mengalami lebih banyak peristiwa negatif dalam hidupnya lebih mungkin memenuhi kriteria penyakit klinis daripada partisipan dengan tingkat stres yang lebih rendah.
Dari penelitian ini bisa kita simpulkan stres psikologis dapat melemahkan respons imun tubuh, membuat individu lebih rentan terhadap penyakit menular seperti flu. Studi ini mendukung teori bahwa kesehatan mental dan fisik saling terkait, dengan stres sebagai faktor risiko penting terkait penyakit infeksi. Oleh karena itu, yuk healthies kendalikan pikiran dan lebih aktif lagi secara fisik untuk melawan berbagai penyakit.