Dilansir dari The Conversation, kerugian negara akibat konsumsi rokok di Indonesia pada tahun 2015 hampir mencapai Rp600 triliun. Kerugian tersebut diakibatkan oleh beban klaim jaminan kesehatan dari Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan (BPJS) atas penyakit-penyakit yang ditimbulkan oleh rokok.
Dilihat dari perspektif nasional, rupanya apa yang dibilang negara untung besar dari cukai rokok, ternyata tidak sepenuhnya benar. Dilihat dari hasil cukai rokok pada tahun tersebut yang hanya hanya menyumbang Rp 139,5 triliun. Dengan kata lain, beban yang ditanggung melalui program jaminan kesehatan 3 kali lebih besar dibandingkan pendapatan dari cukai rokok.
Lalu bagaimana dengan individu perokok? Jelas merokok sama sekali tak bermanfaat. Merokok boleh dikatakan tindakan bodoh, sudah tahu risiko kematian sangat besar, belum lagi dampak memiskinkan yang tanpa disadari sedikit demi sedikit menggerogoti, tapi tetap saja dilakukan.
Namun, memang mengendalikan rokok bukan hal yang mudah. Rokok telah lebih dulu melekat cukup kuat dalam sendi masyarakat Indonesia. Bahkan di beberapa daerah rokok disebut sebagai simbol rasa hormat dan bagian dari adat.
Dampak Berhenti Merokok
Kendati demikian, tetap saja mengendalikan atau menghindari rokok akan lebih bermanfaat ketimbang menjadikannya bagian dari hidup. Meski tak semudah membalikkan telapak tangan, namun dengan mengetahui dampak positif yang terjadi pada tubuh setelah berhenti merokok, mungkin akan membantu niat berhenti.
Dampak positif akan langsung tubuh rasakan seketika setelah berhenti, tak perlu menghitung hari, bahkan hanya dalam hitungan menit. 20 menit setelah berhenti merokok, denyut jantung akan kembali normal, selanjutnya setelah dua jam, tekanan darah akan mulai ikut kembali normal. Hal ini tentu dipengaruhi oleh berkurangnya kadar nikotin dalam darah yang mulai berkurang secara perlahan.
Lalu dalam rentang 2 hingga 12 jam setelah rokok terakhir, lazimnya tubuh akan mengalami masa-masa di mana dorongan untuk merokok terasa begitu besar. Tak hanya itu biasanya hasrat ingin merokok akan berangsur semakin kuat hingga hari ketiga setelah rokok terakhir. Fase ini menandakan adanya ketergantungan tubuh pada kadar nikotin.
Dikatakan sebagai indikasi ketergantungan sebab tak hanya dorongan secara psikologis, efek ketergantungan juga ditunjukan dengan mulai munculnya sakit kepala, mual, hingga mudah marah. Namun, berita baiknya, di fase ini kandungan karbonmonoksida dalam darah juga akan ikut turun hingga ke batas normal.
Meski menjadi masa tersulit, namun jika bisa mengalahkan hasrat untuk kembali merokok, banyak hal positif yang akan terjadi pada tubuh. Seminggu sampai 9 minggu setelah berhenti, batuk, napas pendek, rasa terbakar di dada setelah beraktivitas fisik mulai berkurang.
Lalu, setelah satu tahun berhenti merokok, risiko penyakit jantung dan berbagai jenis kanker, termasuk kanker paru-paru akan berkurang hingga setengahnya.
Kemudian saat setelah 15 tahun berhenti merokok, risiko kematian akibat rokok bisa ditekan hingga menyamai non-perokok. Kecuali, jika mantan merokok kembali merokok dan mengalami kerusakan permanen di paru-paru yang memicu penyakit obstruksi paru-paru kronis.