Peringatan Hari Gizi Nasional menjadi sebuah pengingat akan ancaman gizi buruk. Terkait hal ini, ada beberapa hal yang perlu dicermati. Gizi buruk tidak hanya soal perkara “kekurangan makan” saja. Indikator gizi buruk juga dipengaruhi oleh rendahnya asupan nutrisi yang dibutuhkan tubuh. Seperti, vitamin, mineral, dan zat esensial lainnya.
untuk mencegah gizi buruk pada anak, pemenuhan gizi harus dimulai sejak 1.000 hari pertama kehidupannya. 1.000 hari pertama untuk mencegah gizi buruk yang dimaksud di sini dihitung bukan sedari bayi dilahirkan, melainkan sudah dimulai sejak bayi masih dalam kandungan.
Lalu bagaimana langkah agar gizi buruk tidak terjadi pada anka? Dalam rangka peringatan Hari Gizi Nasional, berikut kiat mencegah gizi buruk sejak 1.000 hari pertama kehidupan bayi.
1. Asupan makanan bergizi
Mencegah gizi buruk tidak hanya harus dilakukan langsung kepada bayi. Para ibu (khususnya yang sedang hamil dan masih menyusui) sudah wajib mengkonsumsi makanan bergizi untuk dirinya dan bayi dalam kandungan.
Makanan bergizi di sini terdiri dari makanan-makanan yang mengandung karbohidrat kompleks, protein, lemak, dan serat.
2. Mengontrol kandungan
Orang tua dianjurkan untuk secara rutin mengontrol kondisi kehamilan ke bidan atau dokter. Menurut dokter Damayanti, Ikatan Dokter Anak Indonesia ini (IDAI), malnutrisi tidak hanya datang dari asupan ibu tapi juga bisa dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.
“Penyebab anak lahirnya kecil bukan hanya makan ibu, tapi bisa jadi karena plasenta, genetatif dan sebagainya. Hal ini mesti diperiksa supaya bisa diambil tindakan sedini mungkin,” terang Damayanti.
3. ASI dan MPASI
Asupan utama bagi bayi adalah Air Susu Ibu atau ASI yang eksklusif. Damayanti tidak menganjurkan pemberian susu formula karena tak ada satupun yang bisa menandingi ASI.
“ASI itu penting, dibandingkan susu formula manapun, ASI pasti unggul,” ujar Damayanti.
ASI ini baru bisa ditambahkan dengan makanan lain setelah anak berusia lebih dari enam bulan dan siap menerima makanan pendamping ASI.
Menurut Damayanti, MPASI haruslah makanan yang banyak mengandung zat besi dan protein seperti hati ayam, bebek atau angsa.
4. Periksa berat dan tinggi badan anak
Berat badan dan tinggi badan bisa dijadikan indikator untuk mengetahui baik atau tidaknya asupan gizi pada anak. Oleh karena ini, mengukur berat dan tinggi badan anak ke puskesmas atau rumah sakit perlu dilakukan secara rutin.
Anak yang kekurangan gizi menunjukan gejala-gejala yang mulai terlihat pada usia tiga bulan. Pada usia tersebut, berat dan tinggi badan pada anak cenderung tidak bertambah. Jika menemui hal itu, jangan sungkan untuk segera pergi ke puskemas atau rumah sakit agar diberi tindakan yang tepat.
Nantinya, petugas kesehatan akan memberikan rekomendasi penanganan yang sesuai dengan kondisi anak dan ibu.