Capai Eliminasi TBC dengan Semarak Gerakan Indonesia Akhiri Tuberkulosis (GIAT)

 

Capai Eliminasi TBC dengan Semarak Gerakan Indonesia Akhiri Tuberkulosis (GIAT)


Capai Eliminasi TBC dengan Semarak Gerakan Indonesia Akhiri Tuberkulosis (GIAT)

Berdasarkan Global TB Report 2023, saat ini Indonesia menempati peringkat kedua di dunia setelah negara India dengan estimasi kasus TBC baru sebanyak 1.060.000 kasus dengan kematian mencapai 134.000 per tahun, angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.

TBC merupakan penyakit kronis yang menular dan mematikan, sekitar 17 orang per jam meninggal akibat TBC. Salah satu strategi yang dapat dilakukan adalah dengan menemukan seluruh kasus TBC dan mengobati sampai sembuh, sehingga penularan TBC dapat dihentikan. Upaya-upaya penanggulangan TBC tersebut merupakan pekerjaan rumah bagi semua pihak, tidak hanya sektor kesehatan saja tetapi sektor non kesehatan juga harus terlibat. Dibutuhkan kolaborasi dan kerjasama multi-pihak dengan suatu gerakan untuk mencapai Indonesia Akhiri TBC!

Bersamaan dengan adanya peringatan Hari Tuberkulosis Sedunia (HTBS) yang jatuh setiap tanggal 24 Maret, pada tahun 2024 Indonesia akan mengadakan berbagai gerakan untuk mencapai Eliminasi TBC 2030.

 

Mengapa TBC harus dieliminasi?

  1. TBC merupakan penyakit kronis yang dapat menular dengan mudah, melalui udara yang berpotensi menyebar di lingkungan keluarga, tempat kerja, sekolah, dan tempat umum lainnya.

  2. Pengobatan TBC tidak mudah, dengan adanya kemungkinan efek samping obat dan memerlukan waktu pengobatan yang tidak sebentar (minimal 6 bulan).

  3. TBC yang tidak ditangani hingga tuntas menyebabkan resistansi obat (kebal obat).

 

Pentingnya Kolaborasi Seluruh Pihak dalam Eliminasi TBC

Penyakit TBC tidak hanya berdampak pada aspek kesehatan secara fisik saja, tetapi juga pada aspek sosial, psikologi dan ekonomi masyarakat. Menjangkau setiap orang dengan TBC dan memastikan setiap pasien diobati sampai sembuh membutuhkan pendekatan yang melampaui sektor kesehatan. Sebagai salah satu upaya mewujudkan Cakupan Kesehatan Semesta, keberhasilan eliminasi TBC ditentukan pada kontribusi dan kolaborasi lintas sektor oleh multi-pihak dan seluruh lapisan masyarakat secara berkesinambungan. Setiap sektor mempunyai peran penting dalam menyukseskan target eliminasi TBC sebelum tahun 2030.

Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan sesuai pada Peraturan Presiden No. 67 tahun 2021 tentang Penanggulangan TBC adalah mendorong komitmen Pemerintah Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota hingga pemerintah desa dan pemangku kepentingan lainnya dalam melaksanakan penanggulangan TBC di wilayahnya.

Pada 22 September 2023, Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNGA) mengadakan pertemuan tingkat tinggi kedua tentang perang melawan TBC. Pertemuan tingkat tinggi ini menghasilkan deklarasi politik terkait komitmen negara menanggulangi TBC. Salah satu poin dalam deklarasi ini adalah menekankan pentingnya tindakan dan akuntabilitas multisektoral untuk memastikan bahwa semua pemangku kepentingan terkait mengambil tindakan untuk mengakhiri TBC dan tidak meninggalkan siapa pun (leave no one behind).

Sebagai salah satu bentuk implementasi Strategi Nasional Penanggulangan TBC yaitu peningkatan peran serta komunitas, mitra, pemangku kepentingan, dan multisektor lainnya dalam penanggulangan TBC. HTBS yang diperingati pada 24 Maret 2024 menjadi momen yang tepat untuk menggaungkan pentingnya gerakan eliminasi TBC dan mengajak keterlibatan multisektor dan seluruh lapisan masyarakat.

 

Peringatan Hari Tuberkulosis Sedunia (HTBS) 2024

Tema dan Sub-Tema HTBS 2024

Merujuk pada tema global HTBS tahun 2024 yang dilansir oleh WHO yaitu “Yes! We Can End TB”, tema yang dipilih oleh Indonesia adalah tema yang berkaitan dengan suatu gerakan yang mengajak kerjasama dan sinergi multi-pihak untuk mencegah TBC, menemukan dan mengobati sampai sembuh hingga mencapai eliminasi TBC. Tema HTBS 2024 Indonesia adalah “Gerakan Indonesia Akhiri Tuberkulosis (GIAT)”.

Harapan besar dari adanya gaungan untuk tema ini adalah dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang permasalahan TBC melalui:

  1. Peningkatan kesadaran dan peran serta semua pihak (pemerintah pusat, pemerintah daerah, organisasi profesi, mitra, dan masyarakat) untuk penanggulangan TBC di Indonesia.

  2. Ajakan seluruh lapisan masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam mendukung penanggulangan TBC baik dalam pencegahan, penemuan kasus maupun dukungan pengobatan sampai sembuh.

 

Sub Tema 1: “Gerakan Indonesia Akhiri TBC dengan Deteksi Dini dan Terapi Pencegahan TBC (TPT)”

Deteksi dini melalui skrining gejala TBC sangat penting dilakukan untuk memastikan bahwa orang yang terinfeksi TBC segera mendapatkan pengobatan sehingga penyebaran penyakit dapat dicegah. Peran semua pihak, mulai dari pemerintah, swasta, komunitas dan masyarakat dalam pencegahan TBC juga sangat diperlukan.

Selain itu, peran keluarga penting dalam pencegahan penularan TBC karena keluarga memiliki peran besar dalam merawat anggota keluarga yang sakit TBC dan memastikan anggota keluarga yang sehat tidak tertular TBC. Salah satu bentuk pencegahannya adalah dengan mengonsumsi TPT terutama bagi kontak serumah/erat dari pasien TBC serta bagi ODHIV.

Sub Tema 2: “Gerakan Indonesia Akhiri TBC dengan Memulai Pengobatan Sampai Sembuh”

TBC merupakan penyakit yang dapat diobati dan disembuhkan. Namun, masih terdapat tantangan pasien TBC belum memulai pengobatan. Beberapa kemungkinan dikarenakan kurangnya pengetahuan pasien tentang pentingnya pengobatan TBC, adanya stigma, kurangnya dukungan keluarga, kesulitan mengakses fasilitas kesehatan dan lainnya.

Pengobatan TBC perlu dilakukan dengan memperhatikan 3T: Tepat Waktu, Tepat Cara, dan Tepat Dosis. Sehingga pasien TBC dapat mencapai keberhasilan pengobatan dan terhindar dari TBC resistansi obat.

Sub Tema 3: “Gerakan Indonesia Akhiri TBC Akhiri Stigma”

Stigma menjadi salah satu penyebab keengganan masyarakat untuk melakukan pemeriksaan TBC dan dapat memperburuk kondisi pasien. Stigma secara tidak langsung juga mengakibatkan penyebaran TBC yang lebih luas di masyarakat. Stigma juga menyebabkan orang yang mengalami TBC menarik diri dari lingkungan, ditolak dari pergaulan, mendapatkan diskriminasi di lingkungannya, sulit mendapatkan pekerjaan, bahkan kehilangan pekerjaannya. Untuk itu, kita perlu berupaya untuk bergerak menghilangkan stigma pada pasien TBC dengan menyuarakan informasi yang benar dan mendukung pasien dengan sepenuh hati.

Sub Tema 4: “Gerakan Indonesia Akhiri TBC untuk Generasi Emas 2045”

Anak dan kalangan remaja diharapkan menjadi generasi emas pada tahun 2045, sehingga perlu dipastikan bahwa mereka mendapatkan akses pendidikan, kesehatan dan ketahanan yang optimal sebagai dasar mencapai kemajuan. TBC merupakan penyebab kesakitan dan kematian yang sering terjadi pada anak. Pencegahan TBC adalah salah satu upaya penting untuk menjaga kesehatan anak dan generasi muda. Gerakan untuk mencegah TBC pada generasi emas diperlukan kerjasama antara pihak kesehatan, satuan pendidikan, dan pemangku kepentingan lain yang terkait. 

Dalam melaksanakan rangkaian peringatan Hari Tuberkulosis Sedunia 2024, seluruh pihak diharapkan dapat menggunakan jargon kegiatan yaitu: Gerakan Indonesia Akhiri Tuberkulosis (GIAT).

  • Tagar yang dapat digunakan saat melakukan kampanye rangkaian peringatan HTBS 2024 antara lain sebagai berikut:

#GIAT2024 #GerakanIndonesiaAkhiriTBC #TOSSTBC #YesWeCanEndTB #EliminasiTBC2030

Seluruh partisipasi Anda dalam menyamarakan HTBS 2024 sangat kami harapkan untuk mencapai Gerakan Indonesia Akhiri Tuberkulosis!

Informasi lebih lanjut kunjungi website tbindonesia.or.id

TOSS TBC! Temukan TBC, Obati, Sampai Sembuh!

 

Kalender

Artikel Terkait