Sesi edukasi imunisasi HPV tengah berlangsung paralel di kelas 5 & 6 dengan edukator peserta ToT KAP imunisasi HPV. 

Sementara, di lapangan siswa-siswi berbaris diatur-atur 5 pemudi berseragam merah. Di sudut kiri berdiri beberapa standing banner menampilkan merek minuman. Dipandu 2 pemudi, siswa-siswi bergantian meneriakkan yel-yel. Kalau tak salah, bunyinya:

Minum xxxxx!

Setiap pagi!

Buat otak pintar!

Bila berhasil, yaitu berteriak keras akurat, mereka dapat cup plastik berisi minuman itu.

Siswa-siswi terlihat bersemangat. Bergantian mencoba yel-yel itu. Ternyata, bagaimanapun teriakannya, segelas minuman tetap diberikan. 

Setelah itu, menyeruak suara musik energik. Tim promosi mengajak siswa-siswi senam. Siswa-siswi pun ikut-ikutan. Berloncat-loncatan. Berteriak-teriak dan ketawa-ketiwi. 

Di dalam kelas-kelas, siswa-siswi pun tengah bergembira mengikuti sesi edukasi imunisasi HPV. Mereka tertawa-tawa mengikuti permainan Adu Tepuk: Kebal Kena. Juga bersemangat dan kreatif saat lomba menyanyi berkelompok. Tak kalah ramainya.

Edukasi kesehatan tidak sendirian. Ada pesaing-pesaing serius, di antaranya, produk-produk komersial, termasuk yang banyak menimbulkan masalah kesehatan: makanan minuman tinggi GGL (Garam Gula Lemak).

Karena itu, kita jangan hanya mengandalkan informasi kesehatan semata karena mustahil memenangkan pertempuran. Apalagi bila dibawakannya membosankan dan memusingkan. 

Pertempuran di sekolah adalah adu kreativitas. Pemenangnya adalah yang berhasil membuat edukasi yang paling menarik, yang persuasif dan sekaligus mendidik. 

Untungnya, edukator kesehatan tak perlu modal, kecuali modal dengkul. Mereka cukup memanfaatkan segenap kemampuan dirinya. Kemampuan menyanyi dan mengajak siswa menyanyi.  Menari dan mengajak siswa menari. Menggelar permainan, bercerita atau mendongeng, bermain peran, beradu pikiran dengan cara lucu-lucuan, dll. Lupakan cetak-mencetak (mahal). Produksi audio video (lebih mahal). 

Condet, 10 Oktober 2024 - RR