Dari Kupang, tim Portkesmas kemarin yang tengah memfasilitasi ToC KAP, mengirim rekaman video pendek. Partisipan pelatihan yang hendak pulang di-elu-elu-kan. Di-dada-dada-in. Diantar ke angkot. Sampai angkot itu berjalan.

Lho, emang siapa mereka? Ada kegiatan apa?

Oh, tidak ada artis kok dalam tim partisipan. Mereka adalah kumpulan nakes dari Puskesmas dan Dinkes, guru-guru dari berbagai SD, kader-kader Posyandu, dan anak muda perwakilan berbagai organisasi dan siswa SMA. 

Jumlahnya sekitar 40 orang dan mereka bergabung dalam Training of Communicator KAP untuk mendukung imunisasi rutin, yang didukung UNICEF & Kemenkes.

Di sekolah mereka baru saja memfasilitasi sesi edukasi pendek sekitar 45 menit dan siswa-siswinya kelihatannya senang.

Terlepas sejauh mana sesi edukasi itu menghasilkan perubahan pengetahuan, sikap, nilai atau persepsi, dalam perspektif KAP, tim partisipan telah berhasil menjalankan tugasnya dengan baik.

KAP memiliki beberapa prinsip dasar, salah satunya terkait hubungan akrab. Jangan  korbankan hubungan dengan cakupan. _Connect before content. Akrab itu asyik dan memberi energi. Sampai, keakraban modal untuk menyampaikan ajakan.

Bahkan, salah satu indikator penting dalam sesi edukasi ala KAP adalah repeat order atau permintaan dari pembelajar agar fasilitator menggelar sesi yang sama di waktu berikutnya.

Mengapa tidak langsung dievaluasi perubahan pengetahuan, sikap, nilai, persepsi?

Jawabannya adalah KAP melihat edukasi sebagai proses interaksi jangka panjang. Bukan model hit and run. Seperti siswa-siswi SD yang semangat datang ke sekolah.  Sampai rumah menceritakan kegiatan yang menarik pada orang tuanya. Sore-sore sudah menyiapkan diri untuk besok hari. Malam harinya menahan-nahan, membayangkan kegembiraan bertemu guru dan teman-temannya.

Baru masuk beberapa minggu, jangan bicara bagaimana capaian pembelajaran siswa dulu. Buat saja mereka menikmati sekolah. 

Gandaria, 20 September 2024 - RR