Durian: Raja Buah, Raja Terapi


Durian: Raja Buah, Raja Terapi

Tak ada buah yang lebih kontroversial daripada durian. Dihujat karena baunya, dipuja karena rasanya. Tapi siapa sangka, durian bukan sekadar santapan musiman yang dinanti, melainkan pintu masuk menuju terapi rasa, sejarah, dan bahkan spiritualitas. Durian bukan sekadar buah, tapi dunia itu sendiri.

Durian (Durio zibethinus) bukan sekadar buah biasa. Ia termasuk dalam keluarga Bombacaceae (kini digabung dengan Malvaceae) dengan genus Durio yang terdiri dari 28 spesies, 19 di antaranya endemik di Kalimantan. Nama "zibethinus" diambil dari kisah Georg Eberhard Rumphius, ahli botani Jerman yang melihat penduduk Ambon menggunakan aroma durian untuk menjebak musang (zibetto dalam bahasa Latin). Dari sekian banyak spesies, hanya 9 yang dagingnya layak konsumsi, seperti Durio dulcis (durian lahung) dan Durio kutejensis (lai). Di Indonesia, durian lokal seperti Bawor (Jawa Tengah) atau Sitokong (Papua) menjadi kebanggaan daerah.

 

Taksonomi

Durian berasal dari genus Durio, dalam keluarga Malvaceae. Ada sekitar 30 spesies durian, namun hanya sekitar 9 yang bisa dimakan. Durian paling terkenal tentu Durio zibethinus, yang dijual secara luas di Indonesia, Malaysia, dan Thailand. Taksonomi sederhananya:
•    Kingdom: Plantae
•    Order: Malvales
•    Family: Malvaceae
•    Genus: Durio
•    Spesies: Durio zibethinus

 

Prasasti Sejarah: Jejak Duri di Relief Candi dan Catatan Penjajah

Durian berasal dari Asia Tenggara dan telah tumbuh liar di hutan Kalimantan dan Sumatera sejak zaman purba. Bukti sejarah paling awal tentang durian berasal dari tulisan dalam bahasa Melayu kuno dan catatan perjalanan para penjelajah Cina dan Eropa. 
Durian juga telah menjadi bagian budaya Nusantara sejak abad ke-8. Relief Candi Borobudur menggambarkan durian sebagai buah persembahan untuk raja, dijajakan di pasar, dan dibawa bersama manggis atau pisang. Prasasti Kayumwungan (824 M) juga mencatat keberadaannya sebagai simbol kemakmuran. 
Di dalam Kitab Negarakertagama dan prasasti Sriwijaya, durian disebut sebagai hidangan istana. Di masa itu, pesta durian menjadi ajang prestise. Jika sekarang pesta durian digelar di pinggir jalan, dulu ia digelar di taman raja dengan gamelan sebagai pengiring.
Pada abad ke-15, catatan Ma Huan, penerjemah Cheng Ho, menyebutkan buah "liu lian" di Jawa. Ketika penjelajah Eropa seperti Pieter Scipio van Ostende (1687) melintasi Bogor, mereka menemukan jalan dipenuhi pohon durian—sebuah pemandangan yang masih bisa dirasakan di Tanah Baru (dulu Parung Angsana). Namun, mereka kerap keliru membedakan durian dengan sirsak, yang dijuluki "nangka Belanda".

 

Filosofi: Raja Buah yang Memecah Belah

Durian mengajarkan filosofi yang unik. Jangan menilai dari luar. Kulitnya tajam dan mengintimidasi, tapi dalamnya lembut, manis, dan beraroma. Dalam budaya Jawa dan Melayu, durian menjadi simbol keseimbangan hidup — keras di luar, lembut di dalam, bau menusuk tapi rasa menenangkan. Ia menjadi metafora untuk orang-orang yang berkarakter kuat namun berhati hangat.
Julukan "raja buah" diberikan oleh naturalis Alfred Russel Wallace, yang memujinya sebagai "kesempurnaan" rasa meski aromanya kontroversial. Di Thailand, durian melambangkan kemewahan; di Malaysia, simbol persatuan. Tapi di Indonesia, durian lebih dari sekadar buah—ia adalah ikon kebersamaan. Tradisi makan durian di pinggir jalan atau kebun menjadi ritual sosial yang mengikat komunitas, meski baunya bisa membuat orang terbelah: antara yang tergoda atau kabur!


Jenis dan Klasifikasi: Dari yang Mahal hingga yang Mistis

Durian punya banyak "kerabat" luar biasa. Di Indonesia, terdapat berbagai varietas durian, seperti: Durian Montong, Petruk, Otong, Musang King lokal (Sumatera), Si Dodol (Kalimantan), dan Lai (Durio kutejensis). Di Malaysia dan Thailand, ada durian Musang King, D24, D101, Monthong, Kradumthong. Di seluruh Asia Tenggara, terdapat puluhan varietas lokal yang tak kalah lezat, seperti durian merah Banyuwangi atau durian pelangi dari Papua.
Durian termahal di dunia adalah Kanyao dari Thailand, pernah terjual Rp789 juta per buah karena rasa manisnya yang seimbang dan kelangkaan (hanya 3-4 buah per pohon). Sementara Khantarak, durian vulkanik Thailand, dijuluki "lava durian" karena ditanam di tanah bekas letusan gunung berapi. Indonesia punya J-Queen dari Banyumas, yang harganya Rp14 juta per buah karena rasanya seperti paduan kacang dan mentega. Di tingkat lokal, durian Musang King (Malaysia) atau Petruk (Jepara) menjadi favorit pecinta kuliner.

 

Kandungan Zat: Surga Nutrisi dalam Duri

Satu porsi durian (100 gram) mengandung 153 kkal, 27,9 gram karbohidrat, dan 3,5 gram serat. Vitamin C-nya (53 mg) setara dengan jeruk, sementara kaliumnya (601 mg) membantu mengatur tekanan darah. Senyawa sulfur seperti 3,5-dimetil-1,2,4-trithiolane memberi aroma khas, sementara triptofan (asam amino penyebab kantuk) menjelaskan mengapa makan durian bikin ngantuk. Asam amino triptofan juga berkontribusi pada perasaan bahagia. Uniknya, durian juga mengandung antioksidan polifenol yang 15 kali lebih kuat daripada alpukat!
Selain itu, durian juga kaya akan vitamin B1 dan B6, mineral seperti magnesium dan zat besi, serat. Semua zat aktif ini memberikan manfaat fisiologis seperti antioksidan, anti-inflamasi, hingga peningkatan energi.

 

Manfaat Kesehatan: Dari Jantung hingga Ranjang

Penelitian membuktikan durian bukan sekadar camilan. Seratnya mendukung pencernaan dan mencegah kanker usus. Kalium dan magnesiumnya menjaga kesehatan jantung dengan menurunkan kolesterol jahat (LDL). Vitamin C-nya meningkatkan imunitas, sementara triptofan membantu penderita insomnia. Bahkan, durian disebut sebagai afrodisiak alami karena vitamin B6 dan kaliumnya memperbaiki sirkulasi darah—termasuk ke organ intim. Studi di Malaysia juga menunjukkan ekstrak daun durian efektif menurunkan demam.

 

Terapi dan Dosis: Bijak Menikmati Sang Raja

Penelitian menunjukkan bahwa durian memiliki potensi, seperti: menurunkan tekanan darah karena kandungan potasiumnya, menjadi sumber pigmen alami dari bijinya untuk makanan fungsional dan terapi pewarna non-sintetik, membantu detoksifikasi karena serat tinggi dan sifat antiradikal bebas. 
Terapi durian bukan berarti hanya makan durian lalu sembuh, tapi menggunakan elemen dari durian (buah, biji, bahkan kulitnya) dalam pengobatan alternatif dan makanan fungsional. Terapi ini bisa menjadi bagian dari pendekatan holistik dan alami.
Meski menyehatkan, durian tak boleh dikonsumsi berlebihan. Dosis aman untuk orang sehat adalah 1-2 biji sehari (sekitar 100-200 gram). Penderita diabetes harus membatasi hingga 1 biji kecil karena indeks glikemiknya sedang (49-58). Ibu hamil disarankan konsultasi dokter karena risiko diabetes gestasional. 

 

Pantangan dan Bahaya: Saat Duri Menjadi Racun

Durian segar umumnya aman, tetapi biji mentahnya mengandung saponin dan tannin yang beracun jika dikonsumsi mentah. Dalam jumlah besar, durian tinggi kalori dan bisa memicu peningkatan gula darah atau tekanan darah pada penderita hipertensi atau diabetes.
Orang dengan gangguan ginjal, hati, atau jantung disarankan membatasi durian. Konsumsi durian dengan alkohol sangat tidak dianjurkan karena memperlambat metabolisme alkohol dan bisa berbahaya. Selain itu, senyawa sulfur dalam durian menghambat enzim pencerna alkohol, memicu mual hingga jantung berdebar.
Durian yang berbau menyengat asam, atau warna daging berubah mencolok (kecoklatan), bisa menandakan fermentasi berlebihan atau kontaminasi.
Beberapa varietas langka seperti Durio graveolens (durian merah) juga berisiko menyebabkan alergi. Di Filipina, durian Durio testudinarum dikenal sebagai "durian kura-kura" karena bijinya mirip cangkang—namun dagingnya aman selama diolah tepat.

 

Pantangan dan Bahaya: Saat Duri Menjadi Racun

Durian segar umumnya aman, tetapi biji mentahnya mengandung saponin dan tannin yang beracun jika dikonsumsi mentah. Dalam jumlah besar, durian tinggi kalori dan bisa memicu peningkatan gula darah atau tekanan darah pada penderita hipertensi atau diabetes.
Orang dengan gangguan ginjal, hati, atau jantung disarankan membatasi durian. Konsumsi durian dengan alkohol sangat tidak dianjurkan karena memperlambat metabolisme alkohol dan bisa berbahaya. Selain itu, senyawa sulfur dalam durian menghambat enzim pencerna alkohol, memicu mual hingga jantung berdebar.
Durian yang berbau menyengat asam, atau warna daging berubah mencolok (kecoklatan), bisa menandakan fermentasi berlebihan atau kontaminasi.
Beberapa varietas langka seperti Durio graveolens (durian merah) juga berisiko menyebabkan alergi. Di Filipina, durian Durio testudinarum dikenal sebagai "durian kura-kura" karena bijinya mirip cangkang—namun dagingnya aman selama diolah tepat.

 

Kuliner: Kreasi Lezat dari Daging hingga Kulit

Durian tak cuma disantap segar. Durian dapat diolah menjadi berbagai minuman segar nan lezat, seperti: jus, kopi durian, milkshake, bahkan wine durian. Di Sumatera, tempoyak (durian fermentasi; sambal durian) jadi masakan tradisional di Melayu hingga ke Thailand Selatan sebagai bumbu khas. Es krim durian, brownies durian, dodol durian, atau pancake durian adalah hidangan modern yang amat digemari. Di Thailand, durian digoreng jadi keripik, sementara di Malaysia, diolah jadi lempuk (kue lengket). Bahkan kulit durian bisa direbus untuk teh herbal, meski rasanya pahit. Untuk pencinta alkohol, ada koktail durian yang dicampur rum—tapi ingat pantangannya! 

 

Masa Depan: Durian sebagai Obat dan Komoditas Global

Penelitian terbaru mengungkap potensi durian sebagai antikanker. Senyawa asam maslinat dalam durian terbukti menghambat sel kanker payudara dan paru-paru. Di Jepang, ekstrak durian digunakan dalam suplemen anti-penuaan. Sementara itu, permintaan ekspor durian Indonesia ke Tiongkok terus meningkat—terutama varietas premium seperti Monthong. Melalui sentra produksi di Medan, Kalimantan, dan Jawa, durian siap menjadi "emas hijau" Nusantara.
Melalui agroforestri yang baik seperti di lereng Gunung Merapi, Indonesia berpotensi menjadi pusat terapi dan konservasi durian dunia.

 

Durian, Warisan yang Harus Dilestarikan

Dari relief Borobudur hingga meja makan modern, durian telah menjadi saksi bisu sejarah kuliner dan budaya Indonesia. Ia bukan sekadar buah, tapi simbol kekayaan alam yang perlu dijaga—mulai dari pelestarian varietas langka hingga pengolahan berkelanjutan. Jadi, lain kali Anda menikmati sepotong durian, ingatlah: dalam setiap bijinya tersimpan warisan ribuan tahun, menunggu untuk diteruskan ke generasi mendatang. 

 

 

(Dokter Dito Anurogo MSc PhD, alumnus PhD dari IPCTRM College of Medicine Taipei Medical University Taiwan, dosen Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Makassar Indonesia, peneliti Institut Molekul Indonesia, penulis puluhan buku, penulis-trainer berlisensi BNSP, aktif di berbagai organisasi, reviewer puluhan jurnal nasional-internasional)

Kalender

Artikel Terkait