Tahukah Anda beberapa remaja telah merokok sejak dini dengan berbagai alasan? Neva memulai merokok sejak umur 16 karena menyukai sensasi asap yang menari-nari keluar dari rokok. Deni juga merokok sejak umur 13 tahun dengan alasan agar terlihat keren. Dicky sejak kuliah mulai merokok karena faktor stres yang menghinggapinya, sedangkan Nuel lebih memilih merokok ketimbang jajan makanan. Kebanyakan dari mereka terpengaruh oleh lingkungan sekitarnya. Walau nama sebenarnya disamarkan demi menjaga privacy, tetapi situasi tersebut sangat nyata terjadi di masyarakat kita.
Isu tentang rokok bukan sesuatu hal yang baru, namun sampai sekarang masih menjadi masalah utama di Indonesia. Mengapa? Ya tentunya karena merokok menjadi akar dari berbagai masalah kesehatan, seperti penyakit jantung, paru kronis, stroke, kanker, dan lainnya. Prevalensi remaja perokok aktif di Indonesia tercatat sebesar 18.8% (GYTS 2019) dan meningkat menjadi 22.04% (BPS, 2022). Adapun masalah risiko penyakit akibat rokok tidak hanya terjadi pada perokok aktif, namun juga pada perokok pasif atau second-hand smoke. Menurut Global Youth Tobacco Survey (GYTS) 2019, terdapat 57.8% remaja yang terpapar asap rokok di rumah, dan 67.2% remaja terpapar asap rokok di tempat umum yang terbuka.
Kabar baiknya menurut GYTS 2019, banyak remaja perokok aktif yang mau mencoba berhenti merokok setahun terakhir (81.1%, GYTS 2019), mau mencoba berhenti sekarang juga (80.8%, GYTS 2019), remaja yang bisa berhenti merokok jika mereka mau (87.7%), serta mereka yang telah menerima dukungan/layanan berhenti merokok (23.3%). Namun, seringkali remaja perokok terbentur dengan bagaimana cara memulai berhenti merokok. Dari sisi pemegang program tentunya berpikir tentang pendekatan apa yang paling pas dan dapat menjangkau dan memengaruhi para remaja perokok untuk dapat berhenti merokok.
Sebuah pendekatan/strategi berbasis manusia atau Human-Centered Design (HCD) telah mulai dikembangkan di Indonesia untuk menjawab isu/permasalahan kesehatan di Indonesia. Di awali dengan digunakannya pendekatan tersebut untuk menjawab permasalahan pelayanan imunisasi di Indonesia, pendekatan HCD juga dapat dikembangkan untuk isu kesehatan lainnya, termasuk isu perokok remaja.
Human Centered Design atau HCD merupakan pendekatan yang bertujuan untuk memetakan dan mengenali permasalahan dan kebutuhan suatu kelompok sasaran tertentu, dan membuat desain program yang tepat bagi kelompok sasaran tersebut dalam upaya peningkatan kesehatan, dalam hal ini terkait masalah perokok remaja. HCD sebelumnya sudah dilaksanakan untuk peningkatan pelayanan imunisasi di beberapa negara berkembang. Terdapat 12 langkah HCD yang harus ditempuh untuk menghasilkan pendekatan/desain program kesehatan yang efektif berbasis manusia sebagai kelompok sasaran. Kedua belas langkah tersebut dilaksanakan secara bertahap, namun bukan berarti dalam prosesnya tidak dapat kembali ke langkah-langkah sebelumnya. Hal ini tentunya dilakukan untuk meningkatkan fungsionalitas suatu program agar tepat sasaran.
Berikut ini merupakan contoh hasil tiap langkah dalam mengembangkan pendekatan HCD bagi perokok remaja. Pertama, kelompok sasaran yang dipilih adalah perokok aktif remaja putra usia di sekolah menengah. Kedua, dalam menetapkan tujuan, perlu diperhatikan tiga unsur identifikasi, yaitu identifikasi daerah, perilaku, dan hambatan. Tujuan ditetapkan agar meningkatkan jumlah remaja putra yang mengakses layanan berhenti merokok, yang mana remaja tersebut dapat berubah perilakunya menjadi tidak merokok dan berharap hambatan yang mereka miliki seperti pengetahuan dan kesadaran yang rendah terhadap bahaya rokok dapat diatasi. Ketiga, Persona/Model Karakter yang kita pilih yaitu, Persona I: remaja putra perokok yang berusia 12-17 tahun, hobi berorganisasi, motivasi merokok karena pergaulan. Persona 2: Petugas kesehatan, yaitu bidan yang tidak punya cukup waktu untuk mengadakan layanan berhenti merokok. Persona 3: Tokoh masyarakat yaitu kader yang kurang mendapatkan informasi tentang bagaimana mengadakan layanan berhenti merokok bagi remaja.
Selanjutnya langkah ketiga, yaitu membuat Peta Perjalanan masing-masing persona dengan memperhatikan faktor Penghambat, Pendukung, dan Ide. Sebagai contoh, penghambat persona dalam upaya berhenti merokok yaitu masih bergaul dengan teman perokok. Lalu faktor pendukungnya adalah ada adiknya yang masih mengingatkan bahaya merokok. Faktor ide adalah ketika kita menuliskan ide-ide apa yang dapat mengatasi hambatan persona dari 6 tahapan peta perjalanan (pengetahuan kesadaran & kepercayaan; nilai; persiapan waktu, biaya & upaya; tempat layanan berhenti merokok; pengalaman perawatan; setelah layanan berhenti merokok. Peta perjalanan dibuat untuk masing-masing persona terpilih. (lihat contoh bagan berikut).
Bagan I
Lembar Latihan Peta Perjalanan
Dari ide-ide yang dituliskan di Bagian C, pilih tiga ide yang dianggap sebagai ide terbaik untuk meningkatkan jumlah perokok remaja putra yang mengakses layanan berhenti merokok pada masing-masing persona. Tipsnya adalah menuliskan ide yang paling mudah dilakukan untuk peningkatan layanan berhenti merokok agar sasaran remaja tertarik untuk mengaksesnya.
Langkah selanjutnya adalah Pemilihan Tema dan Pembuatan Panduan Diskusi untuk persiapan Penyelidikan Cepat. Pada tahap ini buatlah pengantar sebelum memulai penyelidikan cepat, membuat tema pertanyaan dan menulis pertanyaan serta memilih metode yang akan digunakan untuk kegiatan penyelidikan cepat bersama dengan keluarga. Sesuaikan pertanyaan dengan persona yang akan Anda ambil datanya. Tuliskan Persona yang ingin Anda gali informasinya, sesuai dengan Persona yang telah Anda identifikasi sebelumnya. Kemudian isilah Bagian A. Pengantar. Isi bagian ini dengan perkenalan diri Anda, penjelasan tentang tujuan penyelidikan cepat, alur (metode, durasi) serta menanyakan kesediaan untuk melakukan diskusi. Selanjutnya, isi Bagian B dengan Tema-Tema apa saja yang anda ingin tanyakan kepada persona serta pertanyaan-pertanyaan detail. Misal tema pertama adalah keseharian persona. Kemudian bertahap mulai menanyakan hambatan dan motivasi, lalu masuk topik yang lebih detail misalnya tentang imunisasi atau layanan kesehatan. Tema dan pertanyaan bisa dibuat sebanyak mungkin sesuaikan dengan kebutuhan pencarian informasi.
Setelah itu, tuliskan Metode Penyelidikan Cepat yang akan dilakukan. Selain menanyakan pertanyaan untuk penyelidikan cepat, Anda juga sebaiknya bertanya tentang Ide Awal yang telah dibuat untuk ditanyakan kepada persona. Sebaiknya pertanyaan terkait Ide dilakukan pada akhir kegiatan penyelidikan cepat sebelum penutup. Buat TIGA SKETSA sederhana dari ide-ide yang Anda pilih di Langkah 3 Halaman 31 untuk setiap persona sketsa ini dapat digunakan untuk mempermudah penyampaian ide kepada responden dan mengamati reaksi serta menggali pendapat mereka (Bagian C dan D). Terakhir, isi Bagian E. Kesimpulan untuk menanyakan ke Persona apakah ada pertanyaan untuk kegiatan ini dan mengucapkan terima kasih telah meluangkan waktu untuk diskusi ini.
Adapun beberapa metode yang dapat dilakukan dalam Penyelidikan Cepat, yaitu Metode Menggambar, Metode Tur Keliling, Metode Simulasi, Metode Kartu, Metode Dokumentasi, Diskusi Kelompok, Metode Observasi Antar Rekan. Pada dasarnya metode-metode tersebut untuk menggali informasi dari persona yang kita pilih untuk memahami kondisi keseharian mereka yang nantinya dapat dihubungkan dengan peningkatan layanan berhenti merokok bagi remaja putra (lihat bagan berikut).
Bagan II.
Jenis-jenis Metode Penyelidikan Cepat
Setelah membuat Panduan Diskusi, kita siap untuk masuk ke segera melakukan Penyelidikan Cepat. Namun, penting untuk dipersiapkan dengan matang, Tinjau rencana penyelidikan cepat, buat jadwal kegiatan penyelidikan cepat dengan responden, dan siapkan barang-barang untuk penyelidikan cepat seperti panduan diskusi, perangkat untuk metode yang digunakan: kartu wawancara, buku bergambar, pena, kertas, kamera dan terakhir adalah lembar kerja 'Pencatatan Penelitian Lapangan”. Penyelidikan cepat dapat dilaksanakan di dua lokasi sebagai pembanding, baik di lokasi dengan persona yang mendukung layanan berhenti merokok maupun di lokasi yang (mungkin) menentangnya.
Setelah data terkumpul, maka tahap selanjuntya dilakukan Analisis Data. Isi Bagian Analisis Data, yaitu:
-
Kutipan. Isi bagian ini dengan menuliskan kutipan yang Anda dapatkan saat wawancara. Anda bisa mendapatkan kutipan dengan memutar kembali rekaman saat wawancara bersama persona.
-
Temuan Menarik. Pada bagian ini, tuliskan Temuan baru atau hal-hal mengejutkan dari wawancara dengan persona.
-
SARAN. Pada bagian ini tuliskan saran persona terhadap gambar/sketsa ide awal
-
3 Hal yang Perlu Ditangani. Pada bagian ini, tuliskan 3 hal yang perlu ditangani untuk meningkatkan layanan berhenti merokok dari hasil analisis di Bagian Kutipan, Temuan Menarik dan Saran.
Ketika Analisis Data selesai, saatnya masuk ke tahap Mencari Ide Untuk Solusi. Dari hasil Analisis Data, Kita perlu mengecek 3 hal apa saja yang perlu ditangani pada masing-masing persona, untuk nantinya dicarikan ide untuk solusinya. Selanjutnya, dalam tahap Pembuatan Ide, kita perlu mencermati apa saja hambatan dan motivasi dari masing-masing persona. Kemudian dari setiap Isian “Mencari Ide untuk Solusi”, tuliskan dua ide yang bisa dilakukan untuk meningkatkan layanan berhenti merokok, jadi total ada enam ide yang harus ditulis. Setelah Anda memiliki 6 total ide, pilih 2 ide terbaik Anda, lalu diskusikan kembali ide yang telah dipilih dan tingkatkan ide, agar ide semakin tepat dan sesuai dengan kebutuhan kelompok sasaran. Langkah terakhir pada Pembuatan Ide, setiap ide dapat diklasifikasikan menjadi 4 bagian, yaitu: (1) Teknologi/produk, (2) Komunikasi/Media, (3) Pelayanan, (4) Kolaborasi/ Kerjasama. Beri tanda (X) pada kotak check list kategori ide. (lihat bagan berikut)
Bagan III
Lembar Kerja Mencari Ide Untuk Solusi
Bagan IV
Kategori Ide
Pada tahap pembuatan Purwarupa (Rancangan Awal) dan Masukan, pilih dua ide terbaik Anda yang sudah ada pada bagan III. Kemudian tentukan cara terbaik untuk mendemonstrasikan setiap ide sebagai purwarupa untuk ide terbaik Anda dalam bentuk sketsa, model 2 & 3 dimensi. Dalam proses pembuatan luangkan 15-30 menit untuk berdiskusi dengan kelompok agar purwarupa dapat sesuai kebutuhan persona. Purwarupa juga perlu diuji coba dengan cara menggali pendapat kelompok sasaran terkait purwarupa yang telah dikembangkan. Lembar kerja uji coba disiapkan untuk SATU purwarupa per lembarnya. Jangan lupa untuk mengIsi Nama Purwarupa dan Nama Kelompok Anda, isi juga Bagian A. Tujuan Uji Coba Purwarupa yang ingin Anda capai dan daftar pertanyaan yang ingin Anda ajukan, dan pengamatan apa yang ingin Anda lakukan. Pada Bagian B. Lokasi, pilih lokasi yang relevan (ingat untuk encari perspektif yang beragam) dan identifikasi orang yang ingin Anda wawancarai (isi bagian yang kosong).
Bagan V
Lembar Latihan Purwarupa dan Masukan
Lakukan wawancara dan isi satu lembar kerja Bagian C. Evaluasi Purwarupa (lihat halaman berikutnya) untuk setiap lokasi setelah setiap sesi uji coba untuk menganalisis temuan Anda dan rencanakan juga perbaikan sebelum sesi pengujian purwarupa berikutnya. (lihat bagan berikut)
Bagan VI
Lembar Kerja Evaluasi Uji Coba Purwarupa
Prinsip HCD pada prosesnya dapat bergerak dinamis dari satu tahap ke tahapannya. Iterasi atau Pengulangan dapat dilakukan ketika tim merasa ada yang perlu digali lebih lagi dari Persona. Tentunya hal tersebut dilakukan dengan pertimbangan yang matang dan fokus pada perbaikan desain program layanan berhenti merokok yang lebih berfungsi bagi remaja putra di wilayah tersebut.
Pertanyaannya, apakah HCD cukup sesuai dan dapat menjawab kebutuhan peningkatan layanan berhenti merokok bagi remaja? Jika HCD sudah berhasil untuk peningkatan pelayanan imunisasi di negara-negara lain, tentunya pendekatan ini sangat menarik untuk dapat digali lebih lanjut. Dan, remaja adalah figur yang “suka” didekati atau yang sering familiar disebut dengan PDKT. Remaja suka ditanyakan apa kebutuhan, motivasi dan hambatan yang dihadapinya. So, HCD-in aja remaja biar berhenti merokok ☺.