Masih terpatri dalam ingatan kita, dimana penyelenggaraan operasional haji 2023 mencatat angka yang menyayat hati. Sebanyak 773 jemaah haji Indonesia telah wafat, menurut data dari Sistem Komputerisasi Haji (Siskohat) Kementerian Agama (Kemenag). Angka ini melampaui rekor kasus kematian pada tahun 2015 yang mencatat angka sebanyak 624 orang wafat dan pada 2017 yang mencapai 645 orang.
Tingginya kasus kematian jamahh haji ini telah menjadi perhatian serius Pemerintah Indonesia dan dijadikan bahan evaluasi untuk penyelenggaraan ibadah haji tahun-tahun setelahnya berikutnya. Analisis tentunya telah dilakukan. Termasuk sebab dan solusinya. Seiring dengan hal tersebut, melalui tulisan ini mencoba memfokuskan pada bahasan pentingnya nutrisi sebagai salah satu faktor penting pendukung peningkatan kesehatan jamaah haji sehingga diharapkan menjadi asbab jamaah haji mampu melaksanakan aktifitas ibadahnya di tanah suci Makkah dan Madinah.
Menunaikan ibadah haji adalah melakukan rukun islam yang kelima dan hukumnya wajib bagi setiap muslim yang diberi kemampuan (isthita’ah) sekali seumur hidupnya. Oleh karena itu , umat islam yang sudah mampu memilikio semangat tinggi untuk bisa melaksanakan haji agar haji agar terhindar dari dosa dan tentu mengharapkan pahal dan ridho dari Allah Subehanahu Wa Ta’ala. Isthita'ah adalah kemampuan jamaah haji secara fisik dan spiritual, dengan bekal, dan keamanan untuk melaksanakan ibadah haji tanpa mengabaikan kewajiban mereka kepada keluarga. Isthita'ah kesehatan jamaah haji adalah kemampuan jamaah haji dari aspek kesehatan yang mencakup aspek fisik dan mental yang dapat diukur dengan pemeriksaan yang dapat dipertanggungjawabkan sehingga jamaah haji dapat menjalankan ibadah mereka sesuai dengan petunjuk Agama Islam.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 15 tahun 2016 tentang Isthita'ah Kesehatan untuk Jamaah Haji dan proses penentuan isthita'ah kesehatan untuk jamaah haji yang dapat berangkat adalah jamaah haji yang memenuhi persyaratan Kesehatan, yaitu; mampu secara fisik dan mental, artinya jemaah dinyatakan sehat dan sanggup menempuh perjalanan serta melaksanakan rangkaian ibadah haji.
- Beberapa kondisi kesehatan yang dinyatakan tidak memenuhi kriteria antara lain:
- Gagal ginjal yang memerlukan hemodialisis atau dialisis peritoneal.
- Penyakit jantung dengan gejala saat istirahat atau aktivitas ringan.
- Penyakit paru kronis dengan kebutuhan oksigen intermiten atau terus-menerus.
- Sirosis hati dengan tanda gagal fungsi
- Gangguan neurologis atau psikologis yang menyebabkan disabilitas motorik berat atau gangguan kognitif
- Demensia pada lansia.
- Kehamilan.
- Penyakit menular aktif.
- Kanker yang sedang dalam kemoterapi
Menurut data kumulatif dari Kementerian Kesehatan melalui Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) per tanggal 28 Mei 2025, cut-off pukul16.00, total jemaah yang telah tiba di Arab Saudi sebanyak dari 180.570 orang bahwa penyakit terbanyak adalah infeksi saluran pernapasan, pneumonia, diabetes dan penyebab kematian terbanyak adalah penyakit jantung. Dari hasil screening pasien usia 60 tahun ke atas yang masuk KKHI menggunakan Mini Nutritional Assesment (MNA) Tools ditemukan 65 persen pasien jamaah haji mengalami status gizi kurang (malnutrisi).
Kegiatan jamaah calon haji di Makkah termasuk kegiatan fisik yang berat. Perubahan cuaca, aktivitas fisik yang tinggi, serta perbedaan pola makan dapat memengaruhi daya tahan tubuh. Oleh karena itu, penting untuk menjaga pola makan sehat agar tubuh tetap fit selama menjalankan ibadah haji. Kondisi tubuh yang optimal harus dipenuhi oleh setiap jemaah haji. Untuk mencapai kondisi tersebut, tentunya makanan bergizi dalam jumlah yang cukup harus dikonsumsi agar para jamaah calon haji mampu memenuhi kebutuhan tenaga yang dikeluarkan. Kebutuhan gizi harus dihitung cermat dengan menyesuaikan terhadap usia jamaah haji, aktivitas fisik dan kondisi perubahan suhu. Selain hal tersebut, kebutuhan gizi juga perlu disesuaikan dengan kondisi jamaah calon haji itu sendiri, apakah disertai penyakit penyerta atau tidak.
Penyakit penyerta misalnya diabetes mellitus, hipertensi, jantung koroner, sirosis, ataupun penyakit lambung. Diperlukan komunikasi dan kerja sama yang baik di antara dokter dpjp utama, dokter spesialis Gizi Klinik (bila ada), jamaah calon haji, dan dietisennya dalam menentukan kebutuhan gizi dan bagaimana manajemen gizi yang sebaiknya diterapkan. Faktor nutrisi sangat berperan dalam membentuk proses penjuaan. Sejumlah prinsip dasar seperti menghindari kebiasaan tang tidak sehat, khususnya terkait diet, dapat meningkatkan kualitas hidup dan mendorong penuaan yang sehat.
Secara umum, Kebutuhan karbohidrat berkisar 45%-65% total asupan kalori. Kebutuhan protein harian sebesar 1,2 gram per kilogram atau dapat dihitung yakni sebesar 10%–20% total asupan energi. Asupan lemak dianjurkan sekitar 20%–25% kebutuhan kalori. Sedangkan untuk kebutuhan cairan, umumnya dibutuhkan 30–40 ml per kilogram berat badan atau 1–1,5 ml per kilokalori dari kalori yang diberikan setiap hari.
Umumnya para jamaah calon haji, selama di Makkah dan Madinah membeli makanan berupa makanan sudah jadi atau makanan siap santap. Kemungkinan besar jamaah haji akan mengalami perbedaan kebiasaan makan termasuk mengenal berbagai jenis hidangan atau bahan makanan baru yang terdapat di Arab Saudi, namun pada prinsipnya, tidak jauh berbeda dari pilihan makanan yang biasa dikonsumsi di Indonesia.
Berikut ini penulis memberikan contoh meal plan diet untuk 5 hari.
Penting diketahui, bahwa akan terdapat beberapa perbedaan kondisi yang akan dihadapi jamaah calon haji. Hal inilah yang harus menjadi perhatian dokter, khususnya dalam penentuan kebutuhan gizi termasuk kebutuhan cairan jamaah calon haji tersebut. Beberapa kondisi khusus tersebut antara lain usia lansia, aktivitas fisik yang cukup berat, kondisi cuaca atau perubahan suhu, dan kondisi‐kondisi dimana terdapat penyakit penyerta pada diri jamaah calon haji.
Dalam menetapkan terapi nutrisi medis, sejumlah prinsip harus diikuti. Prinsip tersebut meliputi upaya menyediakan energi dan nutrisi yang tepat untuk kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan, bukan memberikan retriksi kalori sampai batas yang berlebihan. Selain itu, pasien harus tetap dijaga kesejahteraan sosial dan psikologisnya agar tidak tertekan dan mencegah beban kehidupan yang lebih berat.
Melalui nutrisi medis, juga diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap penurunan gejala penyakit kormorbid yang ada pada jamaah haji, mencapai dan mempertahankan berat badan yang diharapkan, serta mencegah dan menunda, atau mengobati komplikasi akibat penyakit yang mendasarinya. Namun demikian, prinsip terpenting yang harus diingat bahwa tata laksana penyakit sangat bergantung pada integritas pengaturan nutrisi secara case by case, aktivitas, dan terapi farmakologis yang harus berjalan sinergis.
Aktivitas fisik yang cukup berat selama menjalani prosesi ibadah haji, harus menjadi perhatian dalam menentukan kebutuhan gizi. Seperti telah diuraikan sebelumnya, perlu ada penambahan kebutuhan kalori yang disesuaikan dengan derajat aktivitas, dimana dalam hal ini, ibadah haji dapat kita golong kan sebagai aktivitas kategori berat. Untuk aktivitas kategori berat, penambahan koreksi sebesar 30%–50% dari kebutuhan kalori basal penting diperhatikan. Selain kebutuhan kalori, kebutuhan cairan jangan dilupakan. Dengan aktivitas fisik yang berat, tentunya akan banyak pengeluaran cairan tubuh lewat keringat.
Saat ini di Mekah, tengah menghadapi musim panas yang mencapai puncaknya pada bulan Juli dan Agustus. Suhu siang hari dapat mencapai 55oC. Dengan suhu tinggi, tingkat kelembaban udara yang rendah (bisa di bawah 30% bahkan lebih rendah lagi), ditambah dengan aktivitas fisik, tentunya akan banyak merangsang pengeluaran cairan melalui keringat. Kehilangan keringat yang berlebihan dapat menyebabkan dehidrasi sebagai pemicu kehilangan elektrolit tubuh. Elektrolit adalah mineral yang penting untuk fungsi tubuh, termasuk menjaga keseimbangan cairan, fungsi otot, dan fungsi saraf. Saat tubuh kehilangan cairan melalui keringat atau buang air kecil, elektrolit juga ikut hilang.
Gejala akibat tubuh kekurangan elektrolit dapat bervariasi, dari ringan sampai berat. Secara umum, berikut ini adalah tanda dan gejala tubuh yang kekurangan elektrolit; Detak jantung tidak teratur, dan berdebar-debar, kelelahan, kejang, mual, dan muntah, haus terus-menerus, diare, atau sulit buang air besar (sembelit), kesemutan, kram perut atau otot, kelemahan otot, sakit kepala, kebingungan, penurunan kesadaran. Untuk mencegah dehidarasi, penulis sarankan beberapa tips;
-
Konsumsi air minum yang banyak
Disarankan, minimal 2–3 liter air selama tidak ada kontraindikasi. Untuk memudahkan, sebaiknya ke pada jamaah calon haji, kita sarankan untuk minum minimal 1 gelas tiap jam atau 4 teguk setiap 10 menit meskipun tidak terasa haus.
Selain air putih, jemaah juga bisa konsumsi makanan yang mengandung banyak kandungan airnya seperti potongan buah, atau jus buah. Untuk buah, pilihlah yang mengandung banyak cairan seperti semangka, melon, nanas, jeruk, atau timun. Tinggal sesuaikan saja dengan ketersediaan di sana. -
Hindari minuman yang bersifat diuretik
Saat mengalami dehidrasi, jangan pernah menenggak minuman yang bersifat menarik cairan (diuretik) seperti teh ataupun kopi. Minuman berkafein akan membuat jemaah bolak-balik ke toilet karena harus buang air kecil. Semakin banyak cairan yang terbuang, maka semakin parah gejala dehidrasi. -
Beristirahat di tempat yang teduh
Apabila dehidrasi sudah membuat tubuh sangat lemas hingga hampir pingsan, istirahatlah di tempat yang teduh dan punya sirkulasi udara yang baik. Bersandar atau berbaringlah sejenak sampai rasa lemas atau pusing hilang.
Suplemen yang Perlu dikonsumsi Jemaah Haji
Bagi para jemaah haji, tidak ada salahnya mempersiapkan diri dengan mengonsumsi suplemen untuk menjaga stamina agar tetap prima saat menunaikan ibadah haji di Tanah Suci. Suplemen apa yang dianjurkan?
-
Vitamin B
Vitamin B bermanfaat untuk meningkatkan efisiensi pembentukan energi dan sel tubuh. Vitamin B akan mempercepat metabolisme dari makanan yang Anda konsumsi, sehingga akan lebih cepat menghasilkan energi untuk meningkatkan stamina. Akan lebih baik apabila Anda mengonsumsi vitamin B lengkap (vitamin B kompleks) yang terdiri dari tiamin, riboflavin, niasin, piridoksin, asam pantotenat, biotin, dan asam folat. diianjurkan mengonsumsi suplemen vitamin B12. Ini karena jenis vitamin ini banyak terdapat pada daging, yang mana tidak dikonsumsi para vegetarian atau vegan. -
Vitamin D
Meskipun vitamin D di dalam tubuh dapat diaktifkan oleh sinar matahari, rata-rata masyarakat Indonesia tidak mau berlama-lama terkena matahari. Bahkan tak sedikit yang menjauhi matahari dengan mengunakan payung, topi, kain, tabir surya, bahkan lebih memilih tetap di dalam ruangan karena tak mau panas-panasan.
Oleh karena itu, banyak yang kekurangan vitamin D. Padahal, vitamin D sangat penting untuk stamina. Mereka yang kekurangan vitamin D akan mudah merasa lelah, lemas, dan kurang bugar. Dosis vitamin c yang penulis sarankan saat berhaji adalah 2000 iu sd 5000 iu setelah sarapan. -
Vitamin C
Vitamin C adalah antioksidan kuat yang dapat menurunkan peradangan dalam tubuh, yang mana jika peradangan terjadi dapat menurunkan stamina. Selain itu, vitamin C juga membantu penyerapan zat besi dan asam folat, yang punya manfaat baik dalam pembentukan sel darah merah. Apabila sel darah merah yang dibentuk dalam tubuh cukup, maka Anda akan terhindar dari anemia yang dapat membuat tubuh cepat lemas, letih, dan lesu. Pilihlah jenis vitamin c yang aman bagi lambung. -
Zat Besi
Zat besi adalah mineral yang sangat penting untuk pembentukan sel darah merah. Anemia yang diderita oleh penduduk Indonesia pada umumnya disebabkan karena kekurangan zat besi. Umumnya hal ini terjadi karena kurang konsumsi bahan makanan sumber zat besi seperti daging merah dan hati, serta perdarahan berlebihan ketika menstruasi.
Ada hal yang perlu jamaah haji perhatikan sebelum mengonsumsi suplemen zat besi. Agar penyerapannya lebih baik, biasa disarankan untuk mengonsumsinya sebelum sarapan. Namun, ada jamaah haji yang mengeluh mual jika mengonsumsinya sebelum makan. Untuk mengatasi hal tersebut, jamaah haji dapat mengonsumsi zat besi setelah makan, atau bisa juga dibarengi dengan makanan asam seperti jeruk untuk meningkatkan penyerapannya.
Sebagai penutup, agar tubuh tetap sehat dan bugar selama menjalankan ibadah haji. Penulis sarankan setiap jamaah haji mengonsumsi makanan bergizi seimbang, perbanyak sayur dan buah, istirahat secara cukup, dan jangan lupa untuk mencukupi kebutuhan cairan (ekstra) karena cuaca yang panas dan terik agar tak dehidrasi sebagaimana telah penulis uraikan di atas. Jika tidak yakin dengan asupan nutrisi harian dari makanan, konsumsi suplemen yang disebutkan di atas agar kesehatan tubuh tetap optimal. Ibadah haji pun lancer. Insya Allah.
Bagaimana pengaturan diet dan nutrisi bagi jamaah haji yang memiliki penmyakit kormorbid?, perlu analisis khusus case by case saya lanjutkan pada tulisan saya berikutnya. Tidak ada kata terlambat untuk sehat. Di manapun kapan pun, pilihlah makanan atau minuman yang bermanfaat untuk tubuh, untuk hari esok yang lebih baik.
Selamat membaca…
Penulis adalah :
ü Dokter Spesialis Gizi Klinik dan Apoteker1
ü Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPHI) Arab Saudi 1446H/2025M yang bertugas di KKHI Daker Makkah2