4 Gangguan Mental Akibat Narkoba


4 Gangguan Mental Akibat Narkoba

Permasalahan penyalahgunaan narkotika semakin marak di sekitar kita. Bahkan setiap tahun jumlah  penyalahguna narkoba di Indonesia  terus merangkak naik. Banyak sekali dampak negatif penggunaan narkoba bagi diri penggunanya, tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik, namun juga berpengaruh pada kesehatan mental penggunanya.

Gangguan  mental atau gangguan jiwa (mental illness/mental disorder) merupakan suatu kondisi kesehatan dimana individu tersebut mengalami perubahan dalam pola pikir, emosi, atau perilaku maupun gabungan dari ketiga perubahan tersebut.

 

Baca juga Bahaya Narkoba Sinte yang Menyasar Kalangan Muda

Bagaimana narkoba dapat menyebabkan gangguan mental?

Penyalahgunaan narkoba dapat menyebabkan gangguan mental karena narkoba berpengaruh terhadap otak, yaitu dengan mempercepat  atau memperlambat sistem saraf pusat. Akibatnya terjadi perubahan dalam perasaan, pikiran dan perilaku penggunanya. Zat-zat yang terkandung dalam narkoba mempengaruhi batang otak, sistem limbik dan korteks serebral. 

Batang otak berfungsi untuk mengontrol organ vital kehidupan seperti pernapasan dan detak jantung. Sistem limbik mengatur emosi seseorang termasuk perasaan bahagia dan senang. Sedangkan korteks serebral merupakan pusat berpikir otak, sehingga mempengaruhi seseorang dalam mengelola informasi, mengambil keputusan, kemampuan memecahkan masalah. Jika narkoba semakin sering digunakan, maka fungsi otak terganggu dan muncul ketergantungan terhadap narkoba tersebut2. 

 

Baca juga Bahaya Narkoba dan Pencegahannya

4 macam gangguan mental akibat penggunaan narkoba

  1. Depresi

Depresi ditandai dengan perasaan bersedih, perasaan putus asa, pesimis, perasaan bersalah, tidak berharga, kesulitan berkonsentrasi, mengingat dan membuat keputusan, pikiran bunuh diri bahkan percobaan bunuh diri3. 

Beberapa studi menunjukkan bahwa narkoba golongan opioid dapat memberikan efek euforia semu yang bersifat sesaat akibat rangsangan di otak. Namun pada penggunaan jangka panjang dapat meningkatkan ambang batas rasa bahagia atau muncul toleransi sehingga dibutuhkan lebih banyak obat lagi untuk mendapatkan efek yang diinginkan. Jika hal ini terus berlanjut, maka,  yang akhirnya muncul adalah disforia alias perasaan murung, sedih, tidak puas diri, depresi hingga resiko bunuh diri2.

 

  1. Skizophrenia

Skizofrenia ditandai dengan distorsi pikiran, persepsi, emosi, bahasa, dan perilaku. Skizofrenia ditandai dengan adanya halusinasi penglihatan, pendengaran, atau merasakan sesuatu yang tidak ada. Gejala lain dari skizofrenia dapat berupa delusi, dan juga perilaku abnormal seperti penampilan aneh, bicara tidak koheren, berkeliaran, bergumam atau tertawa sendiri, pengabaian diri1.

Pada penggunaan ganja, bahan kimia psikoaktif dalam ganja yaitu delta-9-tetrahydrocannabinol (THC) berinteraksi dengan reseptor di otak, yaitu hippocampus, otak kecil dan ganglia basal. Oleh karena itu, ketika seseorang menyalahgunakan ganja, maka timbul gangguan pada keterampilan motorik, perubahan suasana hati, distorsi waktu, penurunan memori, dan kesulitan berpikir serta memecahkan masalah2.

Penggunaan ganja dapat menimbulkan paranoid, gejala  psikotik  seperti  pemikiran  tidak  teratur  (disorganized),  halusinasi,  dan  delusi. Seseorang yang menggunakan ganja jangka panjang dapat berkembang menjadi skizofrenia4.

 

  1. Gangguan bipolar

Gangguan bipolar merupakan gangguan mental yang ditandai dengan perubahan emosi yang drastis dari rasa senang (gejala mania) yang ekstrim menjadi depresi yang parah, ataupun sebaliknya3. 

Gangguan bipolar dapat muncul sebagai komorbiditas bagi seseorang dengan penyalahgunaan zat, namun juga dapat muncul sebagai dampak penyalahgunaan narkoba itu sendiri. Gangguan bipolar sangat erat kaitannya dengan ketergantungan alkohol dan obat-obatan lainnya seperti kokain, amfetamin, opiat dan ganja5.

Penggunaan narkoba dapat memicu ketidakseimbangan neurotransmitter sehingga mempengaruhi kerja otak. Kokain dan sabu (metamfetamin) secara cepat meningkatkan kadar dopamine pada otak sehingga menimbulkan euphoria. Setelah efek obat hilang maka penggunanya akan merasa sangat lelah, lapar, mudah tersinggung, bingung secara mental dan depresi. Penggunaan jangka panjang kokain dan sabu dapat menyebabkan paranoia.  

 

  1. Dementia

Dementia merupakan gangguan mental yang ditandai dengan penurunan fungsi kognitif. Penurunan fungsi kognitif tersebut mempengaruhi memori, proses pikir, orientasi, kalkulasi, kapasitas belajar, bahasa, dan pengambilan keputusan. 

Penggunaan ganja   mengakibatkan perubahan pada fungsi   kognitif seseorang, dengan gejala   defisit   dalam   pembelajaran    verbal,    penurunan    daya    ingat    (memori)   dan   perhatian.

Ekstasi (MDMA) dan sabu yang merupakan zat stimulansia, menyebabkan peningkat energi dan distorsi indra tubuh. Zat tersebut secara signifikan merusak sistem dopamin di otak, sehingga menimbulkan masalah dengan memori dan proses pembelajaran, gerakan dan regulasi emosional. Penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan pengguna mengalami halusinasi, kecemasan, kebingungan dan penurunan daya ingat. 

 

Daftar Pustaka

  1. Primananda,A.P. 2022. Definisi Mental Illness (Gangguan Mental). Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Diakses 22 Juni 2023

  2. Watkins, M. 2023. How Drugs Affect the Brain & Central Nervous System. American Addiction Centers. Diakses 22 Juni 2023.

  3. Widowati, C.A. 2023. Definisi Gangguan Jiwa dan Jenis-jenisnya. Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Diakses 22 Juni 2023 

  4. Yustiana, A.V. 2019. Gangguan psikotik akibat penggunaan ganja (cannabis): studi. Medicina, Volume No: 50. No.: 400P-ISSN.2540-8313E-ISSN.2540-8321Doi .

  5. Brown, E.S., dkk. 2001. Drug abuse and bipolar disorder: comorbidity or misdiagnosis? Journal of Affective Disorders. Vol 65, Issue 2, July 2001.

Kalender

Artikel Terkait