Budaya Hidup Sehat di Kaki Gunung Merapi: Geliat GERMAS Kabupaten Boyolali


Budaya Hidup Sehat di Kaki Gunung Merapi: Geliat GERMAS Kabupaten Boyolali

Kabupaten Boyolali terletak di kaki sebelah timur Gunung Merapi dan Gunung Merbabu yang memiliki pemandangan sangat indah dan mempesona, sayuran hijau yang luas dan berbukit-bukit, serta aktivitas Gunung Merapi yang terlihat dengan jelas aliran lahar dan asapnya.

Salah satu masalah kesehatan masyarakat yang dihadapi Kabupaten Boyolali berawal dari masalah regenerasi kader kesehatan di Kabupaten Boyolali. Jumlah kader kesehatan semakin berkurang setiap tahun, dan sulit mendapatkan pengganti, serta menurunnya produktifitas kader kesehatan yang masih aktif. Hal ini dikhawatirkan akan menyebabkan kegiatan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) menjadi tidak optimal. Kondisi tersebut menyebabkan kegiatan yang melibatkan pemberdayaan masyarakat tidak berjalan, sehingga masalah kesehatan sulit untuk diselesaikan.

Menyadari hal tersebut, muncullah inovasi regenerasi kader kesehatan yang diberi nama SUKMA DESI (Sukarelawan Kader Muda Desa Siaga) dan SUKKMA KOBOY (Sukarelawan Kader Kesehatan Muda Komunitas Boyolali), yaitu inovasi regenerasi kader kesehatan yang berfokus pada pencapaian strata desa siaga aktif mandiri.

SUKMA DESI beranggotakan para generasi muda, yaitu anggota karang taruna atau pelajar. Sedangkan SUKKMA KOBOY merupakan inovasi regenerasi kader kesehatan sebagai pelopor Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS). SUKKMA KOBOY beranggotakan dari para anggota komunitas-komunitas yang ada di Boyolali, seperti komunitas seni budaya, komunitas gowes, komunitas pengrajin, komunitas pembuat jamu, dan komunitas lainnya. Paradigma SUKMA DESI dan SUKKMA KOBOY adalah sebagai Promotor, Inovator, dan Fasilitator bidang kesehatan.

Program Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) menjadi bagian dari agenda prioritas pembangunan kesehatan dalam rangka mendukung pengembangan sumber daya manusia Indonesia yang unggul. Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) adalah suatu tindakan sistematis dan terencana yang dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh komponen bangsa dengan kesadaran, kemauan, dan kemampuan berperilaku sehat untuk meningkatkan kualitas hidup.

Dasar hukum pelaksanaan Germas di Kabupaten Boyolali, yaitu untuk menindaklanjuti Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 20127 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat dan Peraturan Gubernur Jawa Tengah nomor 35 tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat, dengan menerbitkan Peraturan Bupati Boyolali nomor 36 Tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat.

Dengan adanya dasar hukum tersebut, sosialisasi secara massif Kampanye Massal tentang Germas dilakukan melalui GEBYAR BOYOLALI EMAS (Gerakan Bersama Masyarakat Boyolali Eling Germas). Rangkaian kegiatan GEBYAR BOYOLALI EMAS yang telah dilakukan meliputi:

  1. Pemasangan stiker mobil dengan branding Germas
  2. Karnaval Germas
  3. Jambore Kader Kesehatan
  4. Seminar Nasional Kesehatan Bertema Germas
  5. Peringatan Hari Kesehatan Nasional disertai Gelar Inovasi Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM).

Menariknya, kegiatan GEBYAR BOYOLALI EMAS dilaksanakan menggunakan jargon urutan abjad ABCDEFGHIJKL, yaitu :

A: Aktivitas fisik minimal 30 menit per hari

B: Buah dan sayur dikonsumsi setiap hari

C: Cek kesehatan secara rutin

D: Diberikan ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan

E: Enyahkan Asap Rokok

F: Fokus jamban sehat

G: Gerakan kebersihan lingkungan

H: Himbauan pemanfaatan pekarangan dan konsumsi makanan bergizi seimbang

I: Ingat hindari alkohol

J: Jamu dan kesehatan tradisional dikembangkan

K: Kelola Stress dan Hindari Gangguan Jiwa

L: Lakukan Pencegahan dan Penanganan COVID-19

Inovasi berikutnya, yaitu Icon Germas. Icon Germas yaitu tokoh-tokoh panutan (public figure) pemberi contoh dalam menerapkan Germas di masyarakat. Icon Germas terdiri dari figur-figur Kepala Dinas dari beberapa Organisasi Perangkat Daerah (OPD). Icon Germas tersebut mewakili dari seluruh fokus kegiatan Germas.

Selain Icon Germas, ada strategi untuk penguatan implementasi Germas di masyarakat, yaitu bagaimana masyarakat itu dapat menerapkan Germas setiap hari secara terus menerus sehingga bisa menjadi kebiasaan hidup masyarakat. Oleh karena itu, muncul inovasi yang disebut sebagai Kampung Germas.

 

Kampung Germas merupakan bentuk upaya pemberdayaan masyarakat di wilayah desa yang memberikan gambaran kepada masyarakat tentang penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Kampung Germas juga merupakan perwujudan implementasi Germas di tengah-tengah masyarakat. Di kampung ini, penduduknya yang sebagian besar adalah petani, menerapkan hidup sehat 24 jam sehari, 7 hari seminggu, atau dengan kata lain, dalam setiap gerak kehidupan mereka, penduduk diupayakan telah memperhatikan aspek kesehatan.

Namun, Kampung Germas tidak hanya dirancang untuk mengondisikan penduduk setempat. Kampung Germas bahkan diintegrasikan dengan konsep desa wisata yang dibuat sebagai bentuk wisata alam. Konsep tersebut dinamakan Kampung Wisata Germas. Disitu pengunjung dapat melihat langsung dan terlibat langsung serta dapat merasakan sensasi budaya Germas selain kegiatan wisata lainnya yang tersedia, seperti wisata alam ataupun wisata budaya/religi.

Penulis berkesempatan mengunjungi Kampung Germas “DEWI SAMBI” (Desa Wisata Samiran Boyolali) yang terletak di Kecamatan Selo. Pengunjung dapat tinggal di rumah penduduk (homestay). Disini pengunjung diajak merasakan pengalaman sehat sejak di area parkir, yang sengaja ditempatkan agak berjarak dari desa tujuan agar pengunjung keluar masuk desa dengan berjalan kaki atau naik sepeda. Pengunjung dapat bermalam di penginapan yang tersedia atau pulang hari setelah merasakan wisata memetik dan makan buah dan sayur, mengunjungi kebun dan belajar tentang TOGA, mencicipi menu Germas, cek kesehatan, dan aktivitas fisik bersama, serta diperkenalkan pada cara mencuci tangan yang benar. Dan yang terpenting, selama di dalam Kampung Germas, pengunjung tidak diperbolehkan merokok.

Kampung Germas yang diintegrasikan sebagai desa wisata bisa dikelola dengan adanya Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) dengan harga yang pantas dan merupakan bentuk pemberdayaan ekonomi sekaligus pemberdayaan kesehatan.

Beberapa inovasi yang sudah ada di Kabupaten Boyolali telah memberikan beberapa dampak positif, antara lain SUKMA DESI dan SUKKMA KOBOY memberi dampak pada peningkatan jumlah kader kesehatan dan menjadikan kegiatan pemberdayaan masyarakat lebih optimal. Dengan adanya Kampung Germas tampak perbedaan yang terjadi pada masyarakat, antara lain masyarakat menjadi aktif dalam kegiatan aktivitas fisik, seperti senam ataupun olahraga yang lain, rutin cek kesehatan di posbindu, rutin, bergotong royong dalam gerakan kebersihan lingkungan, pemanfaatan pekarangan dengan adanya kebun buah, sayur dan tanaman obat keluarga, serta adanya kawasan tanpa asap rokok.

Rangkaian kegiatan Germas di Boyolali, termasuk Kampung Germas, menunjukkan pembelajaran pembudayaan Germas yang dipadukan dengan berbagai sektor kehidupan di masyarakat termasuk sektor ekonomi, sehingga masyarakat mendukung bahkan berperan aktif didalamnya. Pembudayaan Germas diperlukan dalam mempercepat dan mensinergikan upaya promotif dan preventif hidup sehat guna meningkatkan produktivitas penduduk dan menurunkan beban pembiayaan pelayanan kesehatan akibat penyakit.

Kontributor:

Febrima Wulan, SKM, MPH (PKM Ahli Muda Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI)

Arum Koesdyahmurti,  SKM (Penyuluh Kesh Ahli Pertama Dinkes Kab. Boyolali)

 

Editor:

Eunice Margarini, SKM, MIPH (PKM Ahli Muda Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI

Kalender

Media Lainnya


Artikel Terkait