Menurut laporan WHO, Indonesia berada dalam daftar 30 negara dengan beban tuberkulosis tertinggi di dunia dan menempati peringkat tertinggi ketiga di dunia terkait angka kejadian tuberkulosis. Insidensi tuberkulosis di Indonesia pada tahun 2018 adalah 316 per 100.000 penduduk atau diperkirakan sekitar 845.000 penduduk menderita tuberkulosis pada tahun 2018.
WHO menyebutkan, ada sekitar 1,7 juta orang yang meninggal akibat TBC di dunia, sedangkan di Indonesia diperkirakan ada 92.700 orang meninggal akibat TBC, atau sekitar 11 orang meninggal karena TBC per jam-nya.
TBC tidak hanya dialami oleh orang dewasa, tetapi orang yang memiliki imunitas rendah dan memiliki penyakit penyerta, seperti lansia, anak-anak, pasien diabetes, ODHA (orang dengan HIV AIDS) sangat berisiko terinfeksi TBC. Khususnya TBC pada anak perlu menjadi perhatian, terutama karena anak-anak adalah penerus bangsa.
Sebagian besar kasus TBC pada anak tidak terdiagnosis karena anak-anak ini tidak mengakses perawatan atau karena TBC tidak dianggap sebagai penyebab penyakit. Secara global, diperkirakan 1,12 juta anak menderita penyakit TBC, 47% di antaranya berusia kurang dari 5 tahun.
Pada 2018, 72,5% dari 1,3 juta anak di bawah 5 tahun tidak mengakses obat yang dibutuhkan. Di Indonesia, sekitar 62% kasus TBC anak di bawah 15 tahun terlaporkan dan dalam perawatan dari perkiraan 101.160 kasus TBC anak, diantara mereka, 89 anak memiliki TBC Resistan Obat (TB RO), namun hanya 29 yang memulai pengobatan lini kedua.
Upaya pencegahan TBC pada anak telah dilakukan melalui program dari Sub Direktorat Tuberkulosis, Kementerian Kesehatan dengan pemberian pengobatan pencegahan untuk orang sehat termasuk anak-anak apabila mereka memiliki kontak dekat (serumah) dengan pasien TBC.
Tetapi, baru sekitar 7.224 anak-anak di bawah 5 tahun yang menerima terapi pencegahan TBC, atau sekitar 5,9% cakupan dari mereka yang membutuhkannya. Selain itu, upaya pengobatan juga dilakukan dengan penyediaan OAT untuk anak.
Kementerian Kesehatan bersama dengan mitra mengadakan serangkaian kegiatan kampanye edukasi dan informasi untuk membangun kesadaran serta mematik peran aktif masyarakat dan lintas sektor terkait TBC pada anak dan upaya pencegahannya, salah satunya melalui “Peluncuran dan Pembacaan Buku Cerita: Hore Tibi Sembuh”
Melalui buku “Hore Tibi Sembuh” diharapkan masyarakat yang membacanya dapat mengetahui gejala TBC pada Anak dan memahami tindakan apa yang perlu dilakukan apabila menemukan gejala tersebut pada anak, serta menyadari betapa pentingnya Terapi Pencegahan TBC bagi anak. Harapannya buku ini dapat bermanfaat agar Anak Indonesia Sehat dan Bebas TBC.
Link untuk mengakses softcopy buku cerita anak : https://my.flipbookpdf.net/2Ft3A
#AnakSehatBebasTBC #BersamaKitaSehat #TOSSTBC
Sumber: Sub Direktorat Tuberkulosis Kementerian Kesehatan
www.tbindonesia.or.id