Teknologi Wolbachia telah menjadi bagian integral dari Strategi Nasional Pengendalian Demam Berdarah di Indonesia, memasuki fase pelaksanaan di lima kota utama: Semarang, Jakarta Barat, Bandung, Kupang, dan Bontang.
Inisiatif ini, diawali oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1341 tentang Penyelenggaraan Pilot Project Implementasi Wolbachia sebagai Inovasi Penanggulangan Demam Berdarah, menandakan langkah maju dalam perang melawan penyakit yang disebarkan oleh nyamuk Aedes aegypti.
Cara Kerja Wolbachia Dalam Melumpuhkan Virus Dengue
Wolbachia, bakteri yang dapat melumpuhkan virus dengue dalam tubuh nyamuk Aedes aegypti, membuka potensi baru dalam pengendalian demam berdarah. Dengan mekanisme kawin silang, di mana nyamuk jantan ber-Wolbachia dapat memblok virus dengue pada nyamuk betina, dan sebaliknya, menghasilkan telur yang mengandung Wolbachia, penyebaran bakteri ini membawa implikasi positif dalam menekan penularan penyakit.
Pada uji coba sebelumnya di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul pada tahun 2022, lokasi yang telah diinokulasi Wolbachia mencapai penurunan kasus demam berdarah hingga 77 persen, dengan pengurangan proporsi dirawat di rumah sakit sebesar 86 persen.
Penerapan teknologi Wolbachia di Indonesia menggunakan metode "penggantian," di mana nyamuk jantan dan betina ber-Wolbachia dilepaskan ke populasi alami. Pendekatan ini memastikan bahwa keturunan nyamuk setempat juga mengandung Wolbachia, menciptakan efek perlindungan yang berkelanjutan.
Prof. Uut, seorang ahli di bidangnya, menyatakan bahwa Wolbachia tidak hanya memblok replikasi virus dengue dalam tubuh nyamuk, tetapi juga memberikan perlindungan berkelanjutan dari satu generasi nyamuk ke generasi berikutnya. Dampak positifnya terhadap pengurangan penyakit demam berdarah dan kebutuhan rawat inap membawa implikasi signifikan pada penghematan biaya dalam upaya pengendalian dengue di negara yang mengadopsinya.