Tuberkulosis atau biasa dikenal dengan TBC merupakan masalah kesehatan global yang memerlukan perhatian dan tanggung jawab bersama dari berbagai pihak untuk mengatasinya secara efektif. Satu sisi pemerintah menetapkan regulasi terkait dengan aturan dan kebijakan dalam manajemen program, dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi dalam promotif (peningkatan kesehatan), preventif (pencegahan penyakit), kuratif (pengobatan), rehabilitatif (pemulihan dari sakit) dan paliatif (penanganan penderita dengan kondisi tertentu), yang tentunya terkait dengan penanggulangan TBC.
Sisi lain, pemerintah pusat dan daerah tidak hanya menyiapkan regulasi, tetapi juga mempunyai tanggung jawab untuk menyediakan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau, termasuk pencegahan, diagnosis, dan pengobatan TBC.
Penanggulangan TBC di fasilitas pelayanan kesehatan dilakukan oleh tenaga medis dan tenaga kesehatan. Mereka memiliki peran penting dalam melakukan skrining atau penapisan, mendeteksi, merawat, mengobati dan mengelola program pencegahan dan pengendalian penyakit TBC.
Mereka juga bertanggung jawab untuk memberikan komunikasi, informasi dan edukasi kepada masyarakat tentang TBC, termasuk gejala, penularan/penyebaran, pencegahan, dan pengobatan. Di samping itu, harus dilakukan analisis yang mendalam oleh fasilitas pelayanan kesehatan terkait peningkatan dan penyebaran kasus, investigasi kontak, lost to follow up (kasus yang hilang/tidak dapat ditemukan pada saat melakukan follow up/kunjungan kasus), stigma/diskriminasi, peran serta masyarakat, kondisi sosial ekonomi dan budaya masyarakat dan keterlibatan aparatur pemerintahan di tingkat desa/kelurahan.
Adanya disparitas atau variasi kondisi sosial ekonomi dan budaya masyarakat sangat berdampak pada peningkatan dan penyebaran kasus, lost to follow up, kesembuhan, dan peran serta masyarakat dalam penanggulangan Tuberkulosis.
Stigma terhadap Penderita TBC
Mengatasi stigma yang terkait dengan TBC merupakan upaya penting dalam pencegahan dan pengendalian penyakit ini. Langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh masyarakat dalam mengatasi stigma terhadap penderita TBC adalah melakukan edukasi dan penyadaran dengan kampanye/pendidikan yang menyediakan informasi akurat tentang TBC, termasuk cara penularan, gejala, dan pengobatan, agar dapat membantu mengurangi ketakutan dan ketidaktahuan yang mendasari stigma.
Selanjutnya membangun kesadaran yang lebih baik tentang TBC di tataran komunitas dengan mengadakan diskusi, seminar, atau pertemuan yang membahas topik tersebut. Peran tenaga medis dan tenaga kesehatan dalam mengurangi stigma TBC sangat penting dengan memberikan dukungan dan informasi akurat kepada pasien dan keluarganya. Hal lainnya adalah penggunaan bahasa yang tepat.
Dalam komunikasi yang efektif, agar tidak menggunakan bahasa yang sensitif dan tidak diskriminatif saat berbicara tentang TBC, agar dapat membantu mengubah persepsi negatif dan mengurangi stigma yang terkait dengan penyakit ini. Masyarakat dapat membantu mengubah narasi tentang TBC dari sesuatu yang memalukan atau menakutkan menjadi cerita tentang kesembuhan dan keberhasilan dalam pengobatan. Sangat banyak orang sembuh dari penyakit TBC.
Untuk mengurangi stigma, juga harus dilakukan dengan memberikan dukungan emosional dan sosial kepada individu yang terinfeksi TBC, agar memperkuat dukungan terhadap mereka dalam menjalani pengobatan. Selanjutnya, masyarakat dapat aktif terlibat dalam program-program pencegahan dan pengendalian TBC, seperti skrining/deteksi TBC, penyuluhan, dan kampanye kesadaran untuk membantu mengurangi stigmatisasi dan meningkatkan pemahaman tentang penyakit ini.
Dalam mengatasi stigma, pendekatan yang melibatkan berbagai sektor, termasuk kesehatan, pendidikan, dan media sangat diperlukan, agar memperluas jangkauan pesan anti-stigma dan menciptakan lingkungan yang mendukung bagi individu yang terinfeksi TBC dalam mendapatkan pelayanan sesuai standar.
Pemberdayaan Masyarakat dalam Penanggulangan Tuberkulosis
Pemberdayaan masyarakat mempunyai peran penting dalam penanggulangan TBC, karena masyarakat yang teredukasi dan terlibat aktif dalam penanggulangan TBC akan dapat membantu upaya pencegahan, deteksi dini, pengobatan dan perawatan penderita TBC yang tepat. Upaya pemberdayaan masyarakat dalam penanggulangan TBC yang dapat dilakukan berupa kampanye atau pendidikan dengan memberikan informasi akurat tentang TBC kepada masyarakat sebagai langkah pertama.
Kampanye yang efektif akan membantu mengurangi stigma dan meningkatkan pemahaman tentang gejala, penularan, dan pencegahan TBC. Upaya tersebut harus didukung dengan pelatihan kepada tenaga kesehatan dan relawan masyarakat tentang pengenalan gejala TBC, cara melakukan pemeriksaan dini, dan prosedur pengobatan atau perawatan yang tepat dapat mengoptimalkan deteksi dini dan penanganan kasus TBC.
Selanjutnya masyarakat didorong untuk menjadi advokat dalam upaya penanggulangan TBC dengan memperjuangkan akses yang lebih baik terhadap pelayanan kesehatan, pendanaan yang memadai, dan kebijakan yang mendukung orang-orang yang terkena TBC. Masyarakat juga didorong berpartisipasi dalam pencegahan penyakit TBC dengan melakukan kampanye vaksinasi/imunisasi BCG, penggunaan masker bagi mereka yang terinfeksi TBC, promosi makanan bergizi, kebersihan dan sanitasi lingkungan.
Upaya lainnya dengan memberikan dukungan psikososial kepada individu dan keluarga yang terkena TBC untuk mengurangi stres, meningkatkan kepatuhan terhadap perawatan/pengobatan, dan memperbaiki kualitas hidup. Pasien juga dilibatkan dalam pengambilan keputusan terkait perawatan/pengobatan mereka, memberikan informasi yang memadai tentang perawatan/pengobatan dan mendukung mereka dalam mengatasi hambatan yang mungkin dihadapi dalam mengikuti perawatan/pengobatan agar meningkatkan keberhasilan pengobatan.
Hal penting dalam pemberdayaan masyarakat adalah monitoring dan evaluasi program TBC untuk memastikan efektivitas pemberdayaan masyarakat dan memperkuat partisipasi dan tanggung jawab masyarakat terhadap upaya penanggulangan TBC.
Pemberdayaan Penyintas TBC
Pemberdayaan penyintas TBC merupakan suatu proses yang melibatkan pemberian dukungan, pengetahuan, keterampilan, dan sumber daya kepada individu yang pernah mengidap TBC untuk mengoptimalkan kualitas hidup mereka dan memungkinkan mereka untuk menjadi agen perubahan dalam komunitas mereka.
Upaya pemberdayaan penyintas TBC dilakukan dengan dukungan sosial untuk membantu mengatasi stigma, rasa malu, dan kecemasan yang mungkin mereka hadapi setelah didiagnosis dan selama pengobatan TBC yang dapat dilakukan melalui konseling, kelompok dukungan, atau program pendampingan. Penyintas juga harus diberikan informasi akurat tentang gejala, penularan, dan cara pencegahan TBC, agar mereka dapat menjadi pembawa pesan yang efektif dalam komunitas mereka dan membantu mengurangi stigma.
Hal lain berupa pelatihan keterampilan kepada penyintas TBC untuk membantu mereka memperoleh keterampilan yang dibutuhkan dalam meningkatkan kualitas hidup mereka, berupa pelatihan keterampilan hidup sehari-hari, keterampilan mencari pekerjaan, atau keterampilan keuangan. Akses pelayanan kesehatan yang berkelanjutan sangat penting dalam pemberdayaan penyintas TBC.
Hal tersebut dalam upaya pemantauan kesehatan rutin setelah mereka sembuh untuk mendeteksi kemungkinan kambuhnya TBC, serta layanan perawatan kesehatan lain yang mungkin mereka butuhkan. Pemberdayaan ekonomi penyintas juga penting. Upaya tersebut dapat dilakukan melalui program pelatihan dan bantuan usaha kecil, memperoleh akses ke sumber daya keuangan, atau menciptakan peluang kerja yang layak dalam upaya mandiri secara ekonomi dan mengurangi risiko kemiskinan yang mungkin timbul akibat TBC.
Penyintas TBC juga dilibatkan dalam pengambilan keputusan terkait program pencegahan dan penanggulangan TBC dan pelayanan kesehatan. Ini juga terkait perencanaan, implementasi, dan evaluasi program, serta memastikan bahwa program tersebut memenuhi kebutuhan mereka. Penyintas TB dapat juga diberdayakan menjadi advokat yang kuat dalam memperjuangkan perubahan kebijakan yang lebih baik untuk penanggulangan TB. Mereka dapat berbagi pengalaman mereka dan menyuarakan kebutuhan komunitasnya kepada pembuat kebijakan dan pemangku kepentingan lainnya.
Surveilans TBC Berbasis Masyarakat
Surveilans TBC berbasis masyarakat merupakan pendekatan untuk memantau, mendeteksi, dan melacak kasus TBC di tingkat komunitas dengan melibatkan partisipasi aktif masyarakat. Surveilans TBC berbasis masyarakat dapat membantu meningkatkan deteksi dini kasus TBC, mempercepat akses ke perawatan/pengobatan, dan mengurangi penyebaran penyakit di masyarakat. Dengan partisipasi aktif masyarakat, upaya penanggulangan yang dilakukan menjadi lebih efektif dalam mengendalikan TBC. Upaya yang dilakukan dalam surveilans TBC berbasis masyarakat adalah sebagai berikut:
- Pendeteksian kasus, yaitu melibatkan masyarakat dalam mendeteksi kasus TBC di komunitas mereka dengan meningkatkan kesadaran akan gejala TB dan mendorong individu yang memiliki gejala-gejala tersebut untuk melakukan pemeriksaan.
- Pengumpulan data. Pengumpulan data kasus TBC oleh masyarakat, termasuk riwayat penyakit, gejala, dan riwayat pengobatan sangat penting. Data tersebut dapat digunakan untuk memahami pola penyebaran penyakit dan merancang intervensi yang efektif.
- Pelaporan kasus. Masyarakat dapat melaporkan kasus TB yang ditemukan ke pihak berwenang setempat, seperti Puskesmas atau Puskesmas Pembantu di desa/kelurahan, untuk memastikan bahwa individu tersebut mendapatkan perawatan yang tepat dan untuk memantau penyebaran penyakit di wilayah tersebut.
- Pengawasan pengobatan. Surveilans TBC berbasis masyarakat juga dilibatkan dalam pengawasan pengobatan individu yang terinfeksi TBC untuk memastikan bahwa mereka mengikuti pengobatan yang dianjurkan dan menghindari resistensi obat.
- Komunikasi, informasi dan edukasi (KIE). Masyarakat diberikan KIE tentang TB, termasuk cara penularan, gejala, dan pencegahan, sehingga mereka dapat mengenali tanda-tanda penyakit ini dan membantu dalam pencegahan penyebarannya.
- Kolaborasi dengan pihak berwenang. Masyarakat dilibatkan bekerja sama dengan pihak berwenang, termasuk petugas kesehatan dan organisasi kesehatan di masyarakat, dalam pelaksanaan program surveilans TB berbasis masyarakat dan mengkoordinasikan upaya-upaya pencegahan dan pengendalian TBC.
- Pemanfaatan teknologi. Teknologi seperti aplikasi seluler dalam surveilans TB berbasis masyarakat, dapat dimanfaatkan untuk pelaporan kasus atau sistem informasi geografis dalam memetakan kasus TBC di suatu wilayah.
Peran Pemerintahan Desa dalam Penanggulangan TBC
Upaya pemerintahan desa dalam penanggulangan TBC sangat penting, mengingat sebagian kewenangan desa mencakup bidang kesehatan. Upaya yang dilakukan berupa mengorganisir kampanye/pendidikan dan kesadaran tentang TBC di tingkat komunitas. Ini dapat mencakup penyuluhan tentang gejala TBC, cara penularan, dan langkah-langkah pencegahan.
Selanjutnya memfasilitasi pemeriksaan dan deteksi dini TBC. Pihak desa dapat bekerja sama dengan Puskesmas dalam menyediakan layanan pemeriksaan dan tes tuberkulin secara berkala, agar dapat membantu deteksi dini kasus TBC di desanya. Pemerintahan desa diharapkan juga membantu memastikan akses yang mudah bagi masyarakat dalam mendapatkan perawatan dan pengobatan TBC yang tepat, termasuk memfasilitasi transportasi bagi pasien yang membutuhkan perawatan di fasilitas kesehatan yang lebih jauh, serta memastikan penderita TBC mendapatkan obat-obatan TBC sesuai yang diperlukan. Pemerintahan desa dapat berperan dalam pemantauan dan pendampingan pasien TBC selama masa pengobatan.
Mereka dapat mengatur kunjungan rumah oleh petugas kesehatan untuk memastikan kepatuhan terhadap regimen pengobatan dan memberikan dukungan psikososial kepada pasien dan keluarganya. Pemerintahan desa juga harus melakukan advokasi dan koordinasi terkait isu TBC di tingkat desa, dengan berkomunikasi kepada pihak-pihak terkait, termasuk pemerintah kota/kabupaten, organisasi non-pemerintah, dan lembaga donor, untuk mendukung upaya penanggulangan TB.
Koordinasi antara pemerintahan desa, fasilitas kesehatan, dan organisasi masyarakat juga penting untuk efektivitas program TB. Pemberdayaan masyarakat juga menjadi upaya pemerintahan desa dalam penanggulangan TBC di desanya. Dalam hal ini, upaya yang dilakukan dengan mendukung pembentukan kelompok-kelompok masyarakat yang terlibat dalam advokasi, pendidikan, dan dukungan bagi pasien TBC.
Dengan keterlibatan semua kalangan, terutama masyarakat dan pemerintahan desa secara aktif, akan mampu meningkatkan upaya penanggulangan TBC secara terintegrasi dan lebih efektif.