# ENAM TINDAK Pra-sukses Vaksinasi Kepastian Vaksin, Distribusi Vaksin, Vaksinator Terlatih, Edukasi Masyarakat, Data Komprehensif dan Antisipasi Efek Samping.
Beberapa bulan terakhir hingga awal tahun 2021, intensitas dan frekuensi suara sirene ambulans berbagai model dari berbagai lembaga semakin sering dan ramai silih berganti masuk dan keluar dari Wisma Atlet Kemayoran yang sejak April 2020 telah beralih fungsi menjadi Rumah Sakit Darurat Penanganan Covid-19 Wisma Atlet Kemayoran.
Gedung tinggi dengan 7 tower difungsikan sebagai tempat Isolasi dan perawatan kasus terkonfirmasi positif Covid-19, juga sebagai tempat akomodasi petugas kesehatan yang menangani Covid-19 dan logistik perbekalan kesehatan.
Penulis tinggal tidak jauh dari Wisma Atlet Kemayoran, tempat yang selalu dilalui saat jogging atau cycling (gowes) dua kali seminggu sepanjang by pass Benyamin Suaeb (di bekas Bandara Kemayoran) hingga pintu tol Ancol sekitar 2.500 meter yang jika 3 kali pergi pulang sudah 15 km. Lingkungannya masih banyak pepohonan dan tidak terlalu ramai, sehat dan menyegarkan. Sebelum menjadi Wisma Atlet, merupakan arena lapangan Tennis indoor dengan 17 lapangan di bawah atap besar dan beberapa di udara terbuka. Beberapa rekan dari kantor Kemenkes bersama para Pensiunan yang tinggal di Komplek Depkes Sunter Jaya, pasti Sabtu ngumpul dan bermain tennis lapangan sejak pagi hingga jelang siang.
Kepala Pusat Kesehatan (Kapuskes) RSD Penanganan Covid-19 Wisma Atlet Kemayoran Mayjen TNI Dr. Tugas Ratmono mengabarkan pada pertengahan Desember yang lalu bahwa tower yang digunakan untuk perawatan yaitu Tower 4,5,6 dan 7 dengan 4.424 beds (tempat tidur) telah mencapai Bed Occupancy Rate (BOR/tingkat hunian) sebanyak 68.26%.
Tren peningkatan kasus yang tidak menurun menjadi problem tersendiri. Ketersediaan tempat tidur (beds) untuk pasien Covid-19 yang semakin meningkat harus diantisipasi. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan nomor HK.01.07/MENKES/169/2020 ada 132 Rumah Sakit Rujukan Covid-19 pada 34 Provinsi se Indonesia.
BERPACU DENGAN WAKTU
KETAHANAN NASIONAL SUDAH DALAM KETERANCAMAN
Mengacu kepada tren/kecendrungan kasus baru terkonfirmasi Covid-19 harian di Indonesia sampai dengan 4 Januari 2021 menunjukkan gambaran kenaikan yang cepat dengan pertambahan kasus diatas 7.000 kasus dan kematian diatas 200 orang.
Sejak pertengahan Desember 2020 jumlah kasus aktif dalam isolasi dan perawatan sudah menembus angka total 100.000 di seluruh Indonesia. Kondisi ini mendatangkan kekhawatiran akan batas maksimum kemampuan pelayanan, baik fasilitas, tenaga maupun logistik perbekalan kesehatan. Sejumlah Daerah mengagendakan strategi penyiapan tempat isolasi dan ruang perawatan baru mengantisipasi ketercukupan dan kesiapan menghadapi pertambahan kasus baru yang masih tidak terduga..
Per tanggal 4 Januari 2021, kasus terkonfirmasi Indonesia berjumlah 772.103 orang dengan pertambahan sehari 6.753 orang. Sembuh 639.103 orang. Kematian kumulatif 22.911 orang. Dengan demikian ada 110.089 orang masih dalam perawatan dan isolasi di seluruh RS Rujukan Covid-19 di seluruh Indonesia. Berita baik, jumlah sembuh harian 7.166 orang melampaui jumlah pertambahan kasus terkonfirmasi 6.753 orang. Namun, jumlah kematian hari ini 177 orang, menunjukkan tren meningkat.
Sementara itu ancaman Virus Covid-19 mutasi baru yang lebih ganas mulai melanda sejumlah negara, dimulai dari Inggris 2 pekan yang lalu, belakangan sudah muncul di Australia, Turki dan yang terdekat dengan Indonesia, yaitu Singapura.
Pemerintah Indonesia, dalam rangka menangkal Covid-19 mutan baru, per 1 Januari sudah menutup WNA masuk ke Indonesia, dan bagi WNI yang kembali dari luar negeri dikenakan wajib isolasi 5-14 hari ditempat yang ditetapkan Pemerintah.
Kondisi akibat virus Covid-19 di Indonesia kini adalah terburuk dan tertinggi di wilayah Asia. Keadaan ini bisa semakin memperburuk berbagai aspek kehidupan masyarakat dan perekonomian Nasional. Indikator Indeks Ketahanan Nasional sudah mengarah keterancaman terhadap Ketahanan Nasional.
Virus Covid-19 tidak hanya menginfeksi manusia tetapi juga mempengaruhi rantai pasok global untuk semua kebutuhan manusia, dikarenakan kurangnya dukungan dari kedua ujung rantai pasokan, yaitu Ketersediaan/Suplay dan Penyaluran/Distribution.
Prof. DR. Dadan Umar Daihani, DEA, Tenaga Profesional Lemhannas RI menemukan penurunan Indeks Ketahanan Nasional yang sangat bermakna dari score 2.82 pada Desember 2019, menjadi 2,70 pada Juli 2020. Seolah kembali pada kondisi tahun 2015.
Dampaknya kepada Ketahanan Ekonomi berupa kemiskinan dan menurunnya daya saing nasional. Pada Ketahanan Politik terlihat pada Kapasitas dan Relasi Pusat dan Daerah yang tampak jalan masing-masing. Pada Ketahanan Ideologi dirasakan penurunan Toleransi dan Solidaritas Nasional.
SAATNYA VAKSINASI DAN PERHATIAN PADA 6 ASPEK TERKAIT
Demikian pula pada Ketahanan Sosial Budaya terjadi gangguan pada Ketertiban sosial dan menurunnya Perilaku sosial (ini dibenarkan oleh Survei BPS yang menemukan adanya 17-22% masyarakat Tidak Peduli dengan Covid-19. Juga hasil Litbangkes Kemenkes yang menemukan rendahnya indikator PHBS. Data BKKBN menunjukkan peningkatan Pernikahan dini dan Perceraian). Dan Ketahanan Geografi, yang ditunjukkan dengan betapa cepatnya seluruh 34 Provinsi dan 510 dari 514 Kabupaten/kota sudah terpapar penyebaran Virus Covid-19.
Prof. R. Siti Zuhro (Peneliti Senior LIPI) pada suatu kesempatan mengatakan “relasi Pusat dan Daerah kurang tampak, yang muncul justru resistensi Kepala Daerah berkenaan dengan peraturan Pemerintah Pusat tentang Bantuan Sosial Covid-19. Publik pun bingung mengapa silang pendapat mengedepan antara Pusat-Daerah tentang hal tersebut padahal Covid-19 yang ganas ini harus diatasi secara tepat dan bersama”.
Prof. Dadan menambahkan, akibat Virus Covid-19 Pembangunan yang sudah dilakukan selama 5 tahun bagai sirna tersapu dalam waktu 6 bulan.
Vaksinasi adalah keniscayaan yang jadi pilihan. Vaksin Covid-19 merangsang tubuh menghasilkan ANTIBODI yang dapat melawan virus SARS-CoV-2 penyebab terinfeksi Covid-19.
Kekebalan individu (Imunitas dari hasil vaksinasi) pada diri sendiri juga akan membangun kekebalan kelompok. Sehingga setiap masyarakat saling melindungi dan tidak ada lagi tempat bagi Covid-19 untuk melakukan pindah tular antar manusia yang sudah divaksinasi.
Memang diakui masih banyak kelompok masyarakat, bahkan kaum terpelajar yang belum memahami vaksin Covid-19. Banyak pula yang “paham” dari berbagai sumber yang tidak resmi yang berseliweran melalui media sosial. Mereka masih ragu dengan Vaksin itu sendiri. Cara vaksinasi, penjadwalan dan tempat vaksinasi, tentang kekebalan individu, kekebalan kelompok, keamanan, kemanjuran dan kehalalan vaksin.
Otoritas kesehatan harus siap sabar menghadapi kelompok masyarakat yang tidak menyetujui vaksinasi. Perlu cara dan pendekatan khusus membekali diri dengan fakta dan kemampuan mediasi yang komunikatif.
Stasiun televisi Australia, ABC, pada Rabu (16/12), membuat laporan yang menyatakan Jokowi akan menjadi orang yang disuntik vaksin pertama kali, untuk meyakinkan rakyat Indonesia vaksin itu aman digunakan.
Pembahasan tentang Vaksin dan Vaksinasi sudah banyak disampaikan Bapak Presiden yang bahkan minggu yang lalu beliau menekankan pentingnya vaksinasi, sehingga Presiden menjamin seluruh rakyat Indonesia yang merupakan prioritas vaksinasi akan mendapat pelayanan dan tidak membayar, alias GRATIS.
Menteri Kesehatan RI Ir. Budi Gunadi Sadikin, CHFC, CLU sudah memesan kebutuhan vaksin untuk 181,5 juta jiwa sebanyak 468,8 juta Dosis yang diproduksi oleh 7 industri vaksin dari 4 Negara termasuk Vaksin Merah-Putih produk BioFarma Indonesia, selain dari Amerika Serikat, Inggris dan China.
Menkes Budi juga menyampaikan bahwa saat ini Vaksin sudah mulai didistribusikan, ke 34 Provinsi di seluruh Indonesia.
Tahap pertama akan dilaksanakan Januari-April 2021 dengan prioritas 1,3 juta Tenaga Kesehatan, 17,6 juta Petugas Publik (ASN, TNI, Polri dll), dan 21,5 juta lanjut usia.
Pada tahap kedua untuk April 2021- April 2022 dengan sasaran 63,9 juta masyarakat rentan dan 77,4 juta masyarakat lainnya.
Menkes menjamin vaksinasi dimulai setelah terbit pernyataan keamanan vaksin melalui rekomendasi penggunaan darurat vaksin yang diterbitkan oleh BPOM.
Penulis melihat ada 6 aspek kesiapan yang perlu diperhatikan dan dilakukan secara parallel untuk menciptakan kondisi optimal PRASUKSES kesiapan vaksinasi, yaitu :
1.KEPASTIAN VAKSIN (Keamanan, Kehalalan. Ketercukupan dan Persetujuan BPOM/WHO).
2.DISTRIBUSI VAKSIN yang menjangkau seluruh wilayah Indonesia dalam waktu hampir bersamaan untuk memutus mata rantai infeksi Virus Covid-19 atau menggunakan sistem pewilayahan.
3.VAKSINATOR TERLATIH dimana dibutuhkan pelatihan yang terakreditasi oleh Trainer telaten untuk 23.000 vaksinator dan 440.000 Tenaga Kesehatan.
4.EDUKASI MASYARAKAT yang butuh cara pendekatan yang simpatik dan berketerampilan tinggi untuk meyakinkan masyarakat.
5.DATA KOMPREHENSIF dibutuhkan tidak cuma data primer fisik tetapi juga data non fisik menyangkut penyakit penerima vaksin yang bisa mengubah hasil/error vaksinasi.
6.ANTISIPASI EFEK SAMPING yang sudah harus dipersiapkan dengan seksama karena isu kecil yang tidak cepat ditangani bisa mengganggu keberlangsungan program.
Penulis mengajak untuk mendalami upaya edukasi masyarakat, dimana semua unsur aparat pemerintah/tokoh masyarakat/pemuka agama/pemuda/kaum ibu dan remaja serta relawan bisa melakukan tugas edukasi agar secepatnya masyarakat mengerti dan terhindar dari area “TAK KENAL MAKA TAK KEBAL”.
EDUKASI MASYARAKAT
Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan drg. Oscar Primadi, MPH melalui kanal youtube BNPB pada pertengahan Desember 2020 mengingatkan pentingnya edukasi dalam penyiapan vaksinasi bagi masyarakat. Edukasi tersebut meliputi: 1) Edukasi yang menjangkau seluruh masyarakat hingga ke pelosok; 2) Edukasi kehalalan Vaksin; 3) Edukasi tentang Efikasi atau efektifitas dan kualitas Vaksin; serta 4) Edukasi tentang pentingnya tetap menjalankan protokol kesehatan sekalipun sudah divaksinasi.
Pengalaman Penulis dalam dunia Promosi Kesehatan yang didalamnya meliputi aspek Edukasi dan Perubahan Perilaku, sukses vaksinasi bisa merujuk kepada komitmen bersama.
Internasional “OTTAWA CHARTER 1986” yang diselenggarakan WHO untuk pertama sekali di Ottawa, Kanada, 17-21 Novemmber 1986 yang diikuti lebih 100 negara di dunia, dengan tema “Menuju Kesehatan Masyarakat Baru”. (Yang banyak relevansinya dengan era menuju Masyarakat Adaptasi Kehidupan Baru).
Ada 4 Prinsip pada Ottawa Character For Health Promotion, yang bisa digunakan dalam upaya peningkatan partisipasi masyarakat dalam vaksinasi Covid-19, sebagai berikut :
1. Prasyarat. Promosi yang didalamnya terkandung edukasi dan perubahan sikap harus diselenggarakan dalam suasana damai, berkeadilan, terbuka, mendidik dan interaktif.
2. Advokasi. Prinsip advokasi ditujukan agar seluruh pemangku kepentingan (terutama Pemerintah Pusat dan Daerah, Ormas, Tokoh, Pemuka Agama, dll) memiliki komitmen yang kuat dan membuat kondisi melegakan dan mencerahkan bagi masyarakat.
3. Pemerataan (Enable). Peng-gratis-an vaksinasi oleh Bapak Presiden adalah langkah tepat untuk mencapai rasa kesetaraan dan tanggungjawab bersama dalam bidang kesehatan. Hal ini mengurangi perbedaan status kesehatan dan memastikan setiap orang mendapat kesempatan sama untuk mencapai status kesehatannya.
4. Mediasi. Pendekatan mediasi bermakna bahwa pembangunan kesehatan merupakan tugas yang bersifat multi sektoral, tidak bisa hanya dilakukan oleh sektor kesehatan sendiri. Program vaksinasi memiliki strategi pencapaian yang harus disesuaikan dengan sistem sosial, budaya, kultur, agama, pendidikan, ekonomi, tehnis transportasi dan banyak lagi. Sistem kerjanya harus pola kordinasi lintas sektoral.
Risang Rimbatmaja, Konsultan C4D UNICEF Indonesia pernah mengingatkan kesalahan umum yang dilakukan orang saat berkomunikasi adalah PERBEDAAN PERSEPSI TERHADAP TOPIK YANG SEDANG DIBICARAKAN. “Dalam menjawab pertanyaan orang, harus tepat sesuai dengan hal yang ditanyakan oleh orang tersebut,” ungkapnya.
Komunikasi bukan hanya masalah menyampaikan atau mendengarkan pendapat, tetapi juga masalah memahami pendapat orang lain.
Setiap orang memiliki “PAGAR” yang terbentuk dari pemikiran mereka, namun sebagai edukator harus mampu meyakinkan dan membuat mereka membuka “pagar” yang mereka bentuk, sehingga dapat menyampaikan materi edukasi yang diinginkan.
# Presiden Jokowi mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk “Bangkit dan Menjadikan tahun 2021 sebagai Tahun pemulihan kehidupan kita semua”.
Jakarta, 05 Januari 2021
Kontributor:
*) dr. Abidinsyah Siregar, DHSM, MBA, M.Kes : Ahli Utama BKKBN dpk Kemenkes/ Mantan Deputi BKKBN/ Mantan Komisioner KPHI/ Mantan Kepala Pusat Promkes Depkes RI/ Alumnus Public Health Management Disaster, WHO Searo, Thailand/ Mantan Ketua MN Kahmi/ Mantan Ketua PB IDI/ Ketua PP IPHI/ Ketua PP ICMI/ Ketua PP DMI/ Waketum DPP JBMI/ Ketua PP ASKLIN/ Penasehat BRINUS/ Penasehat Klub Gowes KOSEINDO/ Ketua IKAL FK USU/ Ketua PP KMA-PBS/ Penasehat PP PDHMI/ WaKorbid.Orbida dan Taplai DP P IKAL Lemhannas/ Pengasuh media sosial GOLansia.com dan Kanal-kesehatan.com
Editor: Eunice Margarini, SKM, MIPH