Polusi udara telah menjadi salah satu tantangan lingkungan yang semakin mengemuka dalam era modern yang kita hadapi saat ini. Tidak hanya berasal dari kendaraan bermotor, tetapi juga dari asap pabrik, polusi udara memiliki dampak signifikan terhadap kualitas udara yang kita hirup dan kesehatan kita secara keseluruhan.
Polusi Udara Jakarta Semakin Memburuk
Pada tanggal 22 Agustus 2023, pukul 12.00 WIB, Jakarta menghadapi tingkat polusi udara sebesar 161 AQI, menempatkannya pada peringkat ke-dtiga dari 100 kota dengan tingkat kualitas udara yang buruk.
Seperti yang disampaikan Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, polusi udara memberikan kontribusi sekitar 15-30% terhadap penyakit paru-paru.
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami ancaman yang dihadapi akibat polusi udara. Beberapa dampak kesehatan yang bisa timbul karena paparan polusi udara antara lain:
-
Flek Kulit dan Serangan Asma: Polutan seperti Hidrokarbon (HC) dan Sulfur Oksida (SOx) dapat memicu flek pada kulit dan serangan asma.
-
Iritasi dan Peradangan Mata: Polusi udara dapat menyebabkan iritasi dan peradangan pada mata, mengganggu kenyamanan visual.
-
Iritasi Saluran Napas: Debu dan partikel-partikel lain dalam polusi udara dapat memicu iritasi pada saluran napas, mengganggu fungsi pernapasan.
-
Gangguan Kulit: Paparan polusi udara dapat menyebabkan kulit menjadi gatal dan bersisik, mengganggu kenyamanan kulit.
-
Dampak pada Pertumbuhan Anak: Timbal yang terdapat dalam udara tercemar dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak jika masuk ke dalam saluran pernapasan mereka.
-
Risiko Kanker Paru-paru: Paparan jangka panjang terhadap polusi udara telah terkait dengan peningkatan risiko kanker paru-paru.
Ketahui Asal Muasal Polusi Udara
Polusi udara masuk ke dalam atmosfer Bumi melalui berbagai cara yang berbeda. Sebagian besar polusi udara diciptakan oleh manusia, berupa emisi dari pabrik, mobil, pesawat terbang, atau kaleng aerosol. Asap rokok dari perokok pasif juga dianggap sebagai polusi udara. Sumber-sumber polusi yang dihasilkan oleh manusia ini disebut sebagai sumber antropogenik.
Beberapa jenis polusi udara, seperti asap dari kebakaran hutan atau abu dari gunung berapi, terjadi secara alami. Sumber-sumber ini disebut sebagai sumber alami.
Polusi udara paling umum terjadi di kota-kota besar di mana emisi dari berbagai sumber terkonsentrasi. Terkadang, pegunungan atau gedung-gedung tinggi mencegah polusi udara menyebar. Polusi udara ini sering kali muncul sebagai awan yang membuat udara menjadi keruh. Ini disebut sebagai kabut asap atau "smog". Kata "smog" berasal dari penggabungan kata "asap" dan "kabut".
Tak kurang dari 2,4 miliar orang menggunakan bahan bakar yang mencemari udara untuk memasak dan menghangatkan rumah mereka, dan setiap tahunnya, sekitar 3,2 juta nyawa dipertaruhkan akibat polusi udara di dalam rumah.
Lebih dari 99% penduduk hidup di wilayah dimana tingkat polusi udara melebihi pedoman kualitas udara dari WHO, dan setiap tahunnya, 4,2 juta kematian dapat dikaitkan dengan polusi udara lingkungan.
Perlunya tindakan serius dalam menghadapi permasalahan polusi udara menjadi suatu keharusan, karena dampak buruknya bagi kesehatan.
Mengetahui dampak-dampak tersebut, penting bagi masyarakat, terutama yang banyak beraktivitas di luar ruangan, untuk mengambil langkah-langkah pencegahan.
-
Mengurangi aktivitas di luar ruangan
-
Menggunakan masker saat berada di luar ruangan
-
Menjalankan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
-
Hemat energi dalam berkegiatan sehari-hari
Apabila mengalami gejala yang dihubungkan dengan penyakit akibat polusi udara, segera berkonsultasi ke fasilitas kesehatan terdekat. Tindakan awal yang cepat akan membantu dalam penanganan penyakit dan pemulihan yang lebih cepat, memungkinkan kita untuk kembali menjalani aktivitas normal tanpa hambatan.