Perkembangan teknologi yang semakin pesat ditambah masa pandemi yang telah merubah pola kerja dan kebiasaan, membuat kita bisa melakukan banyak hal hanya dengan berada di rumah saja atau tanpa perlu berpindah tempat. Fenomena ini menciptakan tren yang dikenal sebagai sedentary lifestyle atau ketidakaktifan fisik, di mana sebagian besar waktu dihabiskan dalam posisi duduk atau berbaring. Fenomena ini memiliki dampak yang signifikan pada kesehatan.
Apa Itu Sedentary Lifestyle
Sedentary lifestyle merujuk pada kegiatan yang dilakukan di luar waktu tidur, di mana aktivitas fisik sangat minim dan menghasilkan sedikit kalori terbakar, kurang dari 1 metabolic equivalent.
Kementerian Kesehatan RI (2013) mendefinisikan sedentary behavior sebagai perilaku duduk atau berbaring sepanjang hari, di luar waktu tidur. Contohnya meliputi menonton TV dalam waktu lama, bermain video game, duduk berjam-jam di depan komputer, atau bahkan menggunakan kendaraan untuk jarak pendek yang sebenarnya bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Semua ini mencerminkan gaya hidup yang kurang aktif.
Dampak Buruk Sedentary Lifestyle pada Kesehatan
Pola hidup yang tidak aktif memiliki dampak serius pada kesehatan. Sirkulasi darah yang buruk dan metabolisme tubuh yang terganggu dapat menyebabkan kesulitan dalam memecah lemak dan gula, mengakibatkan peningkatan berat badan.
Kebiasaan ini juga berdampak pada sistem kekebalan tubuh, meningkatkan risiko penyakit seperti penyakit jantung, tekanan darah tinggi, obesitas, depresi, dan kecemasan. Bahkan, risiko kematian dini pun dapat meningkat.
Sedentary lifestyle memiliki dampak buruk yang beragam pada tubuh manusia, termasuk peningkatan risiko kematian akibat berbagai penyebab, kematian akibat penyakit kardiovaskular, risiko kanker, serta risiko gangguan metabolik seperti diabetes mellitus, hipertensi, dan dislipidemia; gangguan muskuloskeletal seperti nyeri sendi dan osteoporosis; depresi; dan gangguan kognitif. Oleh karena itu, mengurangi perilaku tidak aktif dan meningkatkan aktivitas fisik keduanya penting untuk meningkatkan kesehatan masyarakat.
Semakin lama kita tidak bergerak, semakin besar risiko yang kita hadapi terhadap berbagai masalah kesehatan.
Mengatasi Sedentary Behavior Dengan Aktivitas Fisik
Orang yang kurang aktif memiliki risiko kematian 20-30% lebih tinggi daripada mereka yang cukup aktif. Bahkan, World Health Organization (WHO) mencatat bahwa kurangnya aktivitas fisik merupakan penyebab kematian nomor 4 di dunia, dengan dua juta orang meninggal setiap tahunnya akibat gaya hidup malas ini.
Namun, ada banyak cara yang dapat kita lakukan untuk mengurangi sedentary behavior ini. Langkah sederhana yang bisa diambil di rumah meliputi melakukan pekerjaan rumah tangga, berkebun, dan berolahraga di rumah.
Terus bergerak saat menonton TV dengan olahraga ringan atau berdiri saat berbicara di telepon juga dapat membantu. WHO memberikan pedoman yang rinci untuk berbagai kelompok usia dan kondisi kesehatan, mendorong kita untuk beraktivitas aerobik dan penguatan otot secara teratur.
Pentingnya Aktivitas Fisik untuk Kesehatan
Aktivitas fisik rutin, seperti berjalan kaki, bersepeda, berolahraga, atau rekreasi aktif, memiliki manfaat yang besar bagi kesehatan. Aktivitas ini dapat meningkatkan kebugaran otot dan kardiorespirasi, kesehatan tulang, dan sistem kekebalan tubuh.
Selain itu, beraktivitas fisik juga membantu mengurangi risiko berbagai penyakit seperti penyakit jantung, diabetes, berbagai jenis kanker, dan depresi.
Mengadopsi pola hidup yang lebih aktif dapat dicapai melalui langkah-langkah sederhana, seperti melakukan pekerjaan fisik di rumah, berjalan-jalan di lingkungan sekitar, atau berpartisipasi dalam olahraga ringan.
Dengan bergerak lebih banyak, kita dapat menjaga kesehatan secara lebih efektif dan menghindari dampak buruk yang mungkin timbul akibat sedentary behavior. Jadi, jangan biarkan diri kita menjadi "kaum rebahan", mari beraktivitas fisik untuk menjaga kesehatan kita dengan lebih baik.