Stres merupakan bagian alami dalam kehidupan manusia yang dialami oleh semua orang. Dalam kadar tertentu, stres dapat membuat seseorang terpacu dan termotivasi. Stres yang dapat meningkatkan motivasi, memberikan semangat dan energi untuk menghadapi tantangan baru disebut sebagai eustres sedangkan stres yang menyebabkan kecemasan, gangguan pada pikiran dan tubuh serta mengganggu aktivitas sehari-hari disebut sebagai distres.
Pengertian
Stres adalah reaksi seseorang baik secara fisik maupun emosional (mental/psikis) apabila ada perubahan lingkungan yang mengharuskan seseorang untuk menyesuaikan diri.
Penyebab
Banyak hal dapat menyebabkan terjadinya stres, namun beberapa faktor yang diduga dapat menjadi penyebab stres, antara lain:
- Beban kerja: pekerjaan yang menumpuk atau kurangnya kendali terhadap pekerjaan
- Krisis ekonomi: masalah keuangan menimbulkan kecemasan dan tekanan diri
- Peristiwa buruk: peristiwa yang dapat mempengaruhi perasaan dan pikiran
- Perubahan hidup: seperti mengidap penyakit, pernikahan, perceraian, kematian, mutasi kerja, dsb
- Konflik interpersonal/antarpersonal: hubungan sosial yang kurang baik
- Ketidakpastian masa depan: cemas dan khawatir menciptakan ketegangan emosional
Gejala
Gejala stres pada seseorang dapat berbeda - beda. Beberapa gejala stres yang dapat dialami seseorang (gejala yang disebutkan sifatnya umum, masih ada gejala lain yang mungkin muncul sebagai respon stres karena setiap individu memiliki reaksi yang berbeda dengan cara yang berbeda) :
- Gejala Psikis
- Mudah merasa frustasi dan marah
- Suasana hati berubah-ubah
- Merasa bingung dan tidak berguna
- Perasaan tidak tenang
- Gejala Fisik
- Pusing dan mual
- Lemas
- Diare atau sembelit
- Tubuh gemetar dan jantung berdebar
- Gangguan tidur atau tidak bisa tidur (insomnia)
- Gangguan pencernaan, seperti masalah gastritis, usus besar dan GERD
- Berkeringat
- Gejala Kognitif
- Kesulitan untuk fokus
- Mudah lupa
- Pesimis dan berpikiran negatif
- Kesulitan dalam mengambil keputusan
- Gejala Perilaku
- Makan tidak teratur
- Tidur terlalu banyak atau terlalu sedikit
- Menghindar dari orang lain
- Cenderung menghindar dari tanggung jawab
- Gugup atau resah
- Kecanduan merokok atau minuman beralkohol atau pelarian ke hal negatif lainnya
Deteksi Dini
Stres bersifat subjektif. Seringkali hanya orang yang mengalaminya yang dapat menentukan apakah stres itu ada dan seberapa parah rasanya. Namun untuk mengidentifikasi stres dapat dilakukan penilaian dengan beberapa cara:
- Mengisi kuesioner atau tes psikologi untuk menentukan tingkat stres seperti memakai The Perceived Stress Scale (PSS-10), Depression Anxiety Stress Scale (DASS 21 atau DASS 42).
- Konsultasi dengan tenaga kesehatan untuk menggali penyebab stres yang dialami.
- Pemeriksaan penunjang seperti tes darah, MRI dan CT Scan dilakukan sesuai indikasi untuk menyingkirkan dugaan penyakit fisik penyerta.
Penatalaksanaan
Pada prinsipnya, stres tidak dapat dihindari, namun dapat dikelola. Pengelolaan stres dapat dilakukan secara mandiri. Namun apabila gejala yang dirasakan tidak mereda dan stres sudah mengganggu aktivitas sehari - hari, diperlukan penanganan oleh tenaga profesional. Hal yang dapat dilakukan dalam pengelolaan stres :
- Mengidentifikasi penyebab terjadinya stres dengan mengetahui pemicu stres
- Mencari pemecahan masalah atau solusi
- Mendiskusikan dengan tenaga profesional seperti konseling, terapi perilaku kognitif, atau terapi emotional freedom technique (EFT)
Sementara itu, apabila masalah ini mengarah pada kondisi medis, dokter mungkin akan meresepkan obat.
Pencegahan
Stres tentu tidak dapat dihindari namun bisa dicegah. Psikiater RS Pondok Indah, dr. Zulvia Oktanida Syarif, Sp.K.J., mengatakan “Jadi stres boleh, yang penting tahu dan menyadari dirimu stres dan mempraktikkan cara-cara mengelola stres yang sehat”. Berikut adalah cara mencegah stres yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari - hari :
- Mempelajari manajemen stres sesuai kebutuhan diri seperti meluangkan waktu untuk melakukan hal-hal yang disukai
- Mempertahankan rutinitas harian dengan penggunaan waktu secara efisien dan terkendali
- Beristirahat dan tidur yang cukup serta berkualitas untuk memperbaiki, menenangkan, dan menyegarkan tubuh serta pikiran
- Bersosialisasi untuk meningkatkan suasana hati
- Mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi seimbang
- Berolahraga secara teratur minimal 30 menit setiap hari
- Melakukan meditasi atau teknik relaksasi
- Menerapkan teknik stabilisasi emosi seperti latihan pernapasan, butterfly hug, atau teknik grounding (teknik 5-4-3-2-1)
- Membatasi waktu untuk mengikuti berita terutama yang dapat meningkatkan stres
Komplikasi
Stres yang tidak dikelola dengan baik dan dialami dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan :
- Sistem kekebalan tubuh, sehingga mudah terserang penyakit
- Sistem pencernaan, seperti penambahan atau penurunan berat badan, peningkatan asam lambung, hingga sindrom iritasi usus besar
- Sistem kardiovaskular, seperti tekanan darah tinggi, peningkatan denyut jantung, dan jantung berdebar
- Sistem reproduksi, seperti perubahan siklus menstruasi, peningkatan risiko keguguran pada ibu hamil, penurunan libido, hingga infertilitas
- Stres juga dapat meningkatkan risiko mengalami gangguan jiwa, seperti depresi atau kecemasan.
Segera kunjungi fasilitas pelayanan kesehatan untuk meminta bantuan dokter, psikiater, atau tenaga kesehatan lain jika merasa gejala stres yang dialami semakin parah. Berikut beberapa kondisi lain yang perlu diwaspadai dan memerlukan penanganan lebih lanjut:
- Tidak bisa mengendalikan rasa takut dan panik
- Tidak mampu beraktivitas sehari-hari
- Merasa sedih berkepanjangan selama lebih dari 2 minggu
- Menyalahgunakan obat-obatan atau alkohol untuk mengatasi stres
- Merasa putus asa sehingga berpikir untuk menyakiti diri sendiri atau bahkan mengakhiri hidup
Kesimpulannya, stres adalah respon alami tubuh yang tidak dapat dihindari, namun dengan manajemen pengelolaan yang baik kita dapat merasakan ketenangan hati dan pikiran. Namun, jika stres tidak berkurang setelah menerapkan teknik mengelola emosi dan jika merasa kewalahan, konsultasikan dengan tenaga profesional.
Referensi
- World Health Organization (WHO)
- P2PTM Kemenkes RI
- Cleveland Clinic
- National Institutes of Health